Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi Benar-benar Mengancam
- REUTERS/Thomas Peter
VIVA – Aliansi bisnis Renault-Nissan-Mitsubishi belakangan memang tampak mengerikan. Sejumlah raksasa otomotif yang sebelumnya berada di puncak kekuasaan, Volkswagen dan Toyota, kini harus mengakui kekuatan mereka.
Keduanya bahkan digeser dari singgasana. Renault-Nissan-Mitsubishi kini merangsek naik dan menjadi kekuatan baru dengan menduduki peringkat pertama. Baru disusul Volkswagen dan Toyota.
Keberhasilan aliansi ini tak lain dari moncernya penjualan mereka secara global di sepanjang 2017. Data menyebut, aliansi Prancis-Jepang itu berhasil menjual 10.608.366 unit, terdiri dari kendaraan penumpang dan kendaraan komersial ringan di tahun lalu.
Sementara Volkswagen yang berada di posisi kedua, sepanjang 2017 mampu menjual 10,53 juta unit, lalu Toyota dengan penjualan 10,2 juta unit.
Seperti dilansir Paultan, Kamis, 1 Februari 2018, kontribusi besar penjualan aliansi ini datang dari segmen Sport Utility Vehicle (SUV). Selain itu penjualan turut ditopang melalui kendaraan komersial ringan dan juga kendaraan elektrik, hingga membantu menaikkan jumlah jualan sebanyak 6,5 persen.
Data juga mengungkap aliansi itu memasarkan unit-unitnya di 200 negara di bawah 10 jenama, seperti Renault, Nissan, Mitsubishi, Dacia, Renault Samsung Motors, Alpine, Lada, Infiniti, Venucia dan Datsun.
“Dengan penjualan lebih dari 10,6 juta unit di Renault-Nissan-Mitsubishi telah menjadi aliansi nomor satu di dunia," kata Chairman and Chief Executive Officer of Renault-Nissan-Mitsubishi, Carlos Ghosn.
Semua merek tumbuh
Merek Renault dilaporkan mengalami peningkatan penjualan sebanyak 8,5 persen dengan torehan 3.761.634 unit sepanjang 2017. Angka itu menjadi rekor tersendiri bagi Renault hingga menjadikannya jenama nomor dua di Eropa.
Nissan tak kalah cemerlang, karena mampu menjual 5.816.278 unit kendaraan sepanjang 2017. Angka ini meningkat 4,6 persen dari periode sebelumnya. Nissan terlihat mengalami pertumbuhan penjualan di Amerika dan China, masing-masing 1,9 persen dan 12,2 persen. Sementara divisi mobil mewahnya Infiniti, secara global mampu terjual sebanyak 246.492 unit atau meningkat sebanyak tujuh persen.
Sumbangsih positif juga datang dari anggota aliansi baru mereka, Mitsubishi. Merek asal Jepang itu berhasil menjual 1.030.454 kendaraan sepanjang 2017. Angka ini lebih tinggi 10 persen ketimbang tahun 2016.
Peningkatan jualan tertinggi Mitsubishi datang dari daratan China, yang kini sudah menjadi pasar terbesarnya. Di China, permintaan terhadap SUV Outlander mampu terjual hingga 129.160 unit, atau meningkat 56 persen.
Prestasi Mitsubishi di ASEAN tak kalah mengesankan. Mereka dapat menjual 242.224 unit atau meningkat 17 persen dari angka tahun sebelumnya. Peningkatan disumbang Xpander yang belum lama ini diluncurkan di Indonesia.
Mobil listrik turut menyumbang
Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi juga semakin diperkuat dengan kepemilikan teknologi elektrik dan kendaraan elektrik sepenuhnya (EV). Sejak 2010 diperkenalkan ke pasaran, mobil ramah lingkungan mereka telah terjual sebanyak 540.623 unit.
Penyumbang terbesar datang dari Nissan Leaf. Bahkan karena besarnya potensi, Nissan lantas menghadirkan Nissan Leaf generasi kedua untuk pasar Jepang di penghujung tahun lalu. Pada 2017, Leaf dapat terjual sebanyak 91.000 unit di seluruh dunia, termasuk 13.000 di antaranya disumbangkan dari pasar Jepang.
13.000 unit penjualan Nissan Leaf lainnya datang dari pasar Amerika, dan 12.000 unit lainnya datang dari benua Eropa. Sementara angka total sejak kemunculannya pada Desember 2010, sudah lebih dari 300.000 Leaf terjual.
Strategi baru
Berbagai strategi baru pun terus dipersiapkan aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi. Bahkan target hingga tahun 2022 pun sudah mereka miliki, dengan kesiapan penyuntikan dana besar hingga 10 juta Euro untuk keperluan memperkuat kuku bisnisnya.
Direncanakan akan ada 12 mobil listrik terbaru yang akan mereka luncurkan, serta 40 mobil baru lainnya dengan teknologi anyar.