Letnan Jenderal TNI Maruli Datang, Cahaya Terang Muncul Memecah Gelap Gulita Belantara Papua
- Yonif PR 305/Tengkorak
VIVA – Ternyata tak cuma empat ekor babi yang diberikan Letnan Jenderal TNI Maruli Simanjuntak kepada masyarakat Kabupaten Intan Jaya untuk upacara bakar batu saat Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Panglima Kostrad) tersebut saat berkunjung ke wilayah terpencil itu pada awal Maret 2023 lalu.
Tapi, beliau juga membawa hadiah yang tak kalah spesial dan sangat berharga bagi masyarakat. Mau tahu apa sih hadiahnya?.
Jadi menurut Komandan Satuan Tugas Organik Batalyon Infanteri Para Raider 305/Tengkorak, Letnan Kolonel Inf Ardiansyah alias Raja Aibon Kogila, saat tiba di Intan Jaya, Letjen TNI Maruli juga membawa buah tangan berupa lampu tenaga surya alias lampu solar cell.
Dan enggak cuma satu atau sepuluh lampu solar cell yang dibawa jenderal TNI Angkatan Darat lulusan Akademi Militer 1992 itu, tapi jumlah sampai 100 buah lampu solar cell.
Raja Aibon Kogila menceritakan, 100 lampu solar cell itu dibawa sengaja dibawa Pangkostrad dari Jakarta khusus untuk diberikan ke masyarakat Intan Jaya melalui Pasukan Tengkorak. Letjen TNI Maruli menghadiahkan lampu agar masyarakat dapat beraktivitas dengan baik di malam hari.
Selama ini, sejak puluhan tahun lalu masyarakat Intan Jaya hidup dalam kondisi tanpa penerangan. Setiap malam, wilayah ini tak ubah hutan lebat yang gelap gulita tanpa penghuni. Namun setelah Letjen TNI Maruli datang, kini cahaya terang bermunculan di wilayah itu.
Sebenarnya, bukan kali ini saja Letjen TNI Maruli menghadiahkan lampu solaar cell untuk masyarakat Intan Jaya. Beberapa bulan lalu beliau juga telah mengirimkan 10 buah lampu melalui Pasukan Tengkorak untuk menunjang program penerangan kampung yang digagas Kesatri Tengkorak. Dan 10 lampu itu telah terpasang dan telah memecah kegelapan malam di Kampung Sambili dan Kampung Amaesiga.
Enggak cuma itu saja, bahkan Letjen TNI Maruli juga menyisihkan sedikit uangnya dan diberikan kepada Pasukan Tengkorak untuk dibelikan tiang lampu penerangan di Intan Jaya.
"Sebelum Beliau sampai Intan Jaya, lampunya dikirim duluan. Barangnya kan banyak. Enggak muat kalau masuk bagasi pesawat bareng sama beliau. Trus, karena kalau tiangnya pake kayu takut lama-kelamaan lapuk, Beliau ngasiin duit buat beli tiang besi, sekaligus semen buat ngecor. Semua kami beli di Timika. Tiangnya dipotong dulu karena enggak muat di pesawat kecil kalo utuh. Baru kami las lagi di sini untuk disambung ulang," kata Raja Aibon Kogila dalam siaran resmi yang diterima VIVA Militer, Senin 20 Maret 2023.
Raja Aibon Kogila menjelaskan, selama ini bukannya masyarakat senang gelap-gelapan atau enggak mau ada penerangan. Tapi, penerangan tidak tersedia karena ketiadaaan sumber energi listrik. Ada sih masyarakat yang rumahnya sudah punya penerangan tapi jumlahnya sangat sedikit. Bisa dihitung pakai jari.
"Khusus di kampung-kampung, sudah pasti akan gelap gulita jika malam tiba. Itulah kenapa, masyarakat sampai datang ke Pos-pos Kesatria Tengkorak agar kampung mereka juga kebagian diterangi. Ada yang dari Mamba Bawah, Holomama, Bazemba, Kumbalagupa, Bilogai hingga Titigi. Meraka mendatangi Pos-Pos terdekat dengan kampung mereka, meminta penerangan di kampungnya," ujar Letkol Inf Ardiansyah.
Dalam menjalankan program penerangan kampung, para prajurit TNI Satgas Yonif Para Raider 305/Tengkorak di bagi dalam beberapa sektor tugas. Lettu Inf Jeffry alias Nambi misalnya. Ia mendapat tugas dari Raja Aibon untuk pemasangan dari Kampung Holomama hingga simpang lima arah Kampung Bazemba. Di sektor ini, Nambi mendapat bantuan dari warga dan jemaat Gereja Holomam yang dipimpin langsung oleh Pendeta Paulus Maesini.
Bersama dengan Kelasis Miagoni, Pendeta Paulus Maiseni menyampaikan terima kasihnya kepada Shonobi Umum, sang Jenderal, Panglima Kostrad. Hal ini karena sang Panglima menjawab dan mengatasi keluhan yang disampaikan oleh Gembala Paulus pada saat acara di Kampung Sambili beberapa waktu yang lalu.
Di kesempatan itu juga, Kelasis Timotius Miagoni meminta lampu solar cell untuk penerangan Gereja Tigamjigi, karena kompleks Gereja Tigamijigi selama ini gelap gulita. Apalagi, Gereja Tigamijigi merupakan tempat berkumpulnya umat-umat Kristen Protestan dari sebagian besar Distrik di Kabupaten Intan Jaya.
Sementara itu, di sektor barat, Lettu Inf Wira Wijaya alias Hercules memimpin anak buahnya memasang lampu di Kampung Bilogai, selatan Wandoga dan Bazemba. Hal ini dilakukan sesuai permintaan dari Pendeta dan masyarakat ketiga Kampung tersebut. Hari Minggu tanggal 19 Maret menjadi hari terakhir pekerjaan Hercules dan pasukannya. Dengan hati riang dan bahagia setelah menjalankan ibadah Minggu, masyarakat bersama-sama Kesatria Tengkorak Kostrad memasang lampu solar cell bantuan Panglima Kostrad di lokasi-lokasi strategis.
"Sungguh hebat Tentara yang tugas sekarang, pimpinan Raja Aibon Kogila. Sangat beda dengan yang sebelum-sebelumnya. Masyarakat diberikan penerangan lampu di pinggir jalan, sehingga masyarakat tidak takut keluar. Kepada Panglima Kostrad, saya ucap banyak-banyak terima kasih. Ini pasti kita jaga, karena ini manfaat untuk masyarakat. Saya akan sampaikan ke warga Bilogai agar sama-sama jaga," ucap Kepala Suku Kampung Bilogai, Stevanus Belau.
Yovianus Sondegau, tokoh pemuda Kampung Wandoga pun tak bisa menutup rasa senangnya. Yovianus mengatakan bahwa selama ini, jika sudah malam, dia dan keluarganya takut keluar honai sekalipun hanya sekadar di halaman. Apalagi, honai keluarganya berada di pinggir sungai. Tapi, sejak lampu solar cell dukungan Panglima Kostrad dipasang oleh pasukan Hercules, mereka sudah tidak takut lagi, karena dengan terangnya kompleks mereka, akan bisa mengetahui siapa yang datang malam hari dari arah sungai.
Di Sektor Timur, Lettu Inf Reza Hidayat alias Ronggolawe pun tak ada puas-puasnya membahagiakan masyarakat. Sembari Kesatria yang beragama Katholik dan Protestan menjalankan ibadah Minggu, prajurit TNI lainnya membawa serta lampu solar cell bantuan Panglima Kostrad. Komplek halaman Gereja Titigi menjadi lokasi sentral penerangan.
Terbatasnya bahan yang ada untuk tiang lampu, bukanlah halangan bagi pasukan Ronggolawe untuk terus mengabdi. Dengan tidak kalah akal, mereka membuat tiang lampu memanfaatkan pohon di sekitar pos. Bahkan, pasukan Ronggolawe melapisi tiang dengan cat warna merah putih agar dapat bertahan lama serta memberikan nuansa NKRI.
"Bapa Komandan, terima kasih atas bantuannya. Sekarang ini telah memberikan penerangan kepada kami. Yang semula Kampung Titigi ini gelap, ini sekarang bisa terang. Kita masyarakat tidak perlu pakai senter. Anak-anak bisa main malam. Ini sungguh terjawab dari Khutbah ibadah tadi. Tuhan memberikan penerangan kepada seluruh umatnya yang ada di bumi. Siang ini, TNI dari 305, Kostrad turun untuk memberikan lampu solar cell. Tadi kami kira Bapa Komandan hanya mau buat lapangan takraw saja. Sungguh nyata apa yang diterangkan oleh Tuhan dalam kitabnya," ujar Kepala Desa Kampung Titigi, Otto Muzizau.
Ronggolawe kemudian menjelaskan bahwa pemasangan lampu solar cell sesuai dengan permintaan masyarakat. Sang Komandan Pos Titigi pun meminta masyarakat untuk untuk bersama-sama menjaga, tidak sungkan untuk melaporkan jika gerombolan KST atau OPM berani mengganggu di Kampung Titigi.
"Betul Komandan. Kalau ada, nanti kami masyarakat lapor. Kalau Bapak lihat, tembak saja karena mereka sangat meresahkan dan menggangu kami masyarakat. Tapi, sejak Bapa Komandan dan jajaran dari 305 di sini, mereka tidak berani ganggu lagi. Kami akan jaga lampu ini, dari Pangkostrad, karena ini sangat berguna untuk masyarakat. TPM OPM, tidak boleh mereka merusaknya. Kami akan jaga. Hormat,"kata Rafael, menanggapi ucapan Ronggolawe.
Bersama dengan Mayor Inf Anjas sang Perdana Menteri dan Poltak Siahaan sang Gembala, Kapten Inf Suryo pun tak mau ketinggalan. Semangat berkompetisi untuk menunjukkan Pos mereka sebagai Pos Satgas terbaik terus ditunjukkan para ksatria. Hal ini karena setiap bulannya, Raja Aibon Kogila selalu mengumumkan Pos Satgas terbaik berdasarkan kriteria penilaian yang sudah disampaikan sebelumnya. Sebagai reward-nya, kepada Pos terbaik setiap bulannya diberikan hadiah uang pembinaan sebesar 10 juta rupiah.
Kampung Mamba, Mamba Bawah, Sambili dan Amaesiga kembali menjadi sasaran penerangan para Kesatria Tengkorak Kostrad Pos Mamba. Sebagai Komandan Pos, setiap hari sejak kedatangan lampu dan siapnya tiang, Kapten Inf Suryo alias Laksmana terus berkeliling, berkomunikasi dengan warga untuk menentukan lokasi penerangan yang mereka harapkan. Sektor program penerangan Pos Mamba memang cukup luas dibandingkan dengan Pos-pos lainnya. Paling jauh, mereka memasang lampu dengan jarak hampir 2 kilometer dari induk Pos. Bukannya ciut. Laksamana dan pasukannya justru sangat tertantang untuk bekerja. Bahkan, mereka berharap bisa bertemu dengan gerombolan KST saat proses pemasangan lampu.
Masyarakat Mamba Bawah, Sambili dan Amaesiga sangat senang dengan perhatian yang luar biasa dari Panglima Kostrad. Ini karena selama ini mereka merasa kurang mendapat perhatian, apalagi terkait dengan penerapan kampung. Ini terbukti dengan semangat yang luar biasa ditunjukkan warga, dari anak akan hingga dewasa, laki-laki dan perempuan turut serta bekerja bersama-sama dengan para Kesatria Tengkorak Kostrad.
Sebagaimana di kampung-kampung lainnya, para tokoh agama dan masyarakat meminta agar kompleks Gereja diutamakan untuk diterangi selain sepanjang jalan yang biasa mereka lalui. Itulah kenapa, lebih banyak lampu solar cell yang dipasang di Gereja Tanah Putih Amaesiga, Gereja Mamba Bawah dan Gereja Sambili.
"Saya lapar dan haus. Pembangunan, dan orang tua-tua kami ini yang membangun kita punya Kabupaten Intan Jaya, kami perlu dan sangat penting. Tolong terima kasih banyak dan harus membangun sampai selama-lamanya. Selanjutnya, begitu terima kasih banyak ucapkan terima kasih, saya yang melampirkan Tuhan untuk saya punya adek-adek, teman-teman dan kita begitu Tuhan memberkati Bapa Bos. Bapa anggota terima kasih banyak, Bapa Pangkostrad, Hormat," ucap Bapak Norinus Sani, Misionaris Gereja Betesda, Sambili dengan sangat bersemangat.
Sangat susah menceritakan seperti kebahagiaan masyarakat Intan Jaya setelah kampung-kampung mereka dilengkapi dengan lampu penerangan. Yang pasti, itu sudah merupakan harapan dan keinginan mereka sejak lama. Tapi, mungkin karena komunikasi selama ini yang terputus, ditambah lagi kondisi Intan Jaya yang cukup mencekam dalam beberapa tahun terakhir ini, menjadi penghambat pembangunan hingga pelosok-pelosok kampung. Salah satu tokoh masyarakat yang juga menjabat Kepala SD Inpres Mamba pun mengakui besarnya efek kehadiran pasukan Tengkorak Kostrad di Intan Jaya.
"Kampung Sambili menyampaikan ucapan terima kasih kepada TNI-POLRI gabungan. Mereka biasanya membantu kepada masyarakat. Dari masyarakat tidak bisa membantu apa-apa tetapi mereka selalu rela berkorban, tenaga, waktu. Membantu kami Solar Cell di tengah jalan supaya masyarakat berjalan itu di tempat terang. Makanya kami mengucapkan terima kasih, supaya kalau mudah-mudahan, mungkin anggota selanjutnya datang, mungkin lebih lagi untuk meningkatkan, untuk keamanan di daerah ini. Kami sebagai pimpinan sekolah, jadi dari TNI-POLRI sering sekali membantu kami juga untuk anak-anak sekolah. Itu kami ucapkan terima kasih. Pasti Tuhan akan balas kebaikan bapak-bapak. Pasti tuhan akan balas. Masyarakat tidak bisa balas apa-apa. Terima kasih, ini yang kami sampaikan," ucap Kepala SD Inpres Mamba Bawah.
Ternyata, pasukan Tengkorak Kostrad tak hanya memasang lampu Solar Cell bantuan Panglima Kostrad di kampung-kampung. Demi memperindah dan mewujudkan New Intan Jaya, Raja Aibon Kogila membelikan lampu hias warna warni untuk dipasangkan di tiap-tiap Pos.
"Ini kita lakukan demi terwujudnya kesan TNI Angkatan Darat yang Humanis. Jadi, jangan sampai muka masam, corak seram atau apapun itu yang kita tampilkan kepada masyarakat. Kita manusia kan punya hati dan perasaan. Jika kita baik, Tuhan pun Insya Allah akan membalas dengan yang baik juga. Buktinya, sekarang masyarakat makin ramai datang ke Pos. Mereka tidak ada yang sungkan apalagi takut ketemu kami. Kalo yang takut, berarti mereka KST. Kalau KST, kalau mau datang, balik ke NKRI, kita terima. Kalau mereka nyoba, ya kita gassss," ujar Raja Aibon Kogila.
"Terima kasih Panglima Kostrad. Meskipun Panglima tidak mendengar secara langsung, kami tahu bahwa program penerangan melalui pemasangan lampu Solar Cell bantuan Panglima sangat berharga, sekaligus memberikan kebahagiaan bagi masyarakat Intan Jaya, Papua," kata Raja Aibon Kogila.