Truk Jadi Penyumbang Emisi Terbesar, Jakarta Siapkan Wilayah Rendah Emisi
- Instagram @jktinfo
VIVA – DKI Jakarta menjadi penyumbang polusi terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Seperti yang kerap terlihat dari berbagai aplikasi pemantau kualitas udara yang bisa diakses secara online.
Jumlah kendaraan selalu menjadi salah satu alasan utama penyumbang emisi. Mulai dari kendaraan komersial yang masih mengadopsi mesin diesel, serta kendaraan pribadi.
Berdasarkan keterangan resmi Pemprov DKI Jakarta, kendaraan komersial seperti truk menjadi penyumbang polusi terbesar dengan kandungan emisi, NOx, dan SO2 atau PM10, PM2.5, dan karbon hitam.
Kemudian sepeda motor sebagai kendaraan dengan populasi terbanyak juga menyumbang emisi CO, dan NMVOC atau senyawa organik volatile non-metan tertinggi, dibandingkan kendaraan roda empat pribadi.
Salah satu acara untuk melihat kualitas udara di Ibu Kota, pemerintah setempat menambah jumlah stasiun pemantau kualitas udara yang bisa diakses warga melalui udara.jakarta.go.id.
Selain itu upaya lain untuk menyerap emisi yang dihasilkan dari kendaraan bermotor bermesin bahan bakar memperluas wilayah hijau, atau kawasan rendah emisi.
“Kami sedang mempersiapkan rencana memperluas kawasan rendah emisi guna mengurangi tingkat polusi udara secara signifikan,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, dikutip dari keterangannya.
Adapun jika melihat aplikasi IQAir, Kamis 17 Oktober 2024, pukul 11:27 WIB, kualitas udara di Jakarta cukup membaik, dengan kondisi sedang 95, di mana nilai PM2.5 di angka 32,9, dan PM10 44,1.
Sebelumnya pemerhati kualitas udara, atau Co-Founder Nafas Indonesia, Piotr Jakubowski menyebut, bahwa jumlah kendaraan di Jabodetabek bukan masalah utama tingginya polusi udara, tapi kualitas BBM.
"Ternyata BBM di Indonesia terkotor di Asia Tenggara. Transportasi ditunjuk sebagai sumber besar seperti Jakarta. Tapi masalahnya bukan jumlah kendaraan," ujarnya dalam video singkat di Instagram pribadinya.
Menurutnya banyak kota di belahan dunia lainnya yang memiliki jumlah kendaraan serupa dengan Jabodetabek, yaitu 5 juta unit seperti Meksiko, atau bahkan lebih banyak layiknya Beijing dan Shanghai 6 juta unit, dan Tokyo Jepang mencapai 9 juta unit
"Tapi apa bedanya? Semua kota ini punya kualitas udara lebih bersih dari Jakarta. Jadi artinya bukan mobil, tapi standar BBM-nya. Ternyata di Indonesia BBM-nya kotor, karena jumlah sulfur di dalam BBM, ternyata standar sulfur di Indonesia 500 ppm," tuturnya.