Sopir Bajaj Minta Dibuatkan Aplikasi Online Biar Ikut Laris

Peluncuran Bajaj 4 tak
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id - Para pengemudi angkutan umum roda tiga, yang populer dengan sebutan Bajaj - mengaku kondisi mereka kini sangat memprihatinkan semenjak hadirnya jasa transportasi pelat hitam berbasis aplikasi online. Pendapatan mereka tiap hari tak lagi sebesar dulu, terutama setelah angkutan berbasis aplikasi kian populer.

Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Paguyuban Pengemudi Angkutan Darat, Jaelani, semua bisa ditangani jika pemerintah tegas menegakkan aturan yang berlaku: yaitu angkutan pelat hitam dilarang beroperasi karena merugikan angkutan umum legal yang sudah mengantongi izin resmi.

"Angkutan aplikasi itu tidak mengikuti UU LLAJ Nomor 22 2009, dimana pada Pasal 138 ayat 2, disebutkan jika angkutan umum dan barang bukan pelat hitam. Tetapi mereka tidak mematuhi aturan tersebut dan pemerintah cuek," kata Jaelani dalam perbincangan di Indonesia Lawyers Club, tvOne, Selasa malam, 15 Maret 2016.

Maka, pihaknya justru menyatakan jika aplikasi online lebih layak dipasangkan ke angkutan umum legal seperti Bajaj. "Seaindainya ada aplikasi diterapkan di kendaraan legal tidak ada masalah, kami justru menunggu itu," kata Jaelani.

Sejauh ini, para pengemudi Bajaj dan angkutan umum lain merasa sangat keberatan dengan hadirnya angkutan aplikasi. Pemerintah pun diminta untuk konsisten dengan aturan yang telah ditetapkan, dimana terus menggenjot angkutan massal untuk meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi.

"Keluhan temen-temen, pemerintah dalam hal penegakan hukum tidak tegas, plin-plan, permasalahn aplikasi ini kan sudah jelas menyalahi aturan transportasi yang ada, mereka kan menyalahi aturan yang ada. Maka itu kami minta aplikasi tersebut ditutup dulu, sambil mengikuti aturan yang berlaku," kata dia.

Apple Serahkan US$50 Miliar ke Pengembang Aplikasi

Adanya angkutan berbasis online telah membuat imbas besar bagi pendapatan sopir angkutan umum resmi. "Penghasilan kami (sopir Bajaj) sebelum ada aplikasi online bisa mengantongi Rp100-Rp100 ribu per hari. Tetapi ini, Rp30 ribu saja sangat susah sekali. Boro-boro bawa uang pulang ke rumah, buat setoran saja kami sudah susah." (ren)