Dilema Jualan Mobil Murah Ramah Lingkungan
- ANTARA/Audy Alwi
VIVA – Sepanjang 2017, penjualan pabrik ke diler mobil Low Cost Green Car atau LCGC mencapai 234.554 unit. Posisi pertama ditempati Toyota Calya dengan catatan 73.236 unit, diikuti Daihatsu Sigra 44.993 unit dan Brio Satya dengan penjualan 43.378 unit.
Memasuki awal 2018, Calya sebagai LCGC tujuh penumpang tetap bertengger di puncak klasemen. Dari Januari sampai Februari, mobil ini laku 10.001 unit. Sedangkan, saudara kandungnya Sigra terjual 8.132 unit, selisih tipis dengan Brio Satya yang tercatat 8.275 unit.
Tapi, jika melihat di Februari saja, LCGC tujuh penumpang racikan PT Toyota Astra Motor tetap menjadi idola, karena Calya yang masih menempati posisi teratas dengan catatan 4.679 unit, diikuti Sigra 3.990 unit. Sedangkan, Brio hanya terjual 3.898 unit.
Executive General Manager TAM, Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, wajar jika Calya selalu menempati posisi teratas. Karena, pasar otomotif di Indonesia 44 persen diisi Multi Purpose Vehicle (MPV) berkapasitas tujuh penumpang.
“44 persen tujuh penumpang itu mencerminkan keinginan masyarakat Indonesia. Buktinya bisa dilihat dari Rush, yang tadinya lima penumpang kami jualannya hanya 1.500 sampai 2.000 unit. Sekarang, di atas 3.000 unit per bulan,” ujarnya kepada VIVA, Kamis 15 Maret 2018.
Namun, meski LCGC tujuh penumpang seperti Calya dan Sigra banyak peminatnya, tetap saja produsen tidak mendapat untung besar. Sebab, kata dia, selisih untung yang didapat dari LCGC sudah diatur oleh pemerintah.
“Jadi, kalau kita bicara daging, dagingnya itu tipis, bukan daging kurban. Kalau daging tipis, kami hanya ikuti aturan pemerintah saja. Kami mau naikkan harga saja diatur. Itu dilemanya main di LCGC.” (mus)