Dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap Otomotif

Komisaris Independen PT Astra Otoparts Tbk Agus Tjahajana Wirakusumah
Sumber :
  • VIVA/Arrijal Rachman

VIVA – Perkembangan teknologi yang saat ini sudah memasuki otomasi atau memasuki era revolusi industri 4.0, diperkirakan sangat memengaruhi kecepatan perkembangan industri otomotif ke depannya. 

Penjualan Mobil Tahun Depan Bakal Makin Berat

Komisaris Independen PT Astra Otoparts Tbk, Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan, perubahan tersebut tidak hanya akan memengaruhi percepatan produksi industri otomotif, melainkan juga terkait pembaruan mesin, model, hingga bahan bakar.

Industri, menurutnya, akan mengalami perubahan dalam waktu yang sangat singkat, yakni dalam hitungan satu tahunan. Padahal, kata dia, pada era 1990 hingga 2000, pembaruan atau perubahan desain atau model hingga sistem kendaraan minimal 20 tahunan.

Mulai Era Elektrifikasi, Kehadiran Insentif Dongkrak Penjualan Mobil Listrik

"Ada mobil listrik, kemudian tidak ada sopir atau autonomous. Yang sangat berubah nanti pembaruan tahunan, dari yang 40 tahun, 20 tahun, 15 tahun, akhirnya menjadi tahunan. Ini hanya bisa dilakukan dengan robotik," kata dia dalam sebuah diskusi di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2019.

Dengan adanya perkembangan teknologi dan otomasi atau robotic tersebut dalam industri otomotif, proses efisiensi juga akan tercipta. Bahkan bisa menghemat beban biaya industri.

Hal Ini Bisa Jadi Ancaman Industri Otomotif di 2025, Toyota: Kami Perlu Waspada

Dia mengungkapkan, di negara yang memiliki teknologi otomasi dan robotic yang sudah terdepan, seperti Jerman, efisiensi industri mampu mencapai 20-40 persen dengan total produktivitas naik 4-7 persen. Selain itu, pendapatan industri naik 1 persen dari Produk Domestik Bruto Jerman. Penyerapan tenaga kerja naik 6 persen dalam 10 tahun dan investasi naik 1-1,5 persen.

Karena itu, dia menilai, langkah pemerintah untuk mengembangkan kualitas kemampuan sumber daya manusia ke depan untuk merespons revolusi industri 4.0 sudah tepat, khususnya di sektor industri otomotif. 

"Kalau jumlah produksinya di atas 500 unit per hari enggak bisa pakai orang, tanpa robot enggak akan terjadi. Kalau di bawah itu manual bisa. Masalahnya orang mau enggak mau beralih ke situ. Artinya bahwa ke depan harus memiliki SDM berbeda dari sekarang," tuturnya.

FGD VIVA.co.id, Mengakhiri One Million Trap, Menyongsong Era Rendah Emisi

Kunci Industri Otomotif Nasional Hadapi Tantangan di 2025

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% serta adanya opsen alias pajak tambahan mulai 2025, diprediksi memberikan dampak signifikan pada daya beli masyarakat.

img_title
VIVA.co.id
23 Desember 2024