Ini yang Dilakukan Bridgestone Kelola Ban Cacat Produksi

Ban Bridgestone
Sumber :
  • VIVA/Pius Mali

Karawang, VIVA – Meski produksi ban sudah melalui penerapan standar yang berkualitas, tak jarang terjadi beberapa unit ban yang mengalami cacat produksi.

Marak Aksi Pencurian Ban dan Pelek Mobil Toyota Avanza Saat Parkir

Kesalahan produksi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor tertentu, seperti ketidaksempurnaan dalam bahan baku atau masalah teknis pada peralatan.

Ban yang mengalami cacat produksi biasanya tidak memenuhi standar keselamatan dan kualitas yang telah ditetapkan, sehingga tidak bisa dijual atau digunakan.

Kisah Seru Bikers Mencoba Ban Baru Motor Matic dan Sport

Maka dari itu, PT Bridgestone Tire Indonesia (Bridgestone Indonesia) memiliki cara tersendiri untuk mengelola ban yang mengalami cacat produksi.

Ban Bridgestone Dueler A/T002

Photo :
  • Arianti Widya
Jangan Sepelekan Kondisi Ban saat Musim Hujan

Anindito Ajireswara selaku Consumer Marketing 1 Manager Bridgetone Indonesia mengatakan pihaknya melakukan daur ulang ban yang cacat produksi untuk menjadi barang bermanfaat.

Adapun dalam proses daur ulang ban cacat produksi ini, Bridgestone Indonesia melakukan kerja sama dengan pihak masyarakat.

"Kita ada kerja sama dengan beberapa masyarakat, salah satunya program sosotan dengan warga di daerah Bogor untuk mengelola ban reject jadi barang-barang yang berfungsi," ujarnya dikutip VIVA di Karawang, beberapa waktu lalu.

Anindito pun menjelaskan bahwa pihaknya memberikan mesin khusus untuk masyarakat yang membantu dalam proses daur ulang ban cacat produksi.

"Jadi mereka kami berikan mesin untuk melakukan pemisahan antara karet dengan benang dan kawat. Di mana karetnya untuk bikin karpet mobil dan benangnya untuk tambang di kapal," jelasnya.

Ia mengatakan bahwa proses daur ulang ban ini sudah dilakukan oleh Bridgestone Indonesia sejak 2021. Kemudian, presentase jumlah ban cacat produksi ini tidak banyak.

"Kita sudah lakukan ini sejak 2021 sampai sekarang. Untuk presentase ban cacat produksinya tidak banyak, tidak sampai satu persen, di bawah itu," tutup Anindito.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya