Melintasi Jalur Tol Cipularang Tidak Bisa Sembarangan
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
Bandung, VIVA – Mudik Lebaran selalu menjadi momen yang dinanti, namun juga menghadirkan tantangan tersendiri bagi mereka yang melaksanakannya dan akan melintasi jalur-jalur dengan tingkat kepadatan tinggi dan kondisi jalan yang rawan kecelakaan.
Salah satu ruas tol yang kerap menjadi perhatian adalah Tol Cipularang, yang menghubungkan Jakarta dengan Bandung dan kota-kota di sekitarnya.
Kontur jalan yang bergelombang, tikungan tajam, serta risiko kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi membuat jalur ini masuk dalam daftar rawan kecelakaan.
Kakorlantas Polri saat meninjau jalur tol Cipularang
- Korlantas Polri
Untuk memastikan kelancaran dan keselamatan pemudik, Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri, Irjen Pol Drs. Agus Suryonugroho S.H, M.Hum, turun langsung ke lapangan guna meninjau kesiapan jalur penyelamat di KM 92 Tol Cipularang pada hari ketiga pelaksanaan Operasi Ketupat 2025.
Dalam tinjauannya, Kakorlantas menekankan pentingnya pengendalian kecepatan saat pengemudi mobil melintas di jalur Cipularang.
Menurutnya, kontur jalan yang tidak rata serta adanya titik-titik rawan kecelakaan menuntut pengemudi untuk lebih berhati-hati dan tidak tergesa-gesa.
"Saya, Pak Dirlantas Jawa Barat, Pak Dirgakkum, Pak Kapolres patroli di sepanjang jalan, agar pengguna jalan betul-betul mematuhi peraturan lalu lintas. Jangan sampai overspeed, tidak usah tergesa-gesa," ujar Kakorlantas saat berada di Tol Cipularang KM 92, dikutip VIVA melalui laman resmi Korlantas Polri.
Adapun salah satu langkah antisipatif yang telah disiapkan adalah keberadaan jalur penyelamat, yang berfungsi sebagai tempat darurat bagi kendaraan yang mengalami rem blong atau kehilangan kendali.
Kakorlantas pun meninjau langsung kondisi jalur penyelamat di KM 92 serta beberapa titik lainnya yang masuk dalam kategori troublespot dan blackspot area yang kerap terjadi kecelakaan.
"Saya kemari, saya pastikan tol lancar. Lalu tempat-tempat yang terjadi troublespot dan blackspot saya datangi, termasuk di KM 91. Ini jalur penyelamat, beberapa hari lalu sempat digunakan, bukan karena kecelakaan tapi untuk situasi darurat. Jalur ini jarang dipakai, agak keras, tapi sekarang sudah diperbaiki," jelasnya.
Selain jalur penyelamat, rest area juga menjadi perhatian utama. Dengan meningkatnya volume kendaraan yang meninggalkan Jakarta, tempat peristirahatan harus dipastikan siap melayani pemudik agar mereka memiliki tempat yang layak untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan.
"Jalur-jalur penyelamat sudah siap semua, di samping jalur tol termasuk juga rest area-rest area yang menjadi tempat persinggahan para pengendara," tambahnya.
Lebih lanjut, Kakorlantas pun mencatat adanya peningkatan volume kendaraan yang meninggalkan Jakarta selama tiga hari pelaksanaan Operasi Ketupat 2025.
Dibandingkan dengan tahun lalu, arus mudik meningkat sekitar 30 persen, dengan rincian kenaikan sebesar 37 persen pada H-10, 22,5 persen pada H-9, dan terus bertambah.
"Komparasinya selama 3 hari itu yang keluar dari Jakarta, baik yang ke Cikupa maupun Trans Jawa, sudah hampir 30 persen. Artinya sudah terurai dari awal. Moga-moga nanti pada saat hari H atau H-3 yang diprediksi sebagai puncaknya, kami sudah bisa mengelola lebih baik," pungkasnya.
