Gegara Inden Terlalu Lama BYD Akui ada Konsumen yang Batal Beli
- VIVA.co.id/Muhammad Indra Nugraha
Jakarta – Penyerahan mobil listrik BYD ke konsumen terbilang cukup lama, terlebih jika dibandingkan dengan merek China lainnya. Salah satu faktornya, karena insentif yang dinikmati BYD meskipun status produknya impor utuh.
Seperti diketahui, BYD menjadi brand pertama di Tanah Air yang mendapatkan insentif CBU (Completely Built Up) dari pemerintah, berupa bebas bea masuk, hingga PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) ditanggung negara.
Keringanan itu didapatkan karena komitmen BYD membangun ekosistem kendaraan listrik, salah satunya berinvestasi dengan mendirikan pabrik di kawasan Subang, Jawa Barat untuk produksi lokal mobil listriknya.
Sebelum dibuat di dalam negeri, ketiga mobil listrik pertama BYD, yaitu Dolphin, Atto 3, dan Seal yang dipasarkan ke konsumen pada tahun ini statusnya masih impor utuh dari Tiongkok.
Namun dalam dua tahun ke depan, ketiga mobil ramah lingkungan itu wajib dibuat lokal dengan kuota produksi sesuai unit yang masuk saat dijual impor. Jika tidak aka nada penalti yang perlu ditanggung.
Hal itulah yang menjadi salah satu rumitnya proses pengiriman unit ke tangan konsumen, karena secara target penjualan pun melebihi ekspetasi perusahaan. Sehingga kuota impor meningkat dari perjanjian awal.
Setelah izin impor mereka direstui pemerintah di bulan lalu, sebanyak ribuan unit ketiga mobil ramah lingkungan mereka mulai didistribusikan ke jaringan diler, untuk proses pengiriman pertama ke tangan konsumen.
Sejak Jumat 21 Juni 2024, proses pengiriman unit tahap pertama sudah dilakukan secara serempak oleh jaringan diler. Seperti yang disampaikan Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia, Eagle Zhao, baru-baru ini.
“Menjadi tonggak sejarah besar dengan pengiriman unit pertama kami ke konsumen, ada 1.500 unit batch pertama,” ujarnya di Jakarta, dikutip, Minggu 23 Juni 2024.
Produsen mobil yang berkantor pusat di Shenzhen tersebut juga akan melakukan acara simbolis penyerahan ratusan unit ke konsumen, pada 30 Juni di kawasan PIK (Pantai Indah Kapuk).
Namun karena pendistribusian Atto 3, Seal, atau Dolhpin itu memakan waktu kurang lebih 4 bulan, sejak keran pemesanan dibuka pada Februari tahun ini, ada saja konsumen yang membatalkan pemesanannya.
“Rasio pembatalan (pemesanan) relative rendah, dan itu menunjukkan konsumen Indonesia bersabar untuk menunggu kualitas tinggi dari kendaraan BYD,” tuturnya.
Tidak dijelaskan secara detail jumlah konsumen yang batal beli mobil pelahap seterum tersebut, namun tingginya SPK (surat pemesanan kendaraan) yang masuk saat ini melebihi target perusahaan, sebanyak ribuan unit.
“Tingginya jumlah pemesanan yang melebihi proyeksi awal menunjukkan minat masyarakat yang tinggi dari teknologi BYD,” sambungnya.