Diserang Isu Komunis, Pangkostrad: Seharusnya Jenderal Gatot Tabayyun

VIVA Militer: Pangkostrad, Letjen TNI Dudung Abdurachman (tengah)
Sumber :
  • Instagram/@penkostrad

VIVA – Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Letjen TNI Dudung Abdurachman menyayangkan pernyataan salah satu seniornya, yaitu mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo yang mengatakan bahwa saat ini institusi Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah disusupi oleh gerakan komunis atau PKI.

Sosok Shella Ghivitamala, Kowad Cantik Pernah Bertugas di Lebanon

Terlebih lagi, Jenderal Gatot mengarahkan bahwa kemunculan PKI itu ada di dalam satuan Kostrad TNI Angkatan Darat. Menurut Jenderal Gatot, indikasi kuat kemunculan gerakan kiri itu dapat dilihat dengan penghilangan patung atau diorama Pangkostrad pertama Mayjen TNI (Purn) Soeharto, Komandan RPKAD atau Kopassus Kolonel Sarwo Edhie, dan Jenderal TNI (Purn) AH. Nasution yang terdapat di Museum Dharma Bakti Mako Kostrad, Jakarta Pusat.

"Itu tudingan yang keji terhadap kami," kata Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman dalam keterangan resminya, Senin malam, 27 September 2021.

Roadmap Repatriasi Hak Militer Sumber Daya Pertahanan Negara

Pangkostrad menyayangkan pernyataan Jenderal Gatot yang telah menimbulkan kegaduhan dan prasangka buruk di tengah masyarakat tersebut.

"Seharusnya Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo selaku senior kami di TNI, terlebih dahulu melakukan klarifikasi dan bisa menanyakan langsung kepada kami, selaku Panglima Kostrad. Dalam Islam disebut tabayun agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa," ujarnya.

Soroti Pengeroyokan Relawan Ganjar di Boyolali, Gatot Nurmantyo: Saya Tak Yakin Dipukul Batu

Sebagaimana diberitakan VIVA Militer sebelumnya, Letjen TNI Dudung menjelaskan, patung tiga tokoh di Museum Darma Bhakti Kostrad, yakni Jenderal TNI AH Nasution (Menko KSAB), Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD) memang sebelumnya ada di dalam museum tersebut. Patung tersebut dibuat pada masa Panglima Kostrad Letjen TNI (Purn) AY Nasution (2011-2012).

"Kini patung tersebut, diambil oleh penggagasnya, Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang meminta izin kepada saya selaku Panglima Kostrad saat ini. Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," kata Pangkostrad.

Pangkostrad pun menegaskan, jika penarikan tiga patung tersebut disimpulkan bahwa TNI AD khususnya Kostrad telah melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G30S PKI tahun 1965 silam, itu adalah tidak benar.

"Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa itu," ujarnya.

"Foto-foto peristiwa serta barang-barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNi Soeharto saat peristiwa 1965 itu, masih tersimpan dengan baik di museum tersebut. Hal ini sebagai pembelajaran agar bangsa ini tidak melupakan peristiwa pemberontakan PKI dan terbunuhnya pimpinan TNI AD serta Kapten Piere Tendean," tambah Letjen TNI Dudung membantah tudingan miring Jenderal Gatot.

Baca: Jawab Tudingan Jenderal Gatot Soal PKI, Pangkostrad: Itu Tuduhan Keji

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya