Panglima TNI, Kapolri hingga Kepala Staf Angkatan Tampil Dalam Pagelaran Wayang Orang Pondowo Boyong
- Istimewa/Viva Militer
VIVA – Panglima TNI Laksamana Yudo Margono bersama Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali malam ini membuat kejutan tak terduga.
Mereka kompak tampil dalam pagelaran wayang orang yang bertemakan "Pondowo Boyong" di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.
Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono yang berperan sebagai tokoh Bima Sena, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo berperan sebagai Prabu Puntadewa, KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali berperan sebagai Batara Baruna, KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman sebagai Batara Guru, sementara KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo berperan sebagai Resi Abayasa.
Tidak hanya itu, pagelaran wayang orang "Pondowo Boyong" ini juga diikuti oleh istri Panglima TNI Laksamana Yudo Margono yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Dharma Pertiwi Nyonya Vero Yudo Margono. Vero Yudo Margono mendapatkan peran sebagai Dewi Nagagini Eyong.
Panglima TNI Yudo Margono mengatakan, gelaran wayang orang yang digagasnya sejak dirinya masih menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut ini bertujuan untuk melestarikan budaya asli Indonesia.
Selain itu, lanjut Yudo, pagelaran wayang orang yang diperankan oleh Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo, serta para Kepala Staf Angkatan tiga matra TNI ini menunjukkan sinergitas TNI/Polri bukan hanya dalam menjaga kedaulatan dan keamanan, tapi juga dalam melestarikan budaya asli Indonesia.
“Ini tentunya kita bersama-sama melestarikan budaya asli Indonesia. Sekaligus ini adalah sinergitas TNI Polri selain menjaga kedaulatan, keamanan dan melindungi tumpah darah Indonesia, juga untuk melestarikan budaya asli Indonesia,” kata Laksama TNI Yudo Margono sebelum gelaran wayang orang Pondowo Boyong, di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Minggu, 15 Januari 2023.
Selain itu, Yudo Margono menambahkan, pagelaran wayang orang Pondowo Boyong ini sengaja digelar pada hari ini, sekaligus dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudera TNI Angkatan Laut yang jatuh pada tanggal 15 Januari.
Untuk diketahui, selain lima jenderal bintang empat TNI-Polri tersebut, pagelaran wayang orang Pondowo Boyong yang digagas oleh Laksamana Yudo Margono itu juga melibatkan lebih dari 400 prajurit TNI Angkatan Laut dan sejumlah artis papan atas Indonesia, serta masyarakat sipil lainnya, seperti Laskar Indonesia Pusaka (LIP) dan group wayang orang Bharata.
Adapun sejumlah artis Indonesia yang turut terlibat diantaranya adalah Choky Sitohang yang berperan sebagai Arjuna, Marcella Zalianty sebagai Dewi Arimbi, Putri Khairunnisa sebagai Dewi Gendari.
Kemudian, sejumlah para Perwira Tinggi (Pati) TNI AL lainnya yang juga didaulat untuk memerankan tokoh utama dalam lakon "Pandowo Boyong" mulai dari Prabu Puntadewa yang diperankan Pangkoarmada RI Laksdya TNI Heru Kusmanto hingga tokoh Jayajarata diperankan Kadispenal Laksma TNI Julius Widjojono.
Selain itu sejumlah tokoh masyarakat yang dilibatkan diantaranya melibatkan Connie Rahakundini Bakrie yang berperan sebagai Istri Semar, Yessy Sutiyoso sebagai Dewi Soko, dan Aylawati Sarwono sebagai Banowati.
Untuk diketahui pula, pagelaran wayang orang Pondowo Boyong ini menceritakan tentang Lakon Pandawa Boyong dimana ketika lima orang ksatria bersaudara boyongan (pindah) dari Alengka yang dikuasai Kurawa ke Astinapura. Kepindahan itu untuk memerdekakan diri dari kekuasaan Kurawa.
Mereka harus berperang melawan Kurawa yang jumlahnya jauh lebih besar dengan punya persenjataan lebih banyak. Namun berkat kesungguhan yang didasarkan niat baik, Pandawa dapat memenangkan perang.
Adapun makna yang terkandung dalam cerita boyongnya Pandawa ke Astina menjadi pesan moral masyarakat agar lebih memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila.
Bahkan, sosok dalam Pandawa Lima pun relevan dengan semangat dan nilai-nilai Pancasila. Bimasena yang adil dan penuh rasa kemanusiaan, mewakili sila ke dua Pancasila. Arjuna mencerminkan semangat persatuan dan kesatuan yang dinyatakan dalam sila ke tiga Pancasila. Nakula menyimbolkan sila ke empat, yaitu permusyawaratan masyarakat. Sedangkan kembarannya, Sadewa simbol dari sila ke lima, keadilan sosial yang benar-benar adil.