Kapten TNI Tatang Hajar Raja Jin Santet yang 18 Tahun Rasuki Ustazah
- VIVA Militer/Istimewa
VIVA – Selain menguasai beladiri Ilmu Laduni, selama ini Kapten Inf Tatang Taryono juga dikenal sebagai sosok yang memiliki kemampuan untuk membantu mengobati masyarakat dari berbagai penyakit berbahaya.
Dan hebatnya lagi, perwira pertama Tentara Nasional Indonesia (TNI) tak cuma membantu masyarakat yang memiliki penyakit medis, tapi juga yang non-medis alias gaib.
Sudah ribuan orang yang datang ke tempat pengobatan yang digelar Kapten Tatang. Mereka datang dengan berbagai keluhan penyakit. Seperti stroke, saraf kejepit, kolesterol, asam urat hingga lumpuh.
Ketika Kapten Tatang masih bertugas sebagai Komandan Komando Rayon Militer 2101/Sukaraja Kabupaten Bogor, Jawa Barat, markas tempatnya dia bertugas pada satiap hari Sabtu dan Minggu, dipadati ribuan orang yang ingin berobat. Bahkan, sejak pukul 03:00 WIB, jalanan di sekitar markas Koramil penuh dijejali pasien.
"Bayangkan saja kalau 2 hari pasien datang yang sampai 800 orang, bagaimana sebulan, dua bulan atau tiga bulan. Saya buka pengobatan Sabtu Minggu mulai jam 8 pagi. Kadang sampai jam 12 malam. Dari Subuh sudah banyak yang antre sampai ke jalan," kata Kapten Tatang dalam perbincangan khusus dengan VIVA Militer.
Menurut Kapten Tatang, teknik pengobatan yang dipakai juga berbeda. Selama ini beliau menggabungkan antara teknik pengobatan ilmiah seperti terapi aliran listrik, teknik spiritual, teknik fisik dan teknik motivasi.
"Teknik itu seperti kita latih keadaan pasien seperti apa, setelah diterapi dilatih fisiknya terus supaya kuat, kemudian barulah kita berdoa pada Allah agar diberi kesembuhan, segala sesuatu kita mau mengobati apapun kita serahkan pada yang maha kuasa yang menyembuhkan," kata Kapten Tatang.
Pria yang kini menjabat Komandan Komando Rayon Militer (Koramil) 2115/Kemang dari Kodim 0621/Kabupaten Bogor itu menuturkan, tingkat kesembuhan pasien tergantung dari kondisi dan jenis penyakitnya.
"Kalau untuk penyakit medis harus datang karena harus dipegang langsung diterapi. Namun untuk stroke tidak bisa sembuh 100 persen tetap saja bekasnya kelihatan," kata Kapten Tatang.
Yang menarik lagi, dari ribuan pasien yang datang berobat, tak sedikit yang menderita penyakit non-medis. Seperti terkena guna-guna, santet, hipnotis, pelet dan sihir. Dan khusus penyakit non-medis, Kapten Tatang mampu mengobati hanya dalam waktu kurang dari 10 menit.
"Gangguan non medis, hipnotis, santet, guna-guna. Atas izin Allah cepat beberapa menit langsung sembuh. Dan pasiennya tidak perlu datang, jarak jauh pun bisa. Seperti yang kesurupan," ujar Kapten Tatang.
Dari sekian banyak pasien non-medis yang datang dan disembuhkan. Menurut pria kelahiran Subang, Jawa Barat ada salah satu pasien yang benar-benar bernasib sangat mengerikan akibat gangguan yang diduga sebagai santet.
Kapten Tatang menceritakan, jadi ketika itu datanglah seorang ustazah, pengasuh salah satu pondok pesantren di Bogor. Kondisi ustazah itu sangat memprihatinkan. Sudah 18 tahun dia mengalami gangguan di luar akal sehat.
"Dia seorang ustazah, guru ngaji. Setiap mau dakwah dia tidak bisa jalan kaki. kadang ngamuk-ngamuk sendiri. Karena kerasukan setan," kata ujar pria yang kini menjadi guru besar Ilmu Laduni di Padepokan Albaathin Alwaliyy.
Sudah banyak yang berusaha mengobati gangguan santet yang menyerang ustazah itu. Baik itu dari orang pintar hingga kia-kia, semuanya tak ada yang mampu menghancurkan kekuatan dari ilmu hitam yang merasuki ustazah tersebut.
"Berbagai macam pengobatan, orang pintar, kiai-kiai dari mana-mana, orang-orang pintar dari mana-mana tidak ada yang bisa mengobati. Bisa-bisa sembuh, tiga hari begitu lagi," kata prajurit TNI yang pernah baku tembak dengan kelompok bersenjata GAM itu.
Yang lebih tragis lagi, ternyata sebelum mendapat gangguan santet. Dua orang keluarga dari ustazah itu juga mengalaminya. Dan keduanya bahkan meninggal dunia dalam kondisi yang sangat tak wajar.
"Mereka ini keluarga ulama. Yang punya pesantren seorang kiai, meninggal dalam keadaan perut membusung dan muntah darah di usia 40 tahun. Kemudian dilanjutkan anaknya, ustaz. Sama juga meninggal usia 41 tahun membusung perutnya kemudian muntah darah," ujar Kapten Tatang menceritakan.
Awalnya Kapten Tatang sempat heran, karena pasien seorang ustazah yang setiap hari rajin ibadah. Rajin zikir, mengaji bahkan selalu khatam Alquran dalam tiga hari. Tapi masih bisa diserang santet.
Efek dari gangguan non-medis itu tak cuma membuat ustazah itu menderita. Tapi, pondok pesantrennya pun secara perlahan ditinggalkan murid-muridnya.
"Kemudian anaknya ustaz juga melihat kontak saya. Kemudian dibawa ke saya, kemudian saya obati, dia menjerit-jerit. Alhamdulillah di situ langsung sembuh, langsung sadar, sampai sekarang sembuh setelah 18 tahun menderita. Apabila seorang ulama, seorang kiai, ahli zikir masih kena santet, berarti itu dirasuki oleh jin tingkat tinggi seperti itu raja jinnya," ujar Kapten Tatang.
Walau ustazah itu diserang dengan gangguan non-medis yang sangat menyiksa. Namun, Kapten Tatang tak mau mencari tahu dan mengetahui siapa dalang di balik semua itu. Baginya kesembuhan korban lebih utama.
Sampai sekarang masih banyak pasien yang datang ke tempat praktik pengobatan yang dibuka Kapten Tatang di Gedung Yayasan Dharmais di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.
Selain itu, saat ini Kapten Tatang juga menggiatkan komunikasi sosial dengan menggelar pengobatan kepada masyarakat di tempat beliau ditugaskan sebagai Satuan Tugas Aparat Teritorial (Satgas Apter) TNI di Papua. "Sekarang juga di sini kini menggelar pengobatan, banyak masyarakat yang datang," katanya.
Perlu diketahui, Kapten Tatang mulai meniti karier militer di TNI pada 1996 melalui jalur Sekolah Calon Bintara (Secaba) TNI Angkatan Darat. Dan langsung ditempatkan di Brigif 15/Kujang.
Selama di Brigif 15/Kujang, Kapten Tatang beberapa kali di BKO untuk terlibat dalam berbagai operasi. Seperti BKO ke Yonif 315/Garuda alias Pasukan Setan untuk operasi di Aceh.
Lalu pernah bertugas sebagai pelatih raider di Batalyon Infanteri (Yonif) 327/Brajawijaya yang sekarang bernama Batalyon Infanteri Raider 300/Raider Brajawijaya.
Pada 2007 beliau berhasil lulus Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI dengan pangkat Letnan Dua (Letda) dan dipercaya jadi komandan peleton di Yonif 315/Garuda.
Lalu pindah untuk menjabat sebagai Komandan Koramil 2101/Sukaraja, Kodim 0621/Kabupaten Bogor. Dan kemudian menjabat Kepala Seksi Logistik di Kodim 0621/Kabupaten Bogor, hingga akhirnya pada 2019 dipercaya menjabat Danramil) 2115/Kemang, Kodim 0621/Kabupaten Bogor.
Baca: Ketinggalan Truk TNI Kapten Tatang Jalan Kaki 3 Hari Lewati Kota Mati