2 Maling Motor Ditembak Mati Prajurit Pasukan Tengkorak TNI
VIVA – Jangan coba main-main dengan anggota satuan elite Komando Pasukan Katak (Kopaska) milik TNI Angkatan Laut. Dengan kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh prajurit biasa, anggota Kopaska punya sederet keahlian dalam melumpuhkan lawan-lawannya.
Pada Juli 2017 silam, tiga orang komplotan pencuri sepeda motor mendatangi sebuah rumah di Jalan Simorejo No.12A, Sukomanunggal, Surabaya, Jawa Timur. Komplotan maling ini mengincar sebuah sepeda motor yang terpakir di rumah tersebut.
Tak basa-basi, tiga orang maling itu pun merusak pintu pagar rumah dan menerobos masuk untuk mengambil sepeda motor incarannya. Suara pengrusakan pintu pagar rupanya terdengar oleh sang pemilik rumah. Di sini lah letak nasib sial ketiga maling itu.
Sebab ternyata, Marningsih sang pemilik rumah yang mendengar suara pengrusakan pintu adalah istri seorang Perwira Menengah (Pamen) TNI Angkatan Laut, Mayor (P) Tunggul Waluyo. Saat itu, Tunggul berdinas sebagai Perwira Operasi dan Pengajaran Sekolah Komando Pasukan Katak (Pasopsjar Seskopaska).
Setelah membangunkan istrinya, Tunggul pun langsung naik ke lantai dua rumahnya untuk mengambil pistol dan memantau situasi. Benar saja, Tunggul melihat langsung aksi para maling yang membobol rumahnya dan mencoba mengambil sepeda motor miliknya.
Sebagai seorang anggota satuan elite Kopaska, Tunggul jelas punya kemampuan tempur jarak dekat dengan tidak terdeteksi lawan. Tunggul sangat berhati-hati saat mencoba mendekati para pencuri, karena di dekat letak sepeda motor ada dua orang anaknya yang tengah tertidur.
"Saya bangunkan istri, 'Bu, kelihatannya ada maling. Tolong jaga anak-anak. Saya mau naik ambil pistol ke atas sekalian mau lihat situasi. Ternyata, ada orang bobol pintu bawa sepeda motor saya," ucap Tunggul.
"Selama proses pembobolan sepeda motor secara langsung yang lihat istri saya. Cuma saya yakin karena di jarak 2 meter anak saya dua tidur di situ. Kalau saya masuk lewat pintu bawah mungkin korban akan keluarga. Saya akan menyelesaikan sendiri," katanya.
Setelah memergoki para pencuri itu, Tunggul yang sudah memegang senjata memberi peringatan. Namun, peringatan Tunggul justru diabaikan oleh para pencuri dan para kriminal itu mengeluarkan senjata.
Tunggul pun menembak para pencuri itu. Ia mengaku sama sekali tak berniat untuk menghabisi nyawa maling tersebut, karena pistolnya tidak diarahkan ke bagian kepala. Niat Tunggul murni hanya untuk menghambat laju para pencuri.
Akhirnya, Tunggul pun menembak mati dua dari tiga orang maling karena tidak juga menggubris peringatannya dan tetap membawa lari sepeda motor miliknya.
"Saya naik saya amati, memang niatnya kurang baik. Kami ingatkan, malah mengeluarkan senjata. Kami kasih peringatan masih tetap membawa lari motor. Akhirnya kami lumpuhkan dan tidak kami arahkan ke kepala, intinya kami ingin menghambat," ujar Tunggul melanjutkan.
"Tapi kejadian karena malam, jarak juga agak lumayan, situasi juga mengancam, akhirnya kami sesuai arahan personel intinya kami hambat itu pelaku-pelaku," katanya.
Aksi Tunggul menggagalkan pencurian komplotan maling pun mendapat apresiasi dari Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya. Prajurit TNI yang berasal dari satuan elite bercirikan topeng tengkorak itu pun mendapat penghargaan dari Kaplorestabes Surabaya saat itu, Kombes Pol Muhammad Iqbal.