Ini Tampang Anggota OPM yang Ditembak Mati Tim Alap-Alap TNI di Papua
- Pen Kogabwilhan III
VIVA – Kontak tembak antara prajurit TNI dengan Kelompok Separatis Bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali terjadi di Sugapa, Papua pada hari Sabtu, 6 Maret 2021, sekitar pukul 11.52 WIT lalu.
Dalam kontak tembak tersebut, satu orang anggota OPM yang diduga kelompok Undianus Kogoya mati diterjang timah panas Tim Alap-Alap 2 dari yang dipimpin oleh Letda Inf Alif dari satuan Batalyon Infanteri (Infanteri) Raider 715/MTL.
Kepala Penerangan (Kapen) Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III, Kolonel Czi IGN.Suriastawa membenarkan bahwa satu orang yang tewas dalam kontak tembak tersebut adalah anggota separatis bersenjata OPM.
Menurut Suriastawa, dari beberapa bukti yang ditemukan diduga kuat korban tewas dalam kontak tembak hari Sabtu lalu adalah kelompok OPM yang kerap membuat teror terhadap TNI-Polri dan masyarakat sipil.
“Wajah, ciri dan atribut korban (gelang dan cincin) sama dengan foto-foto yang ada di telepon genggamnya dan itu menjadi bukti kuat bahwa yang bersangkutan adalah KSB,” kata Kolonel Czi IGN Suriastawa dalam keterangannya, Senin, 8 Maret 2021.
Kapen Kogabwilhan III itu juga membantah pemberitaan atau opini di media sosial (Medsos) yang menyatakan bahwa korban tewas dalam kontak tembak itu adalah warga sipil. Menurut Suriastawa, opini itu sengaja dibentuk oleh kelompok OPM untuk menyudutkan TNI-Polri dan pemerintah yang saat ini konsen menciptakan keamanan di Tanah Papua.
Lebih jauh lagi Kolonel Czi IGN Suriastawa menjelaskan, kelompok separatis di Papua itu memiliki banyak faksi dan saling berebut kepentingan, namun secara garis besar kelompok yang menamakan dirinya OPM ini terdiri dari 3 (tiga) sayap gerakan, yaitu sayap politik, klandestin dan bersenjata.
Tiga sayap gerakan ini memanfaatkan medsos untuk saling berkomunikasi, merencanakan aksi dan menyebarkan berita bohong untuk membentuk opini buruk tentang Pemerintah Indonesia, termasuk TNI dan Polri melalui berbagai platform medsos.
“Jadi yang dihadapi bukan hanya Kelompok Separatis Bersenjata yang ada di gunung-gunung saja, tetapi juga politik (dalam dan luar negeri) dan kelompok klandestin yang bisa berprofesi apapun,” ujarnya.
"Grup mereka di medsos sering memberitakan bahwa mereka berhasil menembak mati puluhan TNI/Polri dengan menyebut waktu dan tempat tertentu agar seolah-olah benar terjadi, padahal berita tersebut bohong,” tambahnya.
Untuk sayap gerakan bersenjata, lanjutnya, mereka melakukan pola gerakan gerilya dalam kelompok-kelompok kecil dan tidak semuanya membawa senjata saat melancarkan aksinya.
“Jangan dibayangkan seperti foto mereka di medsos yang bergerombol puluhan/ratusan orang dan semuanya bersenjata. Dalam aksi gerilyanya, dari 5-7 orang hanya 1 atau 2 yang bersenjata dan bila terjadi kontak, orang yang selamat bertugas membawa kabur senjata. Kemudian diposting di medsos mereka bahwa korban adalah warga sipil karena tidak bersenjata,” katanya.
Sebagaimana diberitakan VIVA Militer sebelumnya, kontak tembak antara prajurit TNI dan kelompok separatis bersenjata itu terjadi ketika Tim Alap-Alap 2 dari Yonif Raider 715/MTL melaksanakan patroli di Distrik Sugapa bertemu dengan sekelompok orang yang diperkirakan berjumlah empat orang dengan membawa senjata. Mereka bergerak dari arah Kampung Pesiga sedang menuju ke arah Kampung Kumbalagupa, Sugapa.
Dalam kontak tembak tersebut diperkirakan dua orang anggota OPM kena tembak. Satu orang diantaranya tewas di tempat, dan satu orang lainnya yang tertembak dibagian kaki berhasil melarikan diri bersama dua orang kelompoknya yang lain.