Bongkar Fakta Derita Prajurit TNI di Papua, Wamen Prabowo Ini Pernah Bikin Jenderal Andika Tarpana

VIVA Militer: Jenderal TNI AP
Sumber :
  • VIVA Militer

VIVA – Presiden Prabowo Subianto telah memutuskan untuk menempatkan Lodewijk Freidrich Paulus untuk bergabung di Kabinet Merah Putih dengan jabatan sebagai Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menkopolkam).

Memang, Pak Lodewijk Freidrich Paulus ini saat ini berstatus sebagai politisi dari Partai Golkar. Namun, jika dilihat dari rekam jejak perjalanan hidupnya, beliau cukup mahir membidangi sektor keamanan.

Sebab, Pak Lodewijk Freidrich Paulus adalah seorang pensiunan militer Indonesia. Engak kaleng-kaleng lho, pangkat terakhirnya saja sebelum purna bhakti adalah jenderal bintang tiga atau Letnan Jenderal TNI.

VIVA Militer: Letnan Jenderal TNI (Purn.) LFP

Photo :
  • VIVA Militer

Kariernya di TNI Angkatan Darat sejak lulus AKABRI pada tahun 1981 hingga pensiun thaun 2015 cukup gemilang. Selain pernah menjabat Panglima Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan, beliau juga pernah menjadi Komandan Jenderal (Danjen) Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Dan akhir kariernya dipercaya untuk menjabat Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat (Dankodiklat TNI AD).

Oke, itu profil singkatnya saja. Nah kali ini VIVA Militer akan mengungkap sebuah kisah saat Pak Lodewijk Freidrich Paulus masih duduk di kursi parlemen, ia ketika itu beliau menjabat Wakil Ketua DPR RI.

Dua tahun lalu tepatnya September 2022, beliau bersama anggota Komisi I DPR RI menggelar rapat dengan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Membahas soal anggaran.

VIVA Militer: Jenderal TNI AP

Photo :
  • VIVA Militer

Saat itu dari militer yan hadir adalah Panglima TNI, Jenderal TNI Andika Perkasa. Sedangkan dari Kemhan yang hadir Letjen TNI (Purn) Muhammad Herindra sebagai Wakil Menhan.

Pada sebuah kesempatan dalam rapat itu, Pak Lodewijk Freidrich Paulus mengungkap sebuah kisah nyata tentang derita yang dirasakan dan dialami prajurit TNI yang bertugas di wilayah Papua.

Di hadapan Jenderal TNI Andika, Pak Lodewijk Freidrich Paulus mengatakan bahwa cerita itu ia dapatkan langsung saat kunjungan kerja DPR ke Papua.

VIVA Militer: Letnan Jenderal TNI (Purn.) LFP

Photo :
  • VIVA Militer

Lodewijk Freidrich Paulus menceritakan bahwa kondisi prajurit TNI di Papua itu sangat menyedihkan. Banyak yang gugur akibat kebrutalan Kelompok Separatis Teroris (KST) OPM cuma karena keterbatasan kebutuhan pokok.

Mirisnya, menurut Lodewijk Freidrich Paulus keterbatasan kebutuhan pokok itu terjadi akibat terlambatnya dorongan logistik. Padahal logistik merupakan kunci utama keberhasilan sebuah operasi militer.

"Gara-gara dorlog yang terlambat, maka prajurit harus berbelanja ke pasar. Belanja dia (prajurit TNI-red), bayangkan kalau satu minggu habis berapa dia, dan di kita ada teori patroli, rute berangkat tidak boleh sama dengan rute kembali. Kenapa? konsekuensinya kita dihadang. Nah kalau prajurit belanja ke pasar, dia tidak bisa memakai teori patroli tersebut. Tempatnya pasti di situ, kebutuhannya sama, rutenya tidak akan berubah. Nah dampaknya apa dari keterlambatan logistik ini, akhirnya prajurit banyak yang jadi korban gara-gara belanja di pasar," kata Letjen TNI (Purn.) Lodewijk Freidrich Paulus.

Peristiwa Sedih di Markas Marinir saat 12 Prajurit Pamit Tinggalkan TNI

Keterlambatan dorongan logistik itu ternyata sesuai fakta di lapangan terjadi bukan karena faktor medan berat dan cuaca saja. Tapi akibat kondisi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) pendukung pendisitribusian logistik yang tak memadai dan berfungsi dengan baik.

VIVA Militer: Letnan Jenderal TNI (Purn.) LFP

Photo :
  • VIVA Militer
Waspada Penuh, Hamas Takkan Bongkar Identitas Pemimpin Barunya

"Ada suatu fakta Bapak Panglima TNI karena dorlog, dorongan logistik terlambat ke wilayah, Kita tahu Papua seperti apa. Gara-gara dorlog terlambat, ini sementara kita abaikan dulu masalah cuaca dan geografi. Artinya kesiapan alutsista. Jadi jangan salahkan dulu cuacanya bagaimana, medannya bagaimana. Tapi kesiapan," kata beliau kepada Jenderal TNI Andika.

Itu belum seberapa, ada lagi kisah nyata soal prajurit TNI yang harus kehilangan nyawa karena terlambat mendapatkan penanganan medis, akibat proses evakuasi yang terkendala alutsista.

Kabar Duka, Brigadir Jenderal TNI Hery Ismailliya Meninggal Dunia

"Nah ini, kedua ini baru cerita utama dari kebutuhan sandang yaitu makan prajurit. Bagaimana juga kalau ada prajurit yang sakit bagaimana kesiapan evakuasi atau transportasi medis, di Papua ya lebih cenderung ke udara. Bagaimana kesiapan kita? Pada akhirnya kesejahteraan prajurit, ada prajurit gugur karena terlambat dievakuasi apalagi kita tahu Papua malaria dan lain sebagainya," ujarnya.

VIVA Militer: Letnan Jenderal TNI (Purn.) LFP

Photo :
  • VIVA Militer

Fakta ini diungkapkan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Lodewijk Freidrich Paulus sebagai masukan kepada Kemhan dan TNI agar bijak dan efisien memutuskan penggunaan anggaran untuk program yang diprioritaskan, apalagi anggaran yang bakal dikucurkan pemerintah untuk Kemhan tahun belanja 2023 jumlahnya cukup tinggi, dengan pagu anggaran Rp131,92 triliun.

"Cukup besar untuk pengadaan tapi jangan sampai pengadaan yang besar ini akan berdampak pada pemeliharaan yang besar atau gara-gara ini maka pesawat-pesawat yang sudah dibeli katakan alutsista yang sudah dibeli oleh Angkatan Darat, Angkatan Laut maupun Angkatan Udara akhirnya tidak bisa digunakan gara-gara anggaran perawatan itu sangat kecil," ujarnya.

Mendengar cerita yang diungkap seniornya itu, Jenderal TNI Andika Perkasa terlihat cuma diam, tak dapat berucap apa-apa selain cuma terpana menatap ke arah Pak Lodewijk Freidrich Paulus.

Baca: Jenderal Denjaka Marinir TNI Penghancur Bajak Laut Sah Jadi Wakil Komandan Perisai Hidup Prabowo

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya