Mobil Listrik Muncul, BBG Dilupakan
- VIVA/Herdi Muhardi
VIVA – Belakangan ini, kendaraan listrik kerap menjadi bahan pemberitaan. Apalagi, Presiden Jokowi belum lama ini sudah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 55 tahun 2019, yang berisi percepatan penerapan elektrifikasi pada kendaraan.
Para produsen kendaraan berlomba-lomba, menghadirkan produk mereka yang paling canggih dan minim atau bebas polusi. Isu memburuknya kualitas udara, memang menjadi salah satu pemicu pengembangan kendaraan berbasis setrum.
Padahal, beberapa tahun lalu pemerintah juga gencar mengembangkan kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas atau BBG. Namun, kini sumber energi itu tak lagi dilirik sebagai solusi.
Ketua Asosiasi Perusahaan CNG Indonesia, Robbi Sukardi mengungkapkan alasan, mengapa di Indonesia BBG tidak populer dipakai sebagai sumber energi kendaraan.
“Kendaraan listrik itu pamornya tinggi, prestise. Kita kebanyakan senang gaya, mau pakai teknologi masa depan. Sementara, BBG teknologi lama, yang pakai bajaj. Kalau di negara lain, BBG bahan bakar rakyat, karena memang murah,” ujarnya saat ditemui di acara Biogas Asia Pacific Forum 2019 di Jakarta, Selasa 26 November 2019.
Robbi menuturkan, saat ini ada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas di Indonesia. Semua dimiliki oleh swasta, tanpa ada campur tangan pemerintah.
“Ada 54 SPBG, itu bukan duit APBN, itu duit kami. Kenapa enggak dimanfaatkan dulu? Sambil jalan ke listrik. Tidak ada salahnya, sebagai jembatan. BBG dulu, agar menuju nol emisi,” tuturnya.
Meski bukan jenis bahan bakar yang sama sekali tidak menghasilkan emisi, namun Robbi berharap pemerintah mau melibatkan BBG sebagai solusi untuk mengurangi polusi di Indonesia.
“Sudah dilupakan. Dulu waktu kami masih bangun BBG, 10 tahun lagi agak masih setengah hati. Kalau sekarang, murni sudah dilupakan,” ungkapnya.