Ketatnya Aturan Orang Jepang untuk Punya Mobil, Beda dengan Indonesia
- VIVA/Jeffry Yanto
VIVA – Tak seperti di Tanah Air, di Jepang ada aturan superketat bagi warganya yang hendak memiliki mobil. Sejumlah syarat ketat harus dipenuhi terlebih dahulu agar bisa memilikinya.
Menurut pemandu lokal asal Indonesia yang sudah puluhan tahun tinggal di Jepang, asal Pati, Jawa Timur, Mohamat Hasan (46 tahun), calon konsumen mobil harus terlebih dahulu memiliki lahan parkir. Jika tidak, jangan harap bisa memiliki mobil di Jepang.
Apabila tak punya lahan pribadi, tetap saja warga Jepang harus menyerahkan bukti formulir parkir dari tempat penyewaan sebagai bukti mobilnya punya tempat untuk disimpan.
"Ini memang jadi syarat utama, mereka harus bisa menunjukkan di mana mereka akan memarkir mobilnya. Kalau tidak, ya tak bisa," tutur Hasan, saat berbincang dengan sejumlah awak media, di Tokyo, Jepang, Sabtu, 12 Januari 2019.
Kata Hasan, harga mobil di Jepang sebenarnya terbilang cukup terjangkau. Apalagi jika mobil berstatus bekas pakai, walau angka kilometer menunjukkan masih rendah. Namun biaya pasca kepemilikan mobil di sana cukup besar. Mulai dari biaya parkir yang sangat mahal, bahan bakar mahal, hingga kewajiban pengujian kendaraan bermotor (KIR) dua tahun sekali untuk mobil bensin dan satu tahun sekali untuk mobil diesel.
Untuk parkir, di wilayah perkotaan punya kisaran harga 40 ribu Yen sampai 50 ribu Yen tiap bulan atau Rp4 juta-Rp5 jutaan. Sementara di wilayah agak pinggiran di bawahnya. Untuk tarif parkir satu jam, di Ginza bisa mencapai 800 Yen atau setara Rp105 ribu.
Sedangkan biaya uji emisi rutin tiap satu atau dua tahun sekali dibebankan sebesar 150 ribu Yen atau Rp1,9 juta. "Di sini bensin dengan oktan paling rendah saja kalau dirupiahkan 18 ribuan. Itu paling murah. Lalu parkir juga mahal, pajak kendaraan juga terhitung mahal," kata Hasan.
Rata-rata warga Jepang, kata dia, hanya punya satu mobil di tiap keluarga. Mobil itu pun keseringan hanya digunakan untuk kebutuhan pergi bersama anggota keluarga. "Mobil di Jepang itu relatif murah tapi setelah memilikinya mereka harus keluarkan banyak uang. Berkebalikan dengan Indonesia, harga mobilnya relatif mahal, namun untuk mengendarainya murah," Hasan menjelaskan.
Maka jangan heran jika kemudian banyak warga Jepang lebih memilih menggunakan moda transportasi massal, seperti kereta, bus, bersepeda, atau jalan kaki. Sebagai kompensasi pemerintah Jepang memberi pelayanan tingkat tinggi untuk warganya yang lebih memilih transportasi massal atau berjalan kaki dan bersepeda. (ase)