Produksi Esemka Pakai Sistem Rakitan CKD atau IKD?

Perakitan mesin mobil Esemka di Boyolali, Jawa Tengah
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

VIVA – Setelah ditunggu selama tujuh tahun, akhirnya mobil perdana Esemka resmi dihadirkan ke publik. Pembukaan selubung dilakukan di pabrik PT Solo Manufaktur Kreasi di Boyoali, Jawa Tengah belum lama ini.

Penjualan Mobil Tahun Depan Bakal Makin Berat

Turut hadir dalam acara, Presiden Jokowi. Tidak hanya sekadar memberi sambutan, ia juga menyempatkan diri mencoba duduk di dalam mobil yang diberi nama Esemka Bima itu.

“Menurut saya, kualitas cukup baik. Kalau ada yang kurang sedikit, ya ini produksi pertama. Sudah bagus untuk produksi pertama, baik secara desain," ujarnya.

Mulai Era Elektrifikasi, Kehadiran Insentif Dongkrak Penjualan Mobil Listrik

Sementara itu, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menyatakan, bahwa fasilitas yang dimiliki SMK untuk memproduksi kendaraan, sudah sangat lengkap. Mulai dari untuk perakitan, hingga ruang penyediaan suku cadang.

“SMK memiliki fasilitas produksi yang telah siap beroperasi, antara lain lini pengecatan bodi, lini perakitan mobil tipe monocoque, tipe sasis, mesin bensin, dan transmisi. Ada juga lini penyambungan transmisi, pengujian kendaraan,” ungkap Airlangga.

Hal Ini Bisa Jadi Ancaman Industri Otomotif di 2025, Toyota: Kami Perlu Waspada

Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin, Putu Juli Ardika menjelaskan, sistem produksi yang diterapkan SMK berbeda dari pabrik mobil lainnya.

“Bukan CKD (completely knock down), bukan IKD (incomplete knock down). Kalau CKD, mobil utuh diurai, dibawa ke sini, dirakit. Bukan IKD juga, karena ada kewajiban lokal kontan tinggi. Esemka pakai fasilitas part by part. Komponen yang dibutuhkan yang diimpor,” ungkap Putu di Jakarta, Rabu 11 September 2019.

FGD VIVA.co.id, Mengakhiri One Million Trap, Menyongsong Era Rendah Emisi

Kunci Industri Otomotif Nasional Hadapi Tantangan di 2025

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% serta adanya opsen alias pajak tambahan mulai 2025, diprediksi memberikan dampak signifikan pada daya beli masyarakat.

img_title
VIVA.co.id
23 Desember 2024