Hari Terakhir Raja Aibon Kogila di Gurudug, Warga Sedih Ditinggal Prajurit TNI Harimau Siliwangi
- Tim TMMD 120 Kodim Purwakarta
VIVA – "Pak.. foto dulu," ujar Teh Ai kepada Letnan Kolonel Inf Ardiansyah alias Raja Aibon Kogila usai pemotongan pita peresmian Musala Al-Maarij, Desa Gurudug, Pondok Salam, Purwakarta, Jawa Barat.
"Nanti ya. Nanti saya ke sini lagi," ucap Ardy dengan nada pelan, kemudian berlalu meninggalkan Teh Ai.
Sejak pagi itu, Kamis 6 Juni 2024, suasana Desa Gurudug memang cukup ramai. Lalu lalang kendaraan tak kenal waktu. Dari kendaraan pribadi, dinas sipil, TNI dan Polri, silih berganti, datang dan pergi menuju lapangan sepak bola desa Gurudug.
Kapten Armed Deni menjadi salah satu Perwira Kodim 0619 Purwakarta yang paling sibuk saat itu. Maklum saja, selain menjabat sebagai Komandan Komando Rayon Militer (Danramil) Jatiluhur. Ia juga merangkap sebagai pejabat Pasilog Kodim.
Deni bersama para prajurit TNI, masyarakat, pegawai Pemkab Purwakarta, juga Babinkamtibmas, terlihat sibuk menyiapkan fasilitas, peralatan dan perlengkapan untuk penyelenggaraan acara penutupan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-120. Sejatinya, acara dilaksanakan pada keesokan harinya. Itulah mengapa, segala sesuatunya harus segera dibereskan sebelum matahari terbenam.
Malam harinya, suasana Desa Gurudug begitu ramai, tidak seperti malam-malam sebelumnya. Banyak warga yang keluar dari rumah, sekadar untuk berkumpul bersama di kantor desa, warung-warung, pinggir jalan, Pos Kamling, juga di persimpangan jalan.
Mayor Armed Sulkhan dan beberapa perwira Kodim Purwakarta yang telah menyelesaikan pekerjaan di kantor masing-masing, turut hadir di Desa Gurudug. Semuanya saling bantu, saling support demi lancarnya acara keesokan harinya. Sembari bekerja, Mayor Sulkhan, Kapten Bambang, Kapten Eryk, Kapten Rasyam, Kapten Rambat, Lettu Unang dan beberapa Babinsa menyempatkan diri bersenda gurau dengan masyarakat.
"Besok sudah sepi lagi Pak. Kami sedih. Enggak tau kapan kita ketemu lagi. Sebulan ini desa selalu ramai. Bapak-bapak pergi, nanti sepi lagi. Sedih pak," ucap Teh Ai.
Pagi hari pun tiba. Tampak iring-iringan masyarakat Gurudug bergerak menuju lapangan sepak bola, lokasi acara penutupan TMMD. Tak sedikit dari mereka membawa bekal makanan untuk ngaliwet di pinggiran lapangan. Anak-anak pun memakai baju baru, persis seperti mau merayakan lebaran.
Kendaraan pribadi, dinas sipil dan militer pun tak ketinggalan. Beberapa unit truk bergerak menanjak, mengantar pasukan yang akan berbaris di lapangan. Di bawah tenda, pelayanan terhadap warga mulai dijalankan. Warga begitu senang dengan senyuman dari tim pelayanan kesehatan, tim pembuat SIM, KTP, kartu keluarga dan kartu anak dan berbagai hal lainnya. Keramaian di lapangan sepakbola desa Gurudug tak surut, meskipun sinar mentari semakin terasa menyengat di badan.
Menjelang pukul 9 pagi, Inspektur Kodam III Siliwangi, Brigjen TNI Agus Gunawan dan Asisten Daerah 1 Pemkab Purwakarta, didampingi Danrem 063 Sunan Gunung Jati, para Perwira TNI-Polri serta pejabat Pemkab Purwakarta tiba di pinggir lapangan. Tari-tarian khas daerah Purwakarta menyambut kedatangan sang Jenderal TNI Angkatan Darat dan rombongan. Rangkaian acara penutupan TMMD ke-120 Kodim 0619 Purwakarta pun dimulai.
"Pada hari ini, Jumat tanggal 7 Juni 2024 pukul 09.36 WIB Tentara Manunggal Membangun Desa ke-120 2024 di wilayah Kodam III Siliwangi secara resmi saya nyatakan ditutup. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan petunjuk bimbingan kekuatan dan kemurahan kepada kita semua dalam melanjutkan pengabdian kepada masyarakat bangsa dan negara yang kita cintai. Pantang menyerah tetap semangat selalu gembira dalam tugas" ucap Brigjen TNI Agus menutup secara resmi TMMD di Desa Gurudug.
Setelah sesi foto bersama, Brigjen Agus dan rombongan kemudian menuju ke pinggir lapangan. Tampak masyarakat sudah ramai dengan HP di tangan, bersiap mengabadikan moment pemotongan pita, tanda sahnya penggunaan jalan yang telah dibangun selama satu bulan pelaksanaan TMMD. Brigjen Agus dan Pak Rahmat, Asisten Daerah 1 Pemkab Purwakarta memotong pita secara bersamaan.
Ucapan syukur Alhamdulillah dan tepuk tangan meriah dari masyarakat mengiringi prosesi pemotongan pita. Kebahagiaan yang nampak begitu tulus. Disertai harapan, semoga di kemudian hari, pengecoran jalan akan diteruskan kembali, demi membantu masyarakat mobilitas mereka sehari-hari dari dan menuju sawah yang mereka garap.
Dandim Purwakarta kemudian mendampingi Brigjen Agus dan rombongan menuju ke lokasi bak penampungan air, yang dibangun untuk menambah tampungan air untuk disalurkan ke rumah-rumah warga. Selanjutnya, rombongan memasuki gang sempit, menuju musala dan rumah yang telah selesai direhab.
Tak disangka, keluarga besar almarhum Haji Jaji telah menyiapkan sambutan, memasang pita untuk dipotong pak Jenderal, sebagai tanda kebahagiaan mereka. Karena, musala kecil peninggalan orang tua mereka telah berubah megah, berbeda dengan kondisi sebulan sebelumnya.
Hari semakin siang. Pengeras suara masjid juga sudah memperdengarkan tanda bahwa salat Jumat tidak akan lama lagi tiba saatnya. Satu persatu rombongan meninggalkan kantor desa Gurudug, lokasi yang selama satu bulan menjadi posko TMMD. Tinggallah Letkol Inf Ardiansyah alias Raja Aibon Kogila bersama prajurit dan Persit Kodim Purwakarta, beberapa pejabat Pemkab, Camat Pondok Salam serta perangkat desa. Semuanya menunjukkan wajah lega, karena rangkaian acara sudah selesai dan terlaksana dengan lancar. Mereka kemudian berbincang, menikmati santapan siang sambil melanjutkan obrolan.
"Pak Dandim, bisa minta waktu sebentar. Mumpung belum Jumat. Ada oleh-oleh dari kami warga Gurudug untuk Bapak," ucap Asep Irfan Kepala Desa Gurudug.
Bahagia, haru dan bercampur aduk rasanya, saat Raja Aibon membuka hadiah dari Gurudug. Ternyata Raja Aibon dihadiahi lukisan Macan. Sebuah lukisan tangan, salah satu budaya masyarakat Jawa Barat dalam menunjukkan penghormatannya kepada Prabu Siliwangi.
Kades pun menjelaskan secara singkat alasan memberikan hadiah lukisan itu kepada Raja Aibon. Tepuk tangan meriah memecahkan suasana yang sebelumnya sempat hening sesaat, larut, menyaksikan Kepala desa menyerahkan kenang-kenangan.
Lepas Jumat, tak mau melupakan janjinya, Raja Aibon kemudian mengajak beberapa rekannya ke musala. Teh Ai dan keluarga besar Haji Jaji dibuat kaget dengan kedatangan Raja Aibon. Rasa kecewa yang sempat muncul akhirnya terobati. Mereka mengira bahwa Komandan Kodim tidak akan datang lagi ke rumah mereka dan keinginan berfoto tak akan kesampaian.
"Ngaliwet ya Pak," kata Teh Ai bertanya ke Raja Aibon yang kemudian diiyakan oleh lulusan Akademi Militer 2004 itu.
Suasana menjadi ceria. Teh Ai, Emak dan saudara-saudaranya masak dengan cepat. Syaenul dan Baskoro yang memang hampir setiap hari ketemu, sesekali nimbrung di dapur. Pak Osep juga masih seperti biasa, ramah dengan ceritanya.
"Jadi fotonya?" tanya Raja Aibon setelah perut kenyang.
Enggak pake lama, semua menuju tangga musala. Semua bergaya tanpa ada beban. Raja Aibon duduk dekat dengan si Emak. Akrab, tanpa batas.
Satu yang sebenarnya mau dilakukan oleh Letkol Ardy, namun sengaja tidak disampaikan. Bertemu dengan Pak Ohan dan keluarga di rumah barunya, yang pastinya sejak pagi menunggu untuk didatangi.
"Next saja lah. Yang penting semua sudah bahagia," kata Raja Aibon berbisik kepada sahabatnya, pemuda Sumatera Barat yang telah lama menjadi warga Banten.