Rekayasa Contraflow dan One Way, Mana Lebih Baik?

Dua minibus terbakar di KM 58 Tol Cikampek arah Jakarta
Sumber :
  • tvOne

Cikampek – Saat musim mudik lebaran, kecelakaan lalu lintas seringkali tak terhindari karena beberapa faktor. Hari ini, baru saja terjadi sebuah tabrakan maut di KM 58 Tol Cikampek yang mengakibatkan belasan orang meninggal dunia.

Gratis, Ruas Tol Kuala Tanjung-Indrapura Dibuka selama Nataru 2024/2025

Peristiwa tersebut melibatkan tiga kendaraan yaitu Daihatsu GrandMax, Daihatsu Terios, dan sebuah bus. Adapun kejadian ini terjadi di jalur contraflow Cikampek menuju Jakarta.

Berawal dari mobil GrandMax, yang sedang berada di jalur contraflow mogok dan menepi di bahu kanan jalan, mengarah ke Jakarta. Kemudian dari arah belakang, mobil GrandMax ini dihantam oleh bus antar kota yang melintas dan mengakibatkan mobil terbakar saat itu juga. Lalu, terdapat Daihatsu Terios menabrak bus dari belakang. Alhasil, mobil ini ikut terbakar.

Jelang Nataru, Jasa Marga Catat 490 Ribu Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Dua minibus terbakar di Tol Km Cikampek arah Jakarta

Photo :
  • tvOne

Sony Susmana selaku Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia turut menanggapi kecelakaan di Tol KM 58 ini. Ia menyampaikan bahwa risiko berkendara di jalur contraflow itu memang jauh lebih besar.

Bus Pariwisata Tak Layak Jalan Ingin ke Puncak Bogor Diputar Balik, Ratusan Wisatawan Diturunkan

"Jelasnya, saat contraflow itu ruang gerak kendaraan jadi lebih sedikit karena kita hanya bergerak lurus di laju kanan. Misal ada kendala seperti ban pecah, mobil hilang kendali, mobil mogok, ruang gerak kendaraan jadi sangat terbatas," ujar Sony saat dihubungi VIVA Otomotif pada Senin, 8 April 2024.

"Jadi kita agak kesulitan untuk bisa mengontrol laju kendaraan, dan memprediksikan gerakan dari mobil lain," tambahnya.

Sony juga mengatakan bila rekayasa lalu lintas contraflow juga bisa menimbulkan Highway Hypnosis. Di mana kondisi ini mengakibatkan pengendara kehilangan fokus sepenuhnya padahal dalam keadaan sadar.

"Saat contraflow, umumnya pengemudi gampang mengalami kelelahan dan kehilangan fokus saat berkendara karena jalan nya kan lurus saja," jelas Sony.

Menurut Sony, rekayasa lalu lintas contraflow lebih baik digunakan untuk jarak yang lebih pendek. Sementara untuk jarak panjang, ada baiknya menggunakan model one way.

"One way sudah jelas, karena ini mengambil semua badan jalan tidak ada arah yang berlawanan. Kalau contraflow sebenarnya lebih cocok digunakan untuk jarak pendek ya karena kondisi jalan kan sempit, jadi mudah terkena highway hypnosis. Jadi lebih baik one way saja dibandingkan contraflow," ungkapnya.

Lebih lanjut, Sony menyampaikan bila harus melewati lajur contraflow, ada baiknya untuk menjaga kecepatan sekitar 60-70km/jam, jaga jarak aman dengan kendaraan depan, juga harus fokus konsentrasi berkendara. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya