Tragedi Langit Timpa Malaysia 52 Hari Usai Dipermalukan Amerika
VIVA – Selasa malam 16 November 2021 tragedi mengerikan menimpa militer Malaysia.
Di malam pekat itu, pesawat tempur Hawk 108 milik Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) mengalami kecelakaan tragis.
Pesawat jatuh dan meledak dahsyat saat melakukan latihan terbang malam di Pangkalan Udara Butterworth, Pulau Pinang.
Sang pilot, Kapten Mohamad Affendi bin Bustamy meninggal dunia dan pilot lainnya Mayor Mohd Fareez bin Omar terluka.
"TUDM mengesahkan berlaku satu insiden kejadian kemalangan melibatkan sebuah pesawat pejuang Hawk milik TUDM telah berlaku pada 16 November 2021 pada lebih kurang jam 10.07 malam di kawasan landasan PU Butterworth," tulis TUDM dalam siaran resmi dilansir VIVA Militer Rabu 17 November 2021.
TUDM tak bisa berbuat banyak selain melayangkan keterangan resmi turut berduka cita kepada keluarga korban.
Yang tak terduganya, tragedi jatuhnya burung besi itu menimpa militer Malaysia, hanya berselang 52 hari setelah media top Amerika Serikat, Forbes mempermalukan negeri jiran dengan membongkar borok dari kekuatan pesawat tempur TUDM.
Jadi tepatnya pada 27 September 2021, Forbes menyiarkan artikel tentang buruknya kekuatan armada pesawat tempur yang dimiliki TUDM.
Dalam artikel itu dituliskan bahwa pesawat tempur Hawk yang dimiliki TUDM telah usang.
Berita itu diturunkan Forbes setelah militer Malaysia mempamerkan kekuatan angkatan udaranya untuk menyambut kehadiran pesawat pembom militer Amerika Serikat B-52 Stratofortress.
Jadi lebih dari lima pesawat tempur TUDM yang melesat ke langit untuk mengejar dan mengawal pesawat pembom nuklir berjuluk The Devil’s Own itu.
Namun, kebanggaan TUDM akan kekuatan jet-jet tempurnya saat mengejar setan terbang itu ternyata berbalas dengan evaluasi buruk dari Forbes.
Dituliskan bahwa militer Malaysia memiliki pejuang udara yang aneh dan rumit bagi sebuah angkatan bersenjata yang kuat. Karena, TUDM tidak memiliki pesawat tempur yang seragam.
Jadi, pesawat tempur yang dikerahkan TUDM itu jenisnya gado-gado alias campuran. Saat mengawal B-52, TUDM mengerahkaan tujuh sekaligus pesawat tempur.
Yakni dua pesawat tempur buatan Inggris Hawk 208, tiga Sukhoi Su-30 buatan Rusia, lalu dua Hornet F/A-18D buatan Amerika Serikat.
'Sebagian besar angkatan udara mencoba meminimalkan jumlah jenis pesawat tempur yang berbeda dalam pelayanan untuk menekan biaya pemeliharaan dan pelatihan.
Tetapi negara-negara non-blok seperti Malaysia terkadang mencoba untuk mempertahankan hubungan dengan berbagai pemerintah dengan memisahkan pembelian pesawat tempur mereka,' tulis Forbes.
Dengan kondisi ini dipastikan TUDM memang sangat kekurangan pesawat tempur modern yang memiliki daya gempur tinggi. TUDM saat ini cuma punya 18 unit Su-30, delapan unit F-18 dan 13 Hawk tua yang sudah lamban.