Kisah Pilot TNI AU Pertaruhkan Nyawa Saat Jemput WNI dari Afganistan
- Puspen TNI
VIVA – Satuan Tugas Tentara Nasional Indonesia (Satgas TNI) yang terdiri dari 20 personel pasukan elite Komando Operasi Khusus (Koopssus) TNI yang dipimpin oleh Asintel Koopssus TNI Kolonel Pas Dili Setiawan pada hari Sabtu, 21 Agustus 2021 lalu telah berhasil mengevakuasi sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang terjebak dalam konflik bersenjata di Kabul, Afganistan.
Operasi penjemputan WNI dari Afganistan itu tergolong sangat sulit dan berbahaya. Ditengah situasi yang tidak dapat diprediksi itu, ternyata ada peran pilot TNI Angkatan Udara yang sangat luar biasa dalam mengendalikan pesawat Boeing 737-400 yang digunakan untuk menjemput sejumlah WNI yang terjebak konflik bersenjata di Afganistan.
Dua pilot yang sangat berjasa dan bernyali besar itu adalah Letkol Pnb Ludwig Bayu dan Mayor Pnb Mulyo Hadi.
Letkol Pnb Ludwig Bayu mengisahkan, pada saat proses penjemputan WNI dari Afganistan dirinya sempat mengalami kesulitan dalam mendaratkan pesawat Boeing 737-400 milik TNI Angkatan Udara.
"Kendala terbesar yang dihadapi kami adalah pada saat memasuki wilayah udara Afganistan di mana mendekati Kabul Airspace Afganistan tidak terkontrol, sehingga kami harus mengambil keputusan sendiri sampai akhirnya mendapatkan kontak dengan Kabul Tower," kata Letkol Pnb Ludwig Bayu dalam video pendek yang dirilis Dinas Penerangan Angkatan Udara (Dispenau), Senin, 23 Agustus 2021.
Letkol Ludwig menambahkan, pesawat yang diawakinya masuk ke wilayah udara Afganistan sekitar pukul 04.00 waktu setempat. Ketika itu, radio tower bandara dan lampu pendaratan bandara atau runway flight tidak menyala. Sehingga, proses pendaratan sangat sulit dilakukan.
Kemudian, lanjut Letkol Pnb Ludwig Bayu, di sekitar ketinggian 500 kaki, dirinya baru berhasil melihat runway Bandara Hamid Karzai dan memutuskan untuk segera melakukan pendaratan dengan lampu penerangan yang sangat terbatas.
"Bandara Hamid Karzai saat itu tidak dilengkapi dengan perlengkapan pendaratan malam, sehingga kami melakukan pendaratan yang menggunakan instrumen yang sangat tidak liabel, sehingga itu sangat menyulitkan. Namun pada saat terakhir atau sekitar ketinggian 500 kaki kami berhasil menemukan lokasi bandara sehingga kami melanjutkan untuk mendaratkan pesawat di Bandara tersebut," ujarnya.
Lebih lanjut Ludwig mengisahkan, ketika berhasil mendarat di Bandara Hamid Karzai, Kabul, pesawat langsung diarahkan oleh Tentara Turki yang merupakan Anggota NATO untuk parkir di Aprone nomor 8 untuk melaksanakan boarding penumpang yang sudah berada di sekitar Bandara Kabul, Afganistan.
Letkol Ludwig pun menuturkan, saat itu dirinya tidak mematikan semua mesin pesawatnya untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk terjadi di Bandara Hamid Karzai. Mesin pesawat nomor dua tetap dibiarkan menyala sebagai persiapan dalam keadaan darurat apabila harus segera meninggalkan bandara yang saat itu tengah mencekam.
"Setelah kita parkir karena menghawatirkan supporting yang tidak tersedia akhirnya kita tetap mempertahankan mesin nomor dua untuk tetap menyala. Jadi yang rencananya 30 menit, akhirnya proses penjemputan atau boarding sampai dua jam. Dan selama itu juga mesin nomor dua tetap menyala," paparnya.
Akhirnya, karena kejelian dan kesigapan Letkol Pnb Ludwig Bayu dan Mayor Pnb Mulyo Hadi, yang didukung oleh Satgas TNI dari pasukan elite Koopssus TNI, mereka berhasil membawa keluar 33 orang dari Afganistan ke Tanah Air dengan selamat.
33 orang yang berhasil dievakuasi oleh Pemerintah Indonesia adalah 26 Warga Negara Indonesia (WNI) yang terdiri dari 16 staf KBRI dan 10 non staf KBRI, sementara 7 warga negara non WNI yang turut dibantu pemerintah Indonesia untuk keluar dari negara tersebut terdiri dari 5 warga negara Philipina dan 2 warga negara Afghanistan (suami dari WNI dan staf lokal KBRI).
Baca: Mantan Ajudan Presiden Jokowi Dapat Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama