Bos Pertamina Buka Suara soal Viral Pertamax Dituding Sebabkan Mobil-mobil Rusak
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri, akhirnya buka suara perihal viral mobil-mobil mengalami kerusakan pada fuel pump yang diduga karena BBM Pertamax. Simon tak melihat ini sebagai ancaman pada Pertamina.
Sebelumnya, dalam video yang diunggah oleh akun X @List3a_, memperlihatkan sejumlah mobil rusak tengah diperbaiki di bengkel Daihatsu Cibinong. Tampak pula pegawai bengkel yang memindahkan Pertamax dari tangki bahan bakar mobil ke dalam galon.
Atas viralnya video itu, Pertamina Patra Niaga melakukan investigasi internal, mulai dari pengecekan kualitas Pertamax di Terminal BBM hingga ke SPBU-SPBU. Selain koordinasi dengan bengkel, Pertamina Patra Niaga juga menggandeng Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) ITB.
Dalam hasil uji lab Pertamina, dihasilkan bahwa kualitas Pertamax cukup baik dan memenuhi spesifikasi teknis yang ditetapkan Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM. Menurut Simon, hasilnya Pertamax memang lulus uji standar.
"Menyangkut hal yang viral kemarin, jadi dari Pertamina kami juga sudah melakukan uji sampel untuk beberapa SPBU di Cibinong, begitu juga kami kerja sama dengan LAPI ITB, dan juga dari Lemigas. Tentunya memang setelah dicek parameter dan standar yang sudah ada di Pertamax itu sudah lolos uji standar untuk digunakan sebagai bahan bakar," kata Simon saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, kemarin.
Lebih lanjut, Simon menegaskan bahwa pihaknya tidak berpuas diri dengan hal tersebut. Pertamina tetap menerima berbagai masukan dari masyarakat guna mendorong perbaikan kinerja dan pelayanannya, dan tak melihat viralnya ini sebagai ancaman.
"Jadi kami tidak melihat ini sebagai ancaman ataupun kalau bisa dikatakan misalnya ada berita hoax, apakah ini menyerang reputasi Pertamina, bagi kami tidak. Karena justru yang harus diuntungkan dari semua ini adalah rakyat. Jadi bagaimana caranya, kita lakukan mitigasi, kita lakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan, untuk membuat semua masukan yang kita dapat dari masyarakat dapat kita jawab dengan sebaik-baiknya," ucapnya.
Simon menegaskan, pihaknya telah melakukan uji dengan menggandeng lembaga bersertifikasi nasional dan internasional. Meski begitu, Simon mengatakan pihaknya akan terus berbenah diri untuk meningkatkan kualitas bahan bakar yang dijualnya.
"Jadi bukan kami membela diri bahwa kualitas BBM kami sudah sesuai standar, itu yang berbicara adalah fakta dan hasil ilmiah. Namun tentunya kami akan terus berbenah diri dan untuk meningkatkan kualitas produk Pertamina supaya jauh lebih baik. Jadi apa pun saran yang kami terima dari masyarakat akan kami terima dengan sebaik-baiknya," pungkas Simon.
Ahli konversi energi ITB Tri Yuswidjajanto Zaenuri sendiri sudah memberikan pernyataan perihal viral mobil-mobil di Cibinong. Menurutnya banyak endapan pada tangki bensin, itu lah yang membuat mobil kehilangan tenaga karena menyumbat filter sebelum bahan bakar masuk ke dalam pompa.
Tri melalui tim LAPI ITB selanjutnya membawa sampel endapan ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan melalui metode EDS (Energy-Dispersive X-ray Spectroscopy) guna diidentifikasi unsur-unsur pembentuknya.
Hasil uji EDS itu kemudian dibandingkan dengan hasil analisis fisika dan kimia yang dilakukan tim Lemigas terhadap bahan bakar Pertamax dari beberapa SPBU, yang diperkirakan menjadi sumber Pertamax bermasalah.
"Ternyata, senyawa pembentuk endapan tersebut tidak ditemukan dalam bahan bakar yang dianalisis (Pertamax)," ungkap Tri.
Dari hasil penelitian itu, akhirnya dicurigai pada material antikorosi yang biasa dipakai sebagai pelapis tangki bahan bakar berbahan logam, mengingat pelapis biasanya terbuat dari paduan unsur yang terdeteksi pada analisis EDS.