Kaleidoskop 2021: Tahun Emas 2 Jenderal TNI Kesayangan Jokowi
- Biro Sekretariat Presiden
VIVA – Meskipun masih berada dalam belenggu pandemi COVID-19, bagi sebagian orang tahun 2021 justru menjadi momentum meraih kesuksesan. Ya, hal ini dirasakan oleh dua Perwira Tinggi (Pati) TNI Angkatan Darat, berhasil mencatat tinta emas dalam perjalanan kariernya.
Ya, siapa lagi kalau bukan Jenderal TNI Andika Perkasa dan Jenderal TNI Dudung Abdurachman. Kedua jenderal bintang empat itu mendapat kepercayaan penug dari Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo (Jokowi), untuk menduduki posisi strategis di jajaran Tentara Nasional Indonesia.
Tepatnya pada 4 November 2021, nama Andika dipastikan menjadi calon tunggal Panglima TNI pilihan Jokowi. Hal ini dikonformasi langsung oleh Ketua DPR RI, Puan Maharani.Â
Nama Jebolan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) 1987 ini jadi satu-satunya pilihan Jokowi, meskipun beredar rumor bahwa Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Yudo Margono, akan menjadi pesaing kuat Andika.
Dua hari kemudian, mantan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) dan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad) itu, dipanggil Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).
Pemanggilan Andika tak lain untuk menjalani uji kelayakan (fit and proper test), yang digelar oleh Komisi I DPR RI. Dalam proses itu, anak menantu Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Abdullah Mahmuh Hendropriyono itu dicecar sejumlah pertanyaan.
Akan tetapi, salah satu jawaban Andika soal visi sebagai calon pimpiman tertinggi di jajaran TNI, Andika hanya menjawab singkat. "TNI adalah kita," ucap Andika di depan para anggota Komisi I DPR RI.
"Memang sangat singkat sekali. Tetapi justru di sini saya ingin masyarakat Indonesia dan Internasional untuk melihat TNI sebagai kita, atau bagian dari mereka," katanya.
Tak hanya itu, sebagai pemimpin Andika tahu persis bahwa TNI memilik banyak keterbatasan. Meski demikian, pria kelahiran Bandung 21 Desember 2021 itu menegaskan, ia ingin membawah TNI menjadi lembaga yang lebih profesional. Termasuk di dalamnya, proses perbaikan dan pembenahan yang akan terus dilakukanÂ
"Karena kita dengan segala keterbatasan, kelebihan, dan kenaekaragamannya, ya inilah kita," lanjut Andika.
Tapi juga bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa, karena banyak yang masih bisa kita lakukan. Sebagai orang yang punya keterbatasan, kita pasti punya cara yang berbeda dalam mengejar apa yang harus kita selesaikan, masih bisa," tegasnya.
Paparan Andika di depan Komisi I DPR RI, akhirnya memuluskan langkah menuju kursi orang nomor satu di jajaran TNI. Akhirnya pada 16 November 2021, Andika dilantik Jokowi di Istana Negara, Jakarta, sebagai Panglima TNI ke-21 menggantikan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.
Andika tidak sendirian, sosok lain yang mencuat pada tahun 2021 sudah tentu Jenderal TNI Dudung Abdurachman. Alumni AKABRI 1988 ini dilantik di hari yang sama oleh Jokowi, sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) ke-33.
Dudung menggantikan posisi Andika sebagai orang nomor satu di jajaran TNI Angkatan Darat, usai sebelumnya menduduki kursi Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad).
Tahun 2021 jadi tahun emas buat Dudung. Sebab hanya dalam waktu sekitar enam bulan, pria kelahiran Bandung 19 November 1965 ini mendapatkan promosi dari bintang dua atau Mayor Jenderal (Mayjen) TNI, hingga bintang empat atau Jenderal TNI.
Pada 25 Mei 2021, Dudung resmi menjabat Pangkostrad menggantikan pejabat sebelumnya, Letnan Jenderal (Letjen) TNI Eko Margiyono. Dudung resmi meraih pangkat bintang tiga, setelah sebelumnya bertugas sebagai Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta (Pangdam Jaya).
Karier emas yang diraih Dudung, tak serta merta mendapat banyak pujian dari masyarakat. Sebab, sosok jenderal yang satu ini memang dikenal cukup kontroversial.
Pada saat menjadi Pangdam Jaya misalnya. Dudung mengaku memerintahkan pencopotan sejumlah baliho pentolan Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab. Dengan lantang Dudung menegaskan bahwa pencopotan baliho di sejumlah titik di Jakarta adalah perintahnya.
Keberanian Dudung itu menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Sebab, pencopotan baliho dirasa bukan lah tugas pokok TNI. Akan tetapi, Dudung tetap dengan pendiriannya. Dengan berani Dudung mengatakan bahwa FPI harus dibubarkan.
"Siapa pun di republik ini, ini negara hukum, maka semua harus taat kepada hukum. Pasang baliho ada aturannya ada bayar pajaknya," ujar Dudung lantang, di Lapangan Silang Monas, Jakarta, 20 November 2020.Â
"Jangan seenaknya sendiri, seakan-akan paling benar, tidak ada itu. Jangan coba-coba. Kalau perlu FPI Bubarkan saja," tegas pria yang juga pernah menjabat sebagai Gubernur Akademi Militer (Akmil) itu.
Tak berhenti sampai di situ, saat menjabat Pangkostrad Dudung lagi-lagi memberikan pernyataan kontroversial. Saat melakukan kunjungan kerja ke Batalyon Zeni Tempur 9/Lang-Lang Bhuana (Yonzipur 9/Kostrad), Dudung memberikan arahan kepada para prajurit yang membuat geger publik.
"Hindari fanatik yang berlebihan terhadap suati agama. Karena, semua agama benar di mata Tuhan," kata Dudung di depan ratusan prajurit Yonzipur 9/Kostrad, 13 September 2021.
Pernyataannya ini sontak mengundang banyak reaksi keras. Tak terkecuali dari para ulama, yang tergabung dalam Majelis Ulama Indonesia (MUI). Setelah mendapat reaksi keras dari para ulama, Dudung akhirnya memilih untuk mengklarifikasi pernyataannya.
"Saya ini Panglima Kostrad, bukan ulama. Jika ulama mengatakan bahwa semua agama itu benar, berarti ia ulama yang salah. Berbeda dengan saya sebagai Panglima Kostrad. Mempunyai anggota dari berbagai pemeluk agama yang berbeda," ujar Dudung.
"Saya ingin anak buah saya jangan sampai terpengaruh dengan pihak luar di dalam beribadah. Hal ini agar tidak menimbulkan fanatisme yang berlebihan. Kemudian menganggap agama tertentu paling benar. Sementara agama lainnya, salah,"katanya.
"Ucapan saya di markas Yonzipur 9/Para, Divif 1/Kostrad (Dvisi Infanteri 1/Kostrad), Bandung, semata-mata untuk menjaga toleransi antar-umat beragama. Sekaligus menciptakan kerukunan antar-umat beragama demi soliditas anggota Kostrad," lanjut Dudung.
"Masing-masing pemeluk agama pasti meyakini agamanya benar dan diterima Tuhan. Oleh karena itulah, bisa disimpulkan dari masing-masing agama, bahwa semua agama 'di hadapan' Tuhan, semua benar," pungkasnya.