450 Tahun Tak Ada Masjid, Warga Takjub Dengar Azan Kapten TNI Tatang

VIVA Militer: Kapten TNI Tatang Taryono.
Sumber :
  • VIVA Militer/Istimewa

VIVA – Sebagai seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) mendapatkan penugasan ke medan operasi adalah sebuah penghargaan yang luar biasa. Walaupun nantinya mereka harus masuk ke wilayah yang benar-benar tak mereka kenali. Bahkan rawan ancaman keamanan.

Daftar Jenderal Bintang 2 TNI yang Menyandang Gelar Bangsawan Aceh

Begitu juga dengan apa yang dialami Komandan Komando Rayon Militer (Koramil) 2115/Kemang dari Kodim 0621/Kabupaten Bogor, Kapten Inf Tatang Taryono.

Selama berkarier di dunia militer Nusantara, perwira TNI Angkatan Darat itu sudah beberapa kali terlibat dalam operasi. "Saya operasi ke Timor-timur, Aceh dan Kalimantan Barat," kata Kapten Inf Tatang dalam perbincangan khusus dengan VIVA Militer belum lama ini.

Prajurit TNI AL Bergerak Cepat Bantu Evakuasi Korban Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki

Nah dari penugasan-penugasan operasi itu, ada sebuah kisah yang paling berkesan bagi Kapten Tatang dan masih melekat di ingatannya.

Kisah itu terjadi ketika dia dikerahkan Komando Daerah Militer III/Siliwangi untuk bergabung dalam Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-Malaysia 2014, Batalyon Infanteri 315/Garuda untuk wilayah tugas di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Maluku dan Papua Catat Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi di Kuartal III-2024, Bagaimana Daerah IKN?

VIVA Militer: Kapten TNI Tatang Taryono.

Photo :
  • VIVA Militer/Istimewa

Jadi begini, saat itu selain menjaga batas wilayah kedaulatan RI dari gangguan keamanan dan pelanggaran lintas batas. Kapten Tatang dan prajurit TNI lainnya, juga membangun tali silaturami dengan masyarakat setempat dalam bentuk kegiatan komunikasi sosial atau Komsos.

Karena saat itu Kapten Tatang telah menguasai Ilmu Laduni, akhirnya dia memanfaatkan karomah dari ilmu beladiri kebatinan putih tingkat tinggi itu untuk menggelar kegiatan pengobatan.

"Waktu di Kalimantan Barat saya sering mengobati masyarakat, dari lumpuh jadi bisa jalan, sehingga nama saya dikenallah di sana itu. di Senaning, Kabupaten Sintang, sehingga ketua adat pun mengajak saya kemana-mana. Ke kampung-kampung untuk mengobati dengan media air," kata Kapten Tatang.

Pada suatu hari, ketika mendatangi salah satu kampung, Kapten Tatang berinisiatif untuk membangun sebuah masjid atau musala di kampung tersebut. Tujuan beliau baik, agar kelak jika di wilayah itu ada warga yang beragama Islam, maka akan mudah melaksanakan ibadah.

Apalagi sejak kampung itu mulai dihuni sejak ratusan tahun lalu, tak pernah ada bangunan masjid di sana. Karena memang belum ada masyarakat yang memeluk agama Islam.

VIVA Militer: Kapten TNI Tatang Taryono.

Photo :
  • VIVA Militer/Istimewa

"Akhirnya saya punya inisiatif, koordinasi dengan kepala adat wilayah kampung tersebut di Senaning, Kampung Muakan saya ingin mendirikan masjid. Karena di situ sudah 450 tahun tidak ada masjid dan tidak ada pernah mendengar azan," kata Kapten Tatang.

Niatan itu kemudian disampaikan Kapten Tatang kepada pihak berwenang di wilayah itu, terutama para kepala adat. Dan ternyata kepala adat dan masyarakat setempat sepakat untuk membangun sebuah masjid.

"Saya koordinasi, pada saat itu tidak ada Muslim kebanyakan animisme sama Katolik, ternyata langsung terjadi kesepakatan. Saya beli tanahnya, kita buat dari awal sampai berdirinya masjid itu, saya beli speaker, karena di situ enggak ada listrik juga pakai genset. Saya beli genset juga swadaya dari sahabat-sahabat saya di Jawa kita belikan," kata Kapten Tatang.

Singkat cerita, masjid pun berdiri. Itu pun sudah lengkap dengan semua sarana pendukung. Akhirnya, untuk pertama kalinya azan berkumandang di kampung itu. Yang luar biasanya lagi, ternyata masyarakat setempat takjub dengan suara azan yang dikumandangkan Kapten Tatang.

"Pertamanya ada azan di sana itu, saya itu, azan Ashar. sehingga mereka menikmati suara saya azan itu. ‘ini lagu apa kok enak sekali' lama-lama dia tertarik. Nah dari situlah akhirnya saya memberikan motivasi memberikan tauziah kepada masyarakat, akhirnya lima keluarga masuk Islam. Di situ saya ajarkan mengaji, saya ajarkan salat sampai bisa, sampai sekarang ada dua keluarga lagi yang mualaf. Alhamdulillah," kata Kapten Tatang.

VIVA Militer: Kapten TNI Tatang Taryono.

Photo :
  • VIVA Militer/Istimewa

Menurut Kapten Tatang pengalamannya di medan operasi di pedalaman Kalimantan Barat itu benar-benar sangat berharga. Sebab semua kisah itu berawal dari keridhoannya dalam memanfaatkan karomah dari Ilmu Laduni yang dikaruniakan Allah SWT.

"Karena itulah Ilmu Laduni ini sangat-sangat bermanfaat, tak hanya untuk menjaga diri dari kejahatan dan orang zalim. Tapi karomahnya dapat bermanfaat bagi orang lain dalam pengobatan, sama seperti yang pernah dialami Sunan Kalijaga dahulu ketika menjalankan syiar Islam ," kata Kapten Tatang yang kini menjadi guru besar ilmu kebatinan Laduni di Padepokan Albaathin Alwaliyy.

Yang menarik lagi, saat ini pun Kapten Tatang mendapatkan penghargaan lagi dari negara untuk mengemban tugas operasi. Beliau dan beberapa prajurit TNI dikerahkan dalam operasi Satuan Tugas Aparat Teritorial (Satgas Apter) 2020 di Kaimana, Papua Barat.

"Ini pengalaman pertama di Papua dan sama seperti di Kalbar, di sini saya juga menggelar pengobatan ke masyarakat melalui terapi ilmu kebatinan. Masyarakat yang datang untuk berobat banyak,' ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya