Tak Hanya Dipamerkan, Mobil Listrik di IIMS 2018 Bisa Dicoba
- VIVA/Yunisa Herawati
VIVA – Sejumlah mobil bertenaga listrik hasil karya anak bangsa unjuk gigi dalam perhelatan Indonesia International Motor Show 2018. Dalam ajang tahunan kali ini, karya mereka bisa diuji di sekitar arena.
Ada empat perguruan tinggi yang ikut berpartisipasi dalam pameran ini, yaitu Universitas Gajah Mada, Universitas Islam Indonesia, Universitas Brawijaya, dan Politeknik Negeri Bandung.
Salah satu perwakilan mahasiswa Politeknik Negeri Bandung, Amirul Siddiq, mengatakan dalam ajang ini mereka ingin menunjukkan kepada publik bisa mengembangkan kendaraan listrik tanpa bantuan pemerintah.
"Kami ingin tunjukkan ke orang banyak, khususnya petinggi-petinggi negara, kami sebagai mahasiswa bisa membuat mobil listrik dari nol tanpa bantuan instansi," ujar Siddiq kepada VIVA, Selasa 24 April 2018.
Ia mengaku, tak mudah membangun kendaraan bertenaga listrik. Menurutnya, butuh waktu lama dan biaya yang cukup tinggi. Untuk membuat mobil listrik, setidaknya memerlukan dana sebanyak puluhan juta rupiah.
"Setiap tahun Politkenik Negeri Bandung membuat lomba mobil listrik. Untuk bisa ikut, butuh dana Rp25-60 juta. Tiap riset menggunakan teknologi berbeda, dan pengerjaannya juga bervariasi," tuturnya.
Kendala yang mereka hadapi juga perihal baterai. Komponen tersebut harus didatangkan jauh dari Jepang. Namun, hal itu terpaksa dilakukan untuk mendukung hasil riset para mahasiswa tersebut.
"Mobil yang saat ini kami buat, Safety Car Polban, butuh waktu pengerjaan 5-6 bulan. Mobil ini masuk dalam kategori efisien," ujarnya.
Jadi Juara
Tak itu saja, mobil listrik hasil karya mahasiswa dari Universitas Brawijaya bernama Apatte 62 juga hadir dalam pameran otomotif ini.
Sebelumnya, kendaraan ini telah meraih juara empat untuk kategori Urban Concept tipe Energy Battery-Electric pada kompetisi mobil hemat energi se-Asia Pasifik Shell Eco-Marathon Asia 2018 di Singapura.
"Mobil dari Universitas Brawijaya ini fokus ke hemat energi. Sesuai dengan masalah yang kita hadapi sekarang, yaitu krisis energi global. Bagaimana cara kita mencari alternatif energi terbaru, salah satunya energi listrik," ujar anggota Tim Apatte 62 Brawijaya, Putu Ngurah Andika.
Senada dengan Siddiq, ia juga mengatakan bahwa pengembangan mobil listrik butuh biaya yang cukup tinggi dan dukungan dari berbagai pihak. Apalagi, hasilnya akan membuat nama baik negara di mata dunia.
"Waktu buat mobil ini tujuh bulan, kami habis buat mobil ini untuk lomba sekitar Rp190 juta," tuturnya.
Pengunjung pameran IIMS 2018Â bisa melakukan uji coba mobil listrik tersebut di arena test drive yang telah disediakan.
"Test drive pernah dilakukan di jalan dekat kampus, kami ukur konsumsi berapa dan jarak berapa. Sekali lagi, mahasiswa enggak bisa berdiri sendiri tanpa dukungan dari berbagai pihak. Butuh cost tinggi dan peralatan yang cukup mahal," kata dia. (ren)