OPM Hancur Dihajar Warga Sani saat Mau Rusak Taman Main yang Dibangun Pasukan Tengkorak Kostrad TNI
- Yonif PR 305/Tengkorak
VIVA – Gerombolan kelompok separatis teroris (KST) TPNPB-OPM Papua wilayah Intan Jaya, kali ini benar-benar dibuat tak bisa bebas bergerak mengganggu keamanan masyarakat lagi.
Karena saat ini, yang mereka hadapi tak cuma aparat keamanan saja. Tapi masyarakat Intan Jaya yang mulai berani angkat senjata melakukan perlawanan.
Hal itu terbukti saat KST pimpinan Undius Kogoya berencana merusak fasilitas taman main anak dan penerangan di Kampung Sambili, yang dibangun prajurit TNI dari Satuan Tugas Organik, Batalyon Infanteri Para Raider 305/Tengkorak, Kostrad, TNI Angkatan Darat, yang dipimpin Letnan Kolonel Inf Ardiansyah alias Raja Aibon Kogila.
Jadi ceritanya begini, berdasarkan siaran resmi yang diterima VIVA Militer, Jumat 6 Januari 2023, sudah seminggu lamanya, lebih dari 100 Pasukan Tengkorak Kostrad bersiaga mengendap di hutan demi mengamankan Kota Sugapa, Intan Jaya.
Meskipun gerombolan KST pimpinan Undius Kogoya tidak mengetahui keberadaan Pasukan Tengkorak yang telah siap dengan berbagai jenis senjata siap tempur militer, namun Apeni Kobogau yang merupakan wakil dari Undius mengetahui bahwa pasukan Raja Aibon sedang berada di hutan.
"Itu saya tahu, karena hanya itu Aibon (Raja Aibon Kogila) punya pasukan saja yang berani turun. Itu apa maksudnya masuk-masuk hutan. Itu Raja Aibon cari saya, Undius dan Daniel. Saya juga cari dia," ucap Apeni Kobogau dalam sambungan telepon sambil marah-marah kepada salah satu anggota Satgas Intel beberapa waktu lalu.
Nasib ada di tangan Tuhan. Begitu juga dengan kehidupan dan kematian, semua sudah ada ketetapannya. Mungkin karena nasib baik itu saja, yang menjadikan Apen masih bisa bernafas, menghirup udara bebas hingga hari ini.
Betapa tidak, tiga kali suara letusan tembakan yang mungkin hanya menakut-nakuti masyarakat, disertai dengan aksi membakar salah satu rumah dinas yang memang telah lama ditinggal penghuninya, menjadi hiburan Pasukan Tengkorak Kostrad pada Kamis malam.
Sayangnya, aksi teror para gerombolan di malam gelap gulita, cukup jauh dari kedudukan para Kesatria Tengkorak yang beberapa hari ini telah mengendap di hutan. Apalagi, setelah tiga kali meletuskan senjata rongsokannya, Apen dan kelompoknya langsung kabur menjauh, menuju kampung Mamba dan Sambili.
Kapten Inf Poltak Siahaan alias Panglima Mamba yang terkenal jago tembak, spontan mengendalikan pasukannya di Pos Mamba. Si Panglima Mamba bukan hanya memberi perintah kepada para Kesatria Tengkorak. Namun langsung mengambil posisi penembakan, sambil menunggu, memantau dan mencari, siapa tahu gerombolan tikus-tikus KST dapat dibidik dan ditembak.
"Tetap pada kedudukan masing-masing. Siliwangi dan Birawa, pendiaman, siapa tahu tikus-tikus itu kabur lewat depan kalian. Angker tetap pada sektor masing-masing. Enggak usah urusi yang lain. Udah stres tikus-tikus itu. Cari mati dia," kata Panglima Mamba memerintahkan pasukannya melalui radio HT.
Dari Pos Koper, Raja Aibon Kogila mengendalikan seluruh pasukan Tengkorak Kostrad, baik yang berada di Pos Titigi di ujung Timur, maupun Pos Bilogai di ujung Barat. Dalam perintahnya, Raja Aibon Kogila meminta para Komandan Pos mengendalikan pasukannya masing-masing.
"Seluruhnya disiplin di kedudukan dan sektor masing-masing. Tikus-tikus itu stres. Mereka juga pasti lagi mabok. Dia nembak enggak jelas kemana, abis itu kabur. Sampaikan kepada seluruh pasukan yang di luar, pendiaman dan awasi sektor masing-masing, sejauh bisa memandang. Manfaatkan teropong malam dan NVG. Menembak hanya saat yakin dan pasti melihat sasaran. Biarkan mendekat sampai masuk killing ground," kata Raja Aibon Kogila kepada seluruh Komandan Pos pasukan Tengkorak.
Dalam kesiagaan itu, tiba-tiba telepon seluler Raja Aibon Kogila berdering. Ternyata Osea Sani yang menelepon. Osea Sani merupakan tokoh masyarakat sekaligus tokoh pemuda Mamba dan Sambili yang disegani masyarakat kedua kampung tersebut.
Selama ini, Osea Sani juga menjadi penghubung antara Raja Aibon dan pasukannya dengan masyarakat. masyarakat selalu diingatkan oleh Osea Sani agar menjaga kampung dan melaporkan jika gerombolan Undius Kogoya dan kelompoknya terlihat dan membuat keonaran.
Ternyata Osea melaporkan kepada Raja Aibon soal bentrokan yang telah terjadi antara masyarakat Sani dengan kelompok KST OPM Undius Kogoya di Mamba.
"Hormat. Selamat malam Komandan. Ini, apa di Mamba, mereka mau pecah lampu dengan itu yang Komandan bikin buat anak tempat main. Mereka ada mau bongkar. Jadi, anak-anak Sani mereka ada tangkap, baru mereka ada baku pukul. Ramai di bawah. Itu Okto (Oktovianus Sani) telepon, minta saya lapor Raja. Itu mereka dapat pukul. Itu yang tempat anak-anak main, itu kan mereka baru mulai bongkar. Begitu anak-anak Sani datang, mereka tangkap, mereka baku pukul sampai mereka hancur, lari ke belakang. Itu Apen dengan Apertinus dengan dong pu anak buah. Dorang saya bilang, kenapa tidak lepas anak panah?, tapi mereka bilang, kita terlambat karena kita emosi. Si Angin (Angin Sani) dengan Hengki (Hengki Sani), kan mereka sudah ke Ugimba. Kalau lewat Bulaga, itu kan tidak ada jaringan, tidak ada sinyal. Mungkin hari Jumat malam, balik kah, begitu baru bisa mereka liat (melihat HP). Nanti baru saya lapor mereka. Itu yang saya lapor ini," lapor Osea Sani kepada Raja Aibon Kogila melalui sambungan telepon.
Malam makin gelap, seluruh Kesatria Tengkorak semakin bahagia. Tidak ada rasa takut sedikitpun. Justru berharap agar bisa melihat atau bertemu dengan gerombolan tikus-tikus KST pimpinan Undius Kogoya yang semakin dibenci oleh masyarakat. Dinginnya Intan Jaya tak dirasakan para Kesatria Tengkorak, hingga sang fajar mulai menyingsing.
Pukul 09.57 WIT, kembali Osea Sani menghubungi Raja Aibon Kogila. Osea akan ke Mamba untuk mengarahkan warga Sani yang masih berkumpul dan bersiap di lapangan voli kampung Sambili. Saat itu, rombongan Perwira Staf Satgas YPR 305 Tengkorak dipimpin Mayor Inf Anjas sang Perdana Menteri sedang mengikuti rapat bersama seluruh aparat keamanan di Polres Intan Jaya. Kapolres Intan Jaya memimpin rapat dalam rangka rencana pengamanan penyambutan Pj. Bupati Intan Jaya yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 Januari 2022 di lapangan Yokatapa, Distrik Sugapa.
"Selamat pagi Komandan. Itu masyarakat sudah kumpul di bawah. Itu mereka kemarin pukul Apele (Apertinus) sama Apen dengan pasukannya. Mereka (Apen) ada telepon, baru tunggu kita perang di Mamba. Kita tunggu Undius, jam 12 siang sampai 6 sore. Mereka (Apen dan kelompoknya) bilang, Sani tidak boleh keluar dari Mamba. Saya bilang, saya terima. Datang sudah. Kenapa pagi ini tidak bisa gerakkan, sudah kami tunggu. Apen bilang, kita telepon Undius, Komandan ada di Hitadipa, Soanggama. Jadi, hari ini Undius bergerak mau naik. Kalo Sani itu, kita berani maju, datang sudah cepat (Undius dan kelompoknya), kita tunggu ini, saya pesan begitu," lapor Osea Sani kepada Raja Aibon Kogila.
Menghadapi kemungkinan datangnya tikus-tikus gerombolan KST pimpinan Undius Kogoya menjelang kehadiran Pj. Bupati Intan Jaya, Raja Aibon kembali mengatur pasukannya. Harapannya, kehadiran pasukan Tengkorak Kostrad di Intan Jaya benar-benar dapat memberikan keyakinan kepada masyarakat bahwa Intan Jaya akan aman dari aksi-aksi teror gerombolan KST.
Situasi aman dan damai yang selama tiga bulan ini dirasakan oleh masyarakat, harus terus terjaga. Apalagi dengan berbagai program yang dijalankan para Kesatria Tengkorak, telah membuat pasukan Kostrad dari Karawang ini semakin dicintai masyarakat Intan Jaya.
Luar biasa masyarakat Intan Jaya, khususnya warga Sani. Kehadiran pasukan Tengkorak Kostrad di Intan Jaya telah mengubah pemikiran masyarakat. Masyarakat yang dulunya takut dan tidak mau melaporkan aktivitas KST, dengan pendekatan Raja Aibon Kogila dan pasukannya, membuat masyarakat justru angkat senjata, berjuang bersama-sama melawan gerombolan KST Undius Kogoya demi Intan Jaya yang aman, damai dan tentram.
Baca: Diarak Prajurit, Mayor Laili Resmi Jadi Komandan Pasukan Khusus Intai Amfibi 1 Marinir TNI