Ceritaku dari Himalaya: Kaget Sapi di Tengah Tol
Jumat, 5 Agustus 2016 - 15:59 WIB
Sumber :
- Royal Enfield
VIVA.co.id - Tanggal 23 Juli merupakan hari terakhir saya, Dian Tami Kosasih, mengendarai Royal Enfield Himalayan dalam menyusuri pegunungan Himalaya. Sejak pukul 07.00, saya sudah bersiap kembali melakukan perjalanan dari Gaushani menuju Chandigarh di India.
Baca Juga :
Aku dan Himalaya
Kami memulai perjalanan pada pukul 09.00. Jarak yang harus saya tempuh hari itu 210 kilometer. Setelah sukses menyeberangi sungai dan melakukan breafing, kami memacu kendaraan di tengah guyuran hujan. Cuaca mendung seolah-olah memberikan isyarat kesedihan di akhir perjalanan ini.
Jalanan licin dan berliku merupakan salah satu tantangan yang harus kami lalui. Dengan menyusuri pinggir sungai berhiaskan kabut tebal membuat perjalanan terasa sendu. Saya memacu kendaraan di posisi kelima dengan situasi jalan yang cukup padat karena Chandigarh merupakan salah satu kota cukup besar di India.
Baca Juga :
Menaklukkan Himalaya dengan Motor Royal Enfield
Setelah menempuh jalan berbukit selama 2 jam, kami beristirahat di sebuah warung pinggir jalan. Baju dan sepatu yang basah tidak menyurutkan niat kami menuju kota terakhir. Sempitnya jalan dan harus melalui kawasan pembangunan jalan, membuat kami harus ekstra hati-hati. Tanah merah ditambah hujan dapat membuat kami terjatuh terpeleset.
Baca juga:Â
Berada di posisi depan, saya sempat tidak tahu arah ketika tiba di pertigaan jalan. Berhenti dan menunggu teman selama 15 menit, saya lakukan sampai Pallavi yang tepat berada di belakang saya menyusul. Setelah bertanya arah dengan warga sekitar, saya dan Pallavi melanjutkan perjalanan.
Setelah 3 jam memacu si kuda besi, kami memutuskan meminum teh sejenak. Cuaca yang tadinya hujan, mendadak cerah, baju yang tadinya basah jadi kering, menjadi saksi perjalanan saya hari itu.
Ratusan tikungan tajam dengan pinggir jurang menjadi teman setia saya selama perjalanan, tak terkecuali hari ini. Pallavi memutuskan kembali beristirahat setelah menempuh perjalanan selama 1 jam. Tak lama, riders lain datang dan beristirahat di tempat yang sama dengan Pallavi. Namun, saya memutuskan melanjutkan perjalanan dengan mencari tempat makan siang yang telah ditetapkan Sarah bersama Angie di depan saya.
Karena kondisi jalan perbukitan yang macet, saya akhirnya memutuskan istirahat sejenak. Sekitar 1 jam melanjutkan perjalanan, saya berhenti di sebuah restoran mewah dan bertemu Sarah. Saya sempat bingung karena tidak ada Angie di restoran.
Mencoba memberitahu Sarah bila Angie berada di depan dan tidak ada di restoran, kami menunggu riders lain datang. Setelah 15 menit menunggu seluruh riders datang tanpa Angie. Melihat hal tersebut, Sarah langsung mencari Angie karena dia tidak tahu pemberhentian untuk makan siang.
Sekitar dua jam, Sarah akhirnya bertemu dengan Angie di kota Chandigarh. Mereka langsung menuju ke hotel tempat kami menginap, dan bertemu dengan tim lain di sana untuk meneruskan perjalanan.
Hewan Suci
Perjalanan kami lanjutkan dengan menyusuri jalan berbatuan menuju kota. Sejam berselang kami tiba di kota. Mengikuti petunjuk arah yang ada, saya beserta riders lainnya terus memacu kendaraan menuju sebuah jalan bebas hambatan atau di Indonesia lebih dikenal jalan tol.
Berbeda dengan Indonesia, tol di India dapat dilalui kendaraan roda dua tanpa membayar. Hanya kendaraan roda empat yang dipungut biaya. Asik memacu motor, saya sempat tidak melihat seekor sapi di tengah jalan. Hampir saja saya menabrak hewan suci bagi umat Hindu tersebut.
Baca juga:Â
Petunjuk arah yang salah membuat kami beberapa kali harus memutar laju kendaraan dan mengambil arah lainnya. Setelah beberapa kali bertanya dan mengikuti arah GPS yang ada, saya akhirnya tiba di Chandigarh pada pukul 17.30 waktu setempat.
Perasaan lelah, senang dan sedih bercampur dalam hati setiap riders. Kami saling berpelukan untuk mengucapkan selamat karena telah berhasil menjelajahi pegunungan Himalaya. Memasuki pukul 20.00, seluruh riders Himalayan Odyssey berkumpul dan bertukar cerita pengalaman yang dilalui.
Mendapat sertifikat bagi kami para bikers wanita pertama yang mengikuti perjalanan Himalayan Odyssey adalah sebuah kebanggan yang tidak dapat diukur nilainya. Ini adalah bukti bila kami, bikers wanita dari seluruh dunia, berhasil menuntaskan perjalanan dan menaklukan jalanan Himalaya meski tantangan berat harus kami hadapi.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Berada di posisi depan, saya sempat tidak tahu arah ketika tiba di pertigaan jalan. Berhenti dan menunggu teman selama 15 menit, saya lakukan sampai Pallavi yang tepat berada di belakang saya menyusul. Setelah bertanya arah dengan warga sekitar, saya dan Pallavi melanjutkan perjalanan.