TNI Ungkap Misteri Purba Temuan Jala Citra I Aurora di Laut RI

VIVA Militer: Wadan Pushidrosal Laksda TNI Budi Purwanto
Sumber :
  • Istimewa/Viva Militer

VIVA – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-101 Hari Hidrografi Dunia, Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) telah meluncurkan hasil temuannya dalam penelitian bawah laut yang dikenal dengan ekspedisi Jala Citra 1 Aurora di Laut Halmahera 2021.

Top Trending: Sosok Kolonel TNI yang Foto Bareng Ivan Sugianto, Minta Maaf Sambil Nangis

Hasil temuan Pushidrosal TNI Angkatan Laut di bawah Laut Halmahera yang mengungkap misteri gunung berapi purba itu dibuat dalam sebuah buku yang berjudul Menguak Kekayaan Bawah Laut Indonesia.

Wakil Komandan Pushidrosal Laksamana Muda TNI Budi Purwanto ketika memberikan sambutan dalam acara peluncuran buku tersebut mengatakan, hasil ekspedisi Jala Citra I Aurora di Perairan Halmahera telah membuktikan bahwa perairan Indonesia memiliki kekayaan laut yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain.

Kasus Bodyguard Atta Halilintar Ancam Wartawan Diserahkan ke TNI, Apa Alasannya?

“Dari hasil ekspedisi tersebut, kita dapat mengetahui bahwa laut Indonesia, khususnya perairan Halmahera, memiliki kekayaan bawah laut yang sangat beragam,” kata Wakil Komandan Pushidrosal Laksamana Muda TNI Budi Purwanto di Mako Pushidrosal, Jakarta Utara, Selasa, 21 Juni 2022.

Ekspedisi Jala Citra 1 “Aurora” diselenggarakan oleh Pushidrosal pada bulan Agustus hingga Oktober 2021 di perairan Halmahera menggunakan kapal survey KRI Spica-934. 

Kementerian ESDM Mau Buka Seleksi Dirjen Gakkum, TNI/Polri Bisa Daftar

Ekspedisi Jala Citra 1 "Aurora" yang digelar tahun lalu itu dilepas secara langsung oleh Kasal Laksamana TNI Yudo Margono untuk meneliti keberadaan Gunung Berapi di bawah Laut Halmahera yang tertera pada peta peninggalan Belanda tahun 1949 lalu.

Ekspedisi itu tidak hanya diikuti oleh prajurit TNI Angkatan Laut saja, tapi juga melibatkan tim peneliti dari kementerian, lembaga, dan perguruan tinggi terkait.

Ekspedisi tersebut telah menghasilkan beberapa temuan di antaranya gunung laut yang telah diberi nama dan masuk ke gazetteer UNESCO dari hasil sidang Sub-Committe on Undersea Feature Names (SCUFN) yang ke-35 di UNESCO, Paris, Prancis pada Maret 2022. Gazetteer merupakan daftar nama tempat-tempat yang berada di dunia.

“Kegiatan ekspedisi ini juga akan terus kami lanjutkan. Yang baru saja dilepas (pada tanggal 16 Juni lalu) oleh Bapak Kepala Staf Angkatan Laut  Ekspedisi Jala Citra 2 “Banda” tahun 2022,” kata Budi.

Di dalam buku hasil ekspedisi Jala Citra 1 “Halmahera”, Pushidrosal mengungkapkan berbagai misteri bawah laut Indonesia yang berada di perairan Halmahera.

Temuan-temuan tersebut berhasil ditemukan oleh teknologi multibeam yang membantu Pushidrosal untuk memperoleh gambaran topografi dasar perairan.

Ia mengungkapkan bahwa temuan-temuan tersebut merupakan hasil kerja sama peneliti Pushidrosal, peneliti dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Papua dan Ternate, ITB, UGM, BPPT, BMKG, Fakultas Kelautan dan Perikanan IPB, PT Hidronav Teknikatama, dan PT Geotronix Pratama Indonesia.

“Survei ini sebagai salah satu jawaban terhadap tantangan yang ada untuk membangkitkan kembali kegiatan ekspedisi di Indonesia dengan berkolaborasi bersama kementerian dan lembaga terkait,” ujarnya.

Berikut ini 8 nama fitur temuan bawah laut Halmahera yang sudah disetujui oleh dunia internasional melalui Sidang SCUFN di Markas Besar UNESCO-Paris sesuai dengan Publikasi IHO B-6 Standardization of Undersea Feature Names :

1. Gunung Laut (Seamount) “Gapuro Sagoro” 

Gapuro Sagoro memiliki makna sebagai pintu gerbang arus dunia yang dikenal sebagai Great Ocean Conveyor Belt atau Arus Lintas Indonesia yang memasuki perairan Indonesia dari bagian Timur Laut melalui sebelah Timur Pulau Halmahera dimana lokasi Gapuro Sagoro berada. 

“Gapuro Sagoro” merupakan fitur bawah laut yang cukup menonjol dengan dimensi yang sangat besar yang ditemukan pada saat kegiatan Ekspedisi Jalacitra-I 2021 (Aurora).

2. Bukit (Hill) ”Yudo Sagoro”

Yudo Sagoro yang berarti “Perang Laut” juga mengacu pada wilayah laut yang dulunya merupakan daerah pertempuran laut selama Perang Dunia 2 di Samudra Pasifik antara Pasukan Sekutu dan Kekaisaran Jepang pada tahun 1944 untuk menduduki Pulau Morotai di Barat Laut wilayah ini.

3. Bukit (Hill) “Spica”

Nama Spica diambil dari nama KRI Spica-934 yang merupakan kapal penelitian kelas Rigel yang dimiliki oleh Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal). KRI SPICA-934 juga yang telah melaksanakan Ekspedisi Jala Citra 1/Aurora 2021 di wilayah Laut Halmahera dan Laut Banda yang berhasil menemukan beberapa fitur bawah laut. 

4. Bukit (Hill) “Rigel”

Nama Rigel diambil dari nama KRI Rigel-933 yang merupakan kapal penelitian kelas Rigel yang dimiliki oleh Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) yang juga merupakan saudara kembar dari KRi Spica-934. Selain melakukan survei hidro-oseanografi, KRI Rigel-933 juga telah berjasa melakukan beberapa operasi seperti; bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana.

5. Bukit (Hill) “Yiew Vero”

Kata "Yiew" berasal dari bahasa Patani khas wilayah Halmahera Tengah; yang berarti hukum atau burung, karena di pulau ini terdapat burung endemik yaitu Burung Mas. Pulau Yiew merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara Palau di Samudera Pasifik. Kata "Vero/Veron" berasal dari bahasa Sansekerta “Varuna”  yang berarti ratu lautan. “Yiew Vero” berarti ratu burung di lautan. Kenampakan Bukit Yiew Vero yang diusulkan sesuai dengan perpanjangan dari Pulau Yiew.

6. Gosong (Bank) “Aurora”

Gosong atau disebut juga Beting adalah timbunan pasir atau endapan lumpur ataupun karang yang mati yang selalu berada dibawah permukaan air, sekalipun air surut, sehingga membahayakan bagi navigasi kapal. Dalam terminologi hidrografi, Gosong atau Bank merupakan salah satu Bahaya Pelayaran yang harus dipetakan dengan ketelitian yang tinggi untuk keselamatan pelayaran.  Gosong Aurora berada di Laut Halmahera, terletak kurang lebih 22 NM sebelah timur Pulau Yiew. Gosong Aurora pada Peta Laut No 402 menunjukkan kedalaman 14 meter, bersumber dari survei hidrografi Belanda tahun 1911. Setelah dilaksanakan survei di area Gosong Aurora pada ekspedisi Jalacitra 1-2021 “AURORA”, diperoleh kedalaman 14.07 meter. Hasil ini menunjukkan bahwa data dari survei hidrografi Belanda tersebut masih cukup akurat meskipun hanya menggunakan teknologi yang sangat sederhana yaitu “lead-line survey”.

7. Bukit (Hill) “Moro Gada” 

Bukit Moro Gada dinamakan berdasarkan kata “Moro” yang diambil dari bahasa Tobelo – Galela di wilayah Maluku Utara, yaitu Morotia yang merupakan tempat tinggal masyarakat Maluku Utara. Bagi penduduk setempat, "Moro" juga merupakan sebutan bagi orang Moro yang mendiami sebagian besar wilayah Kepulauan Halmahera. “Gada” Secara harfiah berarti senjata tangan yang digunakan untuk memukul dan melumpuhkan lawan. Senjata itu digunakan oleh Bima dalam kisah perang Bharatayudha, untuk mengalahkan pemimpin Kurawa yaitu Raja Duryudana dan mengakhiri perang Bharatayudha. Senjata Gada juga digunakan oleh Patih Gajahmada sebagai senjata utama selain Keris dalam usahanya menaklukkan Nusantara di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Gada sering dilambangkan sebagai senjata terkuat. Moro Gada dimaknai sebagai manusia terkuat yang memiliki  keterampilan dan ketangguhan.

8. Gunung Laut (Seamount) “Moro Sagoro”.

Gunung Laut Moro Sagoro sesuai dengan cirisebagai gunung bawah laut dengan bentuk memanjang dan memiliki lereng yang lebar. Seperti Gunung Laut Moro Gada, nama Moro Sagoro yang terdiri dari kata “Moro” diambil dari bahasa Tobelo – Galela di wilayah Maluku Utara, yaitu kata Morotia yang berarti tempat tinggal masyarakat Maluku Utara. Bagi penduduk setempat, "Moro" juga merupakan sebutan bagi orang Moro yang mendiami sebagian besar wilayah Kepulauan Halmahera. "Sagoro" yang berarti laut atau samudra dan dalam bahasa Indonesia disebut Sagoro berarti "Laut" (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2020). Gunung Moro Sagoro, terletak di ujung busur Gunung Api Banda.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya