Presiden Jokowi Optimis RI Jadi Raja Kendaraan Listrik Tanpa Tesla
- YouTube Sekretariat Presiden
VIVA – Presiden Jokowi, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan sudah negosiasi dengan Elon Musk agar Tesla menancapkan kuku bisnisnya di Tanah Air.
Namun sampai saat ini lobi pemerintah terhadap pemilik SpaceX itu seperti angin berlalu, Elon Musk malah lebih dulu menjual internet berbasis satelit, yaitu Starlink dibandingkan membangun ekosistem kendaraan listrik, melalui Tesla.
Ketidakpastian itu yang membuat Presiden Jokowi tidak berharap lagi dengan brand mobil listrik asal Amerika Serikat tersebut. Bahkan orang nomor satu di RI itu optimis, tanpa Tesla Indonesia tetap menjadi raja kendaraan listrik, dan akan dicari negara lain.
Salah satunya sudah dibuktikan dari nilai investasi yang digelontorkan Hyundai, Wuling, BYD, hingga VinFast untuk membangun manufaktur di dalam negeri. Terutama Hyundai yang sudah membuat pabrik baterai kendaraan listrik menggandeng LG Energy Solution.
"Kan yang sudah masuk dan berproduksi mobil listrik sudah ada, yaitu Hyundai. Kemudian untuk investasi di EV baterai, baterai kendaraan listrik juga sudah ada di Karawang, baru saja kita buka," ujar Jokowi, dikutip dari Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu 27 Juli 2024.
PT Hyundai LG Industry Green Power adalah pabrik baterai mobil listrik pertama di Indonesia yang resmi beroperasi di Karawang, Jawa Barat. Produk pertama yang pakai baterai lokal itu adalah All New Kona Electric yang resmi dirilis di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show, atau GIIAS 2024.
Pabrik baterai hasil kolaborasi dua perusahaan raksasa asal Korea, yaitu Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution, serta Indonesia Battery Corporation itu diresmikan Presiden Jokowi, Rabu 3 Juli 2024.
Bahkan mantan Gubernur DKI Jakarta itu memberikan bocoran, bahwa akan ada lagi perusahaan lain yang akan mengembangkan bahan baku baterai kendaraan listrik. Sehingga dia sangat optimis masa depan Industri kendaraan ramah lingkungan itu ke depannya.
"Sebentar lagi akan ada pabrik katoda dan anoda yang nanti juga akan memperkuat industri EV baterai kita. Kalau EV baterainya ada, untuk masuk industri mobil listrik sangat mudah karena 40-50 persen komponen mobil itu ada pada baterai listriknya," tuturnya.
Dengan kondisi tersebut, maka tidak menutup kemungkinan Indonesia yang akan dicari oleh negara lain, terutama mereka yang ingin mengembangkan kendaraan tanpa emisi tersebut.
"Saya kira investor akan datang mencari, bukan kita yang mencari. Kita harus optimistis," sambungnya.