Kisah Nyata Ketemu Wujud Asli Raja Aibon, Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI Paling Ditakuti OPM
- Yonif PR 305 Tengkorak.
VIVA – Aku mulai menjalin komunikasi dengan Beliau sejak 25 Oktober 2022, pukul 13:39 WIB. Komunikasi pertama Kami berlangsung di layanan pesan Instagram.
Jadi Aku duluan yang menghubungi beliau untuk meminta kesediaan Beliau di wawancarai soal profil dirinya. Dari situ Kami bertukar nomor telepon dan komunikasi pun berpindah tempat ke Whats App.
Sejak memiliki nomor Hp beliau yang Aku save dengan pengenal Letkol Inf Ardiansyah, Aku semakin intens menghubunginya. Selain karena penasaran sama sosoknya, juga karena kebetulan Beliau sedang menjalankan operasi di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah bersama prajurit-prajuritnya dari Batalyon Infanteri Para Raider 305/Tengkorak, Kostrad.
Alhamdulillah, dari saat itu Beliau banyak membantu pemberitaan VIVA Militer dengan mengirimkan rilis-rilis kegiatan di wilayah operasi.
Dan yang tak disangka-sangka, rilis berita itu Beliau yang buat sendiri. Beliau yang merangkai data-data menjadi kalimat hingga menjadi sebuah cerita lengkap tentang kegiatan di sana.
Inilah yang membuat Ku semakin ingin lebih jauh mengenal sosok perwira TNI Angkatan Darat yang selalu menyebut dirinya sebagai orang kampung. Sebab, sepanjang pengalaman Ku menjadi wartawan, tidak pernah ada seorang Komandan Satuan yang menulis rilis berita sendiri.
Sisi menarik lainnya dari alumni Akademi Militer 2004 ARUPADATU ini ialah, dalam setiap publikasi kegiatannya, Beliau selalu menciptakan julukan-julukan untuk dirinya dan prajuritnya.
Di setiap rilis berita, Beliau menuliskan julukan dirinya dengan julukan Raja Aibon Kogila. Dan hal ini belum pernah terjadi dan dilakukan oleh seorang Komandan Satuan di Kostrad maupun di TNI Angkatan Darat, bahkan di seluruh matra Tentara Nasional Indonesia.
Singkat cerita, awal Juli 2023 penugasan sebagai Satgas Mobile di Intan Jaya berakhir dan Beliau harus kembali ke Markas Yonif Para Raider 305/Tengkorak di Karawang, Jawa Barat.
Ini adalah waktu yang selama ini Aku nanti-nantikan. Sebab dengan kepulangannya, kesempatan Ku untuk berjumpa langsung dengan dirinya terbuka lebar. Karena, walau 9 bulan Kami intens berkomunikasi, tapi tak pernah sama sekali saling bertatap muka meskipun sebenarnya bisa saja dilakukan melalui Video Call. Tapi itu tidak pernah terjadi.
Aku cuma mengenali wajahnya dari foto atau rekaman video rilis saja. Sedangkan wujud aslinya belum tahu sama sekali. Begitu pula sebaliknya.
"Abang sudah sampai Karawang kah," sapa Ku melalui Wa ke beliau pada Senin 10 Juli 2023, pukul 10:43 WIB.
Enggak pake lama, cuma selang 6 menit Beliau balas.
"Uwess, tinggal pasukan yang bawa barang lewat kapal. Sinilah, Kita ngobrol-ngobrol dulu sambil lihat markas. Ajak keluarga saja, nginep sehari dua hari, bikin berita di sini," balas Beliau.
"Siap abang, ini sedang direncanakan ke Karawang," kata Ku membalas pesan Beliau.
Sebenarnya ingin rasanya langsung berangkat ke Karawang hari itu juga, hanya saja saking senangnya sampai-sampai hati ini deg-degan tak menentu. Akhirnya Aku putuskan untuk mempersiapkan mental dulu, terus juga harus pamitan ke istri sama anak-anak sebelum ambil tas, cabut ke Karawang.
Akhirnya Rabu 12 Juli 2023, usai Salat Maghrib pukul 18:37 WIB, Aku mengabari Beliau soal rencana keberangkatan ke Karawang besok pagi.
"Izin Abang. Rencana besok saya merapat ke Karawang Abang," tulis Ku.
Beliau membalas dan meminta Ku untuk datang Sore saja, karena paginya sampai siang Beliau ada urusan dinas dulu ke Jakarta.
Kamis siang jam 13:30 WIB setelah ngasih makan ayam dan soang, Aku mulai bertolak menuju Karawang. Sepeda motor pun Ku pacu menuju terminal bus di kota tempat tinggal Ku di Banten. Memang rencananya Aku mau ngeteng ke Karawang naik bus.
Dalam perjalanan Aku kembali ngasih kabar ke Beliau. "Izin abang, saya dalam perjalanan ke karawang. Perkiraan paling telat Maghrib sampai abang," tulis Ku di Wa.
"Okay brother. Gw juga baru jalan dari Cilodong," balasnya.
Setelah menempuh perjalanan panjang 150 kilometer lebih, akhirnya Aku tiba di markas batalyon Penyelamat Panji Siliwangi di Teluk Jambe, Karawang Barat.
Waktu itu hari sudah malam, sudah lewat Maghrib. Kebetulan ojek online yang Aku tumpangi berhenti di gerbang depan asrama rumah dinas perwira Yonif Para Raider 305/Tengkorak, Kostrad.
Seorang prajurit TNI bersenjata laras panjang yang berjaga di pos depan rumah dinas langsung menghampiri Ku.
"Maaf, mau kemana Mas," kata prajurit itu kepada Ku.
"Izin bapak, Saya mau bertemu Letkol Ardi," kataku menjawab.
Prajurit itu langsung lari ke halaman rumah dinas, dari kejauhan Aku lihat ada beberapa orang sedang duduk santai di tenda payung.
Enggak lama kemudian prajurit tadi kembali menghampiri Ku bersama ajudan sambil lari.
"Dengan siapa pak," kata ajudan bertanya padaku.
"Bayu dari VIVA Militer," jawabku.
"Siap," kata ajudan sembari membalikkan badan bersiap kembali ke tenda payung.
Tapi belum juga sampai ke tenda, dari tenda terdengar suara memanggil namaku.
"Bayuu, sini Bay," kata seorang pria bercelana loreng hijau bertelanjang dada berteriak kencang.
Setelah bayar ongkos ojol, Aku langsung masuk melalui pintu kecil yang tepat berada di depan pos penjagaan. Dengan langkah dipercepat dan didampingi ajudan, Aku langsung menuju tenda payung.
Di bawah cahaya lampu yang temaram, Aku masih bisa melihat dan mengenali wajah pria yang memanggil tadi.
"Raja Aibon. Gila, keren," kataKu dalam hati.
Aku pun langsung menyalami Beliau dan prajurit TNI lainnya yang duduk bersamanya. Termasuk juga istri Letkol Ardi, Nyonya Fitri Wulandari yang Aku panggil dengan sebutan Embak.
Enggak pake jeda, di sana Aku dan beliau langsung buka obrolan. Sudah kayak kawan lama yang bertahun-tahun tak jumpa.
Segelas teh manis panas pun dihidangkan. Aku pun membakar sebatang rokok sembari berbincang hangat.
Nah kata Bang Ardi alias Raja Aibon, beliau juga belum lama sampai di rumah, karena gerah akhirnya buka baju deh sambil mengeringkan keringat sebelum mandi.
Enggak lama setelah itu Bang Ardi langsung mengajak Aku ke belakang rumah dinasnya, ke saung yang dikasih nama Saung Raja Tengkorak.
Kenapa Beliau ngajak ke sana, karena beberapa bulan sebelumnya Aku pernah dikirimi foto pembuatan saung. Waktu itu beliau juga masih di Intan Jaya.
Enggak cuma saung, tapi Abang juga memperlihatkan kebun dan angsa plus kalkun yang ada di sana. Jumlahnya puluhan dan sudah besar-besar.
"Ini peliharaan istri, selama di Intan Jaya, dia yang pelihara dari 10 ekor sekarang udah banyak," katanya.
Abang juga ngajak melihat kebun yang ada di sana. Kondisinya masih tanah kosong. Tapi sudah bersih dan sudah ada bedengan untuk media tanam.
Kata beliau sebelumnya hanya lahan kosong terbengkalai yang ditumbuhi tanaman liar dan dihuni biawak serta ular. "Ya udah ke mess dulu sana, mandi istirahat. Nanti kita ke cafe terus jalan-jalan. Gw mandi dulu," kata dia kepada Ku.
Dengan dihantar perwira, namanya Bang Anwar, Aku menuju mes. Letaknya tepat di depan Aula Sudirman. Messnya enak. Ada ruang tamu plus sofa, meja makan. Kamarnya ada lima, ada 2 kamar mandi serta dapur.
Di sana Aku enggak langsung mandi, tapi asyik aja ngobrol sama Bang Anwar soal banyak hal. Dari kisah di Intan Jaya sampai cerita soal dia pernah kuliah di London School.
Sekitar sejam kemudian, Bang Anwar ngajak ke cafe. Kata dia komandan mau kesana. Akhirnya kami ke cafe. Cafe ini berada di halaman koperasi. Namanya Raja Aibon Cafe. Baru saja dibangun memanfaatkan lahan kosong.
Di cafe sudah banyak perwira Pasukan Tengkorak menunggu. Enggak lama kendaraan ATV bernomor 59 datang, dan itu Bang Ardi. Dia sendiri nyetir dari rumah dinas ke cafe.
Abang pun turun dan langsung mengenalkanku ke para perwira itu. Para perwira yang waktu di Intan Jaya sering muncul nama dan fotonya dalam berita.
Ada Mayor Inf Anjas, wakil komandan batalyon yang dikasih julukan Perdana Menteri, lalu Bos Wira yang dikasih julukan Hercules. Ada Nambi alias Lettu Jefry, ada Pak Pater, ada Mas Bima dan lainnya pokoknya lengkap deh.
Kami pun duduk, kopi pahit racikan disajikan, rokok kembali dinyalakan untuk teman bincang-bincang. Obrolannya seru dan menarik terutama soal operasi di Intan Jaya. Aku pun menikmatinya karena memang rutin update kegiatan Satgas Yonif PR 305/Tengkorak.
Setelah itu Abang ngajak Aku jalan-jalan keliling lingkungan markas, beliau nyetir dan Aku duduk di samping kanannya.
ATV bergerak dari cafe ke depan kesatriaan dan terus lanjut sampai belakang. Dari kompleks kantor sampai ke sawah. Walau sudah larut malam, ternyata banyak prajurit di sawah. Mereka sedang membakar sekam untuk media tanam.
Abang menghentikan ATV menyapa prajurit dan berbincang ringan. "Ini tim yang dulu bikin kebun sayuran di Intan Jaya, sekarang mereka berkebun di sini memanfaatkan lahan tidur, lumayan hasilnya bisa buat jajan mereka," kata Abang.
Lanjut melihat barak-barak prajurit, lalu sebuah museum yang sedang dibangun dan berhenti di TK Persit Kartika. Di sana prajurit sedang sibuk memperindah bangunan dengan cat dan gambar-gambar lucu.
"Dulu istri gw pernah sekolah di sini. Ini karena sebentar lagi masuk sekolah makanya dirapihkan," kata Bang Ardi.
Setelah itu Kami kembali ke cafe. Ngobrol lagi, enggak lama Abang pamit ke rumah dinas untuk istirahat. Sedangkan Aku lanjut ngobrol malah sampai hampir Subuh sama Mas Anjas.
Jumat 14 Juli 2023, walau mata masih mengantuk, aku terbangun. Di lapangan terlihat prajurit sedang apel. Kali ini mereka enggak lagi menggendong senjata api. Tapi membawa cangkul bergagang besi.
Usai sarapan pagi. Aku jalan mendekati prajurit yang apel di halaman Aula Sudirman. Mereka ini sedang dapat pengarahan untuk membersihkan semua lahan di markas untuk dijadikan kebun melon. Usai apel prajurit bergerak ke lahan-lahan dan kemudian mereka sibuk bekerja.
Matahari mulai tinggi, dari HT terdengar suara Abang sedang bertanya pada prajurit soal keberadaanku. Kebetulan saat panggilan masuk, Aku sedang melihat prajurit menggarap lahan bersama Komandan Wira.
Lalu Aku diarahkan untuk menuju ke Saung Raja Tengkorak, karena Abang telah menunggu bersama teman seangkatannya di Lembah Tidar, Letkol Inf Tri Wiratno sang Komandan Batalyon Infanteri Raider 323/Buaya Putih.
Aku bergegas ke saung, setiba di sana Aku dikenalkan dengan Mas Tri. Selanjutnya kami bertiga terlibat dalam obrolan seru ditemani kopi, goreng pisang dan makanan ringan.
Tak terasa hari sudah siang. Kami bubar, Aku kembali ke mes untuk persiapan Salat Jumat, begitu juga dengan Abang Ardi dan Mas Tri.
Azan berkumandang, prajurit bergerak ke Masjid Albadar yang berada di depan lapangan utama. Aku pun demikian. Di masjid Aku melihat Abang datang, usai berwudhu beliau masuk ke masjid dan duduk di shaf pertama di belakang imam.
Ada peristiwa menarik Aku lihat terjadi, jadi usai salat. Prajurit mengumpulkan anak-anak di depan masjid. Mereka membagikan cokelat kepada anak-anak itu.
"Kita bagikan cokelat sambil dikasih tahu agar mereka rajin salat Jumat," kata Abang kepada Ku saat kami duduk di jembatan depan masjid.
Menurut Abang, ia telah memerintahkan semua prajurit yang Muslim untuk tidak sungkan-sungkan mengajak anak laki-laki mereka ke masjid untuk Salat Jumat. Dan prajurit dilarang memarahi anak-anak yang suka berisik saat salat di dalam masjid.
"Biarkan anak-anak itu ikut ke masjid, jangan dilarang-larang supaya mereka dari kecil sudah mengenal ibadah," kata Abang.
Saat itu Aku menyampaikan rencana untuk pulang sore itu. Tapi beliau melarang dan meminta untuk menginap sehari lagi. Akupun mengikutinya.
Sabtu pagi, 15 Juli 2023 Aku bangun, mandi dan langsung keluar mes. Nah kebetulan Abang lewat. "Ayo olah raga," katanya padaku.
Rupanya pagi itu beliau mengumpulkan prajurit untuk memberikan jam komandan. Aku pun memutuskan jalan-jalan sembari berolahraga. Tujuan Ku adalah barak prajurit. Tapi akhirnya Aku istirahat bersama prajurit jaga di pos depan gudang.
Cukup lama Aku di sana, sampai akhirnya dari kejauhan dekat barak remaja Abang tampak berjalan seorang diri. Dari kejauhan dia melihat ku sedang berbincang.
"Lanjut saja, ajakin dia ngobrol," kata Abang berteriak dari kejauhan kepada prajurit jaga pos gudang itu.
Siang pun datang, Aku pun mempersiapkan diri di mes untuk pulang. Sebuah mobil disiapkan, dua prajurit juga disiapkan untuk mengemudikan mobil yang disediakan untuk mengantarkanku ke ke rumah.
Akhirnya Aku memutuskan untuk pulang. Kebetulan Mas Anjas juga hendak pulang ke rumahnya di Jakarta. Aku sempat berjumpa dengan Abng di cafe, tapi saat aku pulang, beliau kembali ke rumah dinasnya. Akupun berpamitan melalui Wa.
"Izin abang, Saya pulang dulu sudah gerak sama Mas Anjas," tulis Ku.
"Iyo... Sengaja gak gw anterin. Selasa gw tungguin," balas Abang.
Selama berada di markas, dan dari banyak prajurit yang Aku temui. Banyak cerita tentang Abang yang Aku dapat. Baik itu dari perwira, bintara dan tamtama, semua menceritakan bahwa Raja Aibon Kogila adalah sosok komandan yang tak ada duanya di TNI. Orangnya baik, galak, dan peduli pada prajurit.
"Sama OPM kita enggak takut Mas. Tapi kalau Komandan sudah ngomong di HT, dunia kayak gempa, serem. OPM aja takut sama Beliau. Beliau enggak pernah ambil uang prajurit. Malahan kita sering dikasih bekal lebih saat operasi," kata prajurit mulai dari perwira, bintara sampai tamtama yang Aku temui dan ajak berbincang soal sosok Abang.
Terima kasih atas semua kebaikannya Abang. Selamat cuti. Jangan lupa, PR nya masih terus Aku nanti... Sehat selalu Raja Aibon Kogila.