BPOM: 15 Persen Takjil di Indonesia Mengandung Zat Berbahaya

Berburu Makanan Takjil di Kawasan Senen
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews
Menyapa Pendengar Baru, More on Mumbles Siap Lakukan Kolaborasi Lebih Luas
- Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparringa menyebut 15 persen makanan takjil di Indonesia tak memenuhi syarat. Pasalnya, makanan tersebut mengandung zat-zat berbahaya.

Bus Pariwisata dari Bali Kecelakaan Beruntun di Kota Batu, Tabrak Sejumlah Kendaraan

"Hasil pengawasan pangan takjil secara nasional berdasarkan pengawasan seluruh Balai POM di Indonesia hingga 16 Juli 2014, menunjukkan sekitar 15 persen tidak memenuhi syarat terhadap pangan takjil yg dicurigai (1.500 sampel)," kata Roy kepada
Jenderal TNI Agus Subiyanto Pimpin Sertijab, Mayjen Kunto Arief Wibowo Kini Jabat Pangkogabwilhan I
VIVAnews lewat keterangan tertulisnya, Sabtu 19 Juli 2014.


Ribuan makanan yang dijadikan
sample
itu antara lain bakso, jelly, agar-agar, cendol, bubur ketan hitam, kacang hijau, kolang-kaling, dan mie basah. Sirup, tahu, lontong, dan pempek pun termasuk ke dalamnya.


"Ada juga kerupuk, keripik, sambal plecing, ikan goreng, dan sejenisnya," kata dia.


Untuk menghindari makanan berisiko seperti itu, Roy pun memberikan tipsnya.

"Hindari makanan berwarna mencolok, (seperti) makanan berbahan mie basah. Perlu diwaspadai makanan dari bahan tahu, ikan, bakso, serta kerupuk," kata dia.


Seperti yang diketahui, makanan yang berwarna mencolok biasanya mengandung pewarna makanan berbahaya, seperti rhodamin-B. Dalam konsentrat tinggi, rhodamin B bisa merusak hati. Sementara itu, zat berbahaya lainnya, seperti formalin, juga terdapat dalam makanan seperti bakso dan tahu.


Roy menekankan bahwa tak semua makanan yang disebutnya mengandung bahan berbahaya. "Sekitar 15 persen positif," kata dia. (ita)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya