Kisah Haru Raja Aibon Pasukan Tengkorak Kostrad TNI di Rumah Mama Tua Pedalaman Papua
- Yonif Para Raider 305/Tengkorak
VIVA – Saat itu Komandan Satuan Tugas Batalyon Infanteri Para Raider 305/Tengkorak, Letnan Kolonel Inf Ardiansyah sedang menggelar rapat bersama perwira Satgas Elang dari Intai Tempur (Taipur) Kostrad, Kapten Inf Puji, Mayor Anjas, Kapten Suryo dan Letnan Satu Jefry.
Tiba-tiba saja Tamtama Logistik Yonif PR 305/Tengkorak datang menghadap untuk melaporkan kedatangan seorang nenek bernama Julitina Mesini yang akrab disapa Mama Tua.
"Ijin Komandan, ada Mama Tua di depan nyari Komandan," kata Praka Brama kepada Letkol Inf Ardiansyah dalam siaran resmi yang diterima VIVA Militer.
Mendapat laporan itu, Letkol Inf Ardi menyudahi rapat dan mengajak para perwira tempur baret hijau itu untuk menemui Mama Tua.
Saat ditemui Raja Aibon, Mama Tua bercerita bahwa dirinya tidak punya uang untuk membeli kebutuhan pangan. Dan ingin menjual noken, tiga ikat batang serai dan beberapa buah markisa kepada Komandan Pasukan Tengkorak itu.
Raja Aibon terharu dengan apa yang dialami Mama Tua itu. Lalu ia mengajak Mama Tua dan pasukannya untuk menuju rumah Mama Tua yang berada tak jauh dari Posramil Mamba.
Berkenaan dengan salah satu program TNI Angkatan Darat "Babinsa Masuk Dapur, sebelum berangkat, Letkol Inf Ardi alias Raja Aibon Kogila memerintahkan Dansimayon YPR 305/Tengkorak, Sersan Kepala Cecep dan beberapa bintara untuk ikut dan membawa bekal berupa beras dan mie instan.
Perlu diketahui, sejak Satgas Yonif Para Raider 305/Tengkorak penugasan militer di Intan Jaya, Mama Tua memang akrab dengan prajurit-prajurit TNI dari Karawang itu. Malahan Raja Aibon Kogila sampai-sampai menjadikan Mama Tua sebagai orang tua kesayangannya.
Mama Tua menempati rumah papan yang dibangun Pemerintah, letaknya tepat di depan bekas bangunan yang dibakar KST pimpinan Apen Kobogau (dalam organisasi KST Intan Jaya, diketahui menjabat sebagai Wakil Panglima Kodap), pada 16 Agustus 2021.
Mama Tua tinggal di rumah itu cuma bersama cucunya Loison Sani. Anak itu sudah yatim, karena ayahnya, Osea Sani telah meninggal dunia. Selama ini semua kebutuhan hidup Loison ditanggung neneknya itu.
"Loison ingin sekolah. Tapi tidak ada biaya," ucap Mama Tua kepada Raja Aibon dalam bahasa Moni yang ditranstele Yulince.
Sesampai di rumah, Mama Tua menunjukkan foto mendiang Osea Sani yang masih tertempel di dinding rumah. Pintu kamar untuk istirahat bersama Loison juga dibuka, kemudian diperlihatkan kondisi kamarnya kepada Raja Aibon.Â
Beras yang beberapa waktu lalu diberikan Raja Aibon, juga diperlihatkan.Â
"Sedih sekali melihat keadaan sang Nenek. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kehidupan sang Nenek sangat memprihatikan," kata Raja Aibon Kogila.
Saat melihat dapur, Raja Aibon, Puji dan para prajurit Kostrad lainnya penasaran, karena tidak nampak bekas masak. Di dapur itu hanya beberapa peralatan masak yang berserakan.
Ternyata, terjawab ketika Nenek membuka pintu honai di samping rumah, karena terlihat api masih menyala dengan ceret untuk memasak air tak jauh dari perapian. Jadi selama ini Mama Tua tak pernah masak di rumah tapi di honai.
Kemudian Serka Cecep menyerahkan bahan makanan untuk bekal sang Nenek. Bos Mamba kemudian memegang tangan Nenek sambil menyerahkan amplop. Amplop yang berisi sejumlah uang untuk membayar noken yang masih dipakai Raja Aibon, selebihnya sebagai tambahan bekal Nenek untuk membeli lauk.Â
Tak bisa dihindari Nenek Julitina, nampak mata sang Nenek berkaca-kaca menerima buah tangan dari Cecep.Â
"Hormat. Tuhan berkati," ucap Nenek sambil melihat Cecep. Beberapa kalimat dalam bahasa Moni kemudian diucapkan oleh sang Nenek.
"Berdoa buat Ko," kata Loison sambil memegang perut Raja Aibon Kogila, setelah Nenek selesai berucap.
Sang Nenek kemudian mengajak Raja Aibon dan rekan-rekan melihat kuburan ayah Loison, kuburannya berada persis di belakang honai. Terlihat baju dan celana mendiang Osea Sani sengaja digantung, dipajang di atas kuburan.Â
Karena tak kuasa menahan sedih berlama-lama dengan Nenek Julitina Mesini, Raja Aibon kemudian pamit.
Sebelum meninggalkan Nenek, Lettu Saeful, Perwira Logistik sekaligus Pater Elang memberikan roti untuk tambahan bekal Nenek. Loison juga terlihat girang sekali karena Pater Elang juga memberikan gula-gula.
"Ayo, kita kembali yo, hormat," ucap Raja Aibon sambil menyalami sang Nenek.
Semoga Tuhan menjaga Nenek Julitina Meisani dan Cucunya. Dan, semoga Nenek selalu tersenyum, bersama keluarga besar Raja Aibon Kogila. Amin.