Kisah Nyata Tak Terduga 3 Hari Hidup di Markas Dewa Perang TNI
VIVA – Akhir tahun 2021 menjadi sebuah waktu yang sangat luar biasa bagiku. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, Aku dan tim VIVA Militer mendapatkan penghargaan yang luar biasa untuk bisa mengenal lebih dekat kehidupan nyata di markas dewa perang militer Indonesia.
Siang itu Aku dan tim berangkat dari Jakarta menuju kota wisata militer di Cimahi, Jawa Barat. Tujuan Kami saat itu bukan untuk plesiran, tapi memenuhi undangan ngopi bareng di markas Pusat Kesenjataan Artileri Medan (Pussenarmed) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat.
Perjalanan menuju Cimahi melalui Tol Cikampek tak mulus, beberapa titik terjadi kemacetan. Beberapa kali nada panggilan WA berbunyi, semua komunikasi datang dari Kang Deni, seorang perwira muda baret cokelat yang kini menjabat Kepala Seksi Publikasi Penerangan Pussenarmed.
"Sudah sampai mana Mas?, nanti keluar Tol Baros langsung ke Pussenarmed sudah ditunggu komandan," kata pria berpangkat Kapten itu kepada ku.
Akhirnya petang jelang Maghrib dengan diiringi rinai hujan kami tiba di Markas Pussenarmed di Jalan Baros C 6.
Mobil operasional VIVA yang Kami pakai masuk ke gerbang markas berhias meriam kuno. Dari kejauhan tampak Kapten Deni berlari menyambut kedatangan Kami.
"Selamat datang Mas, sudah ditunggu. Kita langsung menghadap komandan saja," ujar Kapten Deni.
Saat itu hanya ada satu kalimat yang hadir di benak Ku, 'Waduh, ketemu jenderal beneran nih, bintang dua lagi'. Deg degan rasanya jantung ini.
Dengan cepat Kami mengikuti langkah Kapten Deni menuju belakang gedung utama. Dan ternyata Kami tidak dipertemukan dengan pak jenderal di ruang kerjanya. Tapi di fitnes center Pussenarmed.
Kami dipersilakan duduk di kursi santai yang ada di area itu. Di sana sudah ada dua perwira menengah yang duduk, berpangkat Letnan Kolonel dan Kolonel. Sedangkan tepat di hadapan Kami, sang komandan Pussenarmed, Mayor Jenderal TNI Totok Imam Santoso masih sibuk melatih otot-otot tubuhnya di dampingi seorang prajurit TNI.
Sekitar 30 menit, akhirnya Mayjen TNI Totok menyudahi sesi fitnesnya. Lalu melangkah menuju tempat Kami duduk. Dengan senyum, beliau menyapa Kami sembari berkenalan.
"Tim VIVA ya, dari Jakarta? Gimana kabarnya," kata Mayjen TNI Totok.
Setelah perkenalan, Kami berbincang perihal rencana Kami, Mayjen TNI Totok lalu memberikan arahan-arahan untuk mempermudah tugas Kami. Dan yang paling luar biasanya, tak cuma itu. Sang jenderal bertubuh kekar itu dengan cepat menyiapkan tim koordinasi Pussenarmed untuk memfasilitasi Kami. Sampai tempat Kami tidur pun disiapkan.
Hari beranjak gelap dan Kami dipersilakan untuk istirahat untuk menyiapkan rencana liputan dan stamnia untuk besok. Malam itu Kami beristirahat di Wisma Transit Ardagusema Pussenarmed, Kodiklatad.
Lokasinya berada tepat di samping Markas Pusat Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara (Pussenarhanud). Fasilitas ini biasanya dimanfaatkan para petinggi TNI yang kebetulan sedang bermalam di Kota Cimahi. Tempatnya sangat nyaman, kamar-kamarnya mirip hotel berbintang.
Esok hari, pagi-pagi Kami sudah dijemput Kapten Deni, kali ini dia tak sendiri tapi bersama Serda Dedin. Tujuan pertama Kami adalah ke Taman Kartini yang ada di depan Markas Pussenarmed. Taman ini menjadi target pertama Kami liput karena sejak Mayjen TNI Totok menjabat Danpussenarmed, taman ini telah direhabilitasi menjadi ruang terbuka hijau yang nyaman untuk masyarakat.
Menurut Kapten Deni, sebelumnya taman ini sempat terlantar selama bertahun-tahun. Semua fasilitas berantakan dan taman tak ubah bagai hutan yang terbengkalai.
Setiba di Taman Kartini, puluhan prajurit Pussenarmed telah menanti. Untuk kegiatan di sini, sebelumnya Mayjen TNI Totok telah menugaskan Komandan Detasemen Markas (Dandenma) Pussenarmed, Mayor Arm Subarkah memfasilitasi Kami.
Mayor Arm Subarkah merupakan orang yang tahu betul bagaimana sejarah Taman Kartini dari sebelum dan sesudah direhabilitasi Pussenarmed. Bahkan saat taman itu masih diberi nama Ratu Belanda, Wihelmina.
Satu hal yang menarik perhatian Ku, ternyata rehabilitasi taman itu sangat banyak manfaatnya bagi masyarakat. Tak cuma bisa dijadikan sarana bermain, tapi rehabilitasi taman juga mengangkat perekonomian masyarakat setempat. Sebab, setelah direhabilitasi, taman jadi ramai dikunjungi dan omset pedagang pun meningkat drastis, terutama pedagang makanan.
Dari taman, Kami menuju markas. Kali ini target yang diliput adalah sebuah kecanggihan teknologi hasil inovasi prajurit Armed, berupa aplikasi penunjang tugas para prajurit Pussenarmed. Aplikasinya bernama F.A.R (Field Artillery Reborn).
Nah, F.A.R ini dibuat oleh Serka Hari. Dia buatnya seorang diri. Tapi manfaatnya buat Armed sangat besar. Salah satu kegunaan F.A.R ialah, dapat digunakan oleh prajurit Armed untuk absensi. Enggak cuma absen keluar masuk markas, tapi juga perintah tugas dari komandan.
Enggak cuma itu saja, Kami juga diperkenalkan dengan orang-orang hebat di balik berbagai prestasi baik keuangan Pussenarmed. Jadi selama beberapa tahun Pussenarmed selalu mendapat penghargaan terbaik masalah pelaporan keuangan. Sosok-sosok di belakangnya ada Mayor Mussani dan Mayor Cku Wayan.
Mereka orang-orang berdedikasi tinggi dalam mengolah laporan keuangan Pussenarmed. Malahan Mayor Cku Wayan sudah puluhan tahun membidani keuangan.
Tak sampai di situ, ini yang paling penting. Kami juga diajak untuk masuk ke Pusat Pendidikan Armed Pussenarmed Kodilat AD. Letaknya tak jauh dari Markas Pussenarmed.
Di tempat ini Kami diperkenalkan dengan hasil karya anak bangsa. Enggak main-main, hasil karya sangat penting buat menunjang tugas pokok TNI. Jadi ternyata Pussenarmed melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Armed bekerjasama dengan PT.EUITB Bandung telah berhasil menciptakan Weapon Location Radar (WLR).
WLR ini merupakan yang pertama kali berhasil diciptakan di Indonesia. Alatnya canggih banget, karena memiliki kemampuan memantau target dalam radius 20 kilometer. Ini sangat berguna sekali menunjang tugas TNI. Dan yang pertama kali tercipta di Asia Tenggara.
Hari itu benar-benar melelahkan, tapi bagiku sebuah perjalanan tugas meliput yang menyenangkan. Hingga sampai hari ketiga, Kami diajak ke sebuah desa terpencil binaan Pussenarmed yang letaknya di perbukitan Kabupaten Bandung Barat.
Di kampung ini ada dua keluarga yang baru mendapatkan kebahagiaan dari Pussenarmed. Sebab, keluarga ini baru saja memiliki rumah baru hasil bedah rumah dalam karya bakti Pussenarmed.
Dua keluarga ini awalnya tinggal di rumah yang sudah reot. Bahkan salah satunya telah roboh. Puluhan tahun mereka hidup di rumah tak layak itu, sampai akhirnya Pussenarmed mengerahkan pasukan untuk membangun rumah baru untuk mereka.
Sampailah saatnya berpisah, Kami harus kembali ke Jakarta, selain waktu penugasan telah usai, libur akhir pekan sudah di depan mata. Kisah nyata 3 hari bersama Pussenarmed ini menjadi cerita manis yang tak lekang dimakan waktu.
Terima kasih Dewa Perang atas semua kebaikan, keramahan dan fasilitas yang diberikan. Semoga Pussenarmed meraih kejayaan dengan inovasi-inovasi yang diciptakan.
Tri Sandhya Yudha, Armed Reborn...