Pulang Operasi Papua, Pasukan Tombak Sakti TNI Digeledah Denpom
- puspomad.mil.id
VIVA – Setelah sembilan bulan melaksanakan tugas operasi sebagai Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Republik Indonesia-Papua Nugini (Satgas Pamtas RI-PNG), 450 prajurit TNI Angkatan Darat dari Batalyon Infanteri 122/Tombak Sakti (Yonif 122/TS) akhirnya kembali pulang.
Dalam laporan yang dikutip VIVA Militer dari akun Instagram resmi TNI Angkatan Laut, ratusan prajurit Yonif 122/Tombak Sakti tiba di Dermaga Umum Pelabuhan Pelindo 1 Belawan, Medan, Selasa 30 November 2021.
Dengan menggunakan kapal perang KRI Teluk Bintuni (520), ratusan prajurit Yonif 122/TS sebelumnya bertolak dari Dermaga Pelabuhan Yos Sudarso pada 14 November 2021 lalu.Â
Para prajurit Yonif 122/Tombak Sakti menempuh perjalanan yang cukup panjang, mengingat KRI Teluk Bintuni (520) terlebih dulu menurunkan pasukan Yonif 611/Awang Long di Pelabuhan Balikpapan, Kalimantan Timur.
Setelah melakukan debarkasi dan kembali ke markas di Pematang Siantar, ratusan prajurit Yonif 122/Tombak Sakti terlebih dulu melewati proses pengecekan dan pemeriksaan oleh anggota Polisi Militer Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan (Pomdam I/Bukit Barisan).
VIVA Militer: Prajurit Denpom I/Bukit Barisan sweeping pasukan Yonif 122/TS
- puspomad.mil.id
Dilansir VIVA Militer dari situs resmi Pusat Polisi Militer TNI Angkatan Darat (Puspomad), sejumlah personel dari Detasemen Polisi Militer I/5 Medan (Denpom I/5 Medan), memeriksa seluruh perlengkapan dan bawaan para prajurit Yonif 122/Tombak Sakti secara detail. Mulai dari senjata, ransel, hingga pemeriksaan pakaian dinas lapangan (PDL).Â
Sebagai informasi, Yonif 122/Tombak Sakti diberangkatkan ke Papua sebagai Satgas Pamtas RI-PNG pada Januari 2021 lalu. Saat ini, Yonif 122/Tombak Sakti berada di bawah kendali Komando Resor Militer 022/Pantai Timur (Korem 022/Pantai Timur), Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan.
Viral, Anak Bos Roti Penganiaya Karyawati Kebal Hukum Karena Dibekingi TNI, Mabesad Angkat Bicara
Kapuspen TNI tegaskan TNI AD tidak akan intervensi proses hukum terhadap pelaku tindak pidana penganiayaan, Goerge Sugama Halim
