Ini Jenderal Kopassus TNI Pemburu Penggorok 2 Polisi Pembunuh 7 Brimob
- Korem 132/Tadulako
VIVA – Prajurit militer Tentara Nasional Indonesia (TNI) terus memburu sembilan anggota kelompok teroris bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora, yang saat ini sudah kian melemah.
TNI meyakini kelompok teroris antek dari ISIS ini semakin lemah setelah jumlah mereka berkurang drastis usai beberapa kali dilakukan penyergapan hingga menewaskan anggota MIT.
Yang terbaru, pada 1 Maret 2021, TNI berhasil menembak mati dua anggota MIT dalam bentrok senjata yang terjadi di Andole, Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Kedua anggota teroris yang mati ditembak itu yakni Khairul alias Irul alias Aslam dan Alvin alias Adam alias Mus'ab alias Alvin Anshori.
Dengan kematian dua orang itu, maka kini jumlah anggota kelompok teroris bersenjata MIT hanya tersisa 9 orang. Meski begitu satu di antaranya dalam kondisi terluka akibat tertembak dalam bentrok senjata 1 Maret 2021.
Perburuan anggota MIT dari waktu ke waktu menunjukkan kemajuan yang signifikan, sebelumnya terdeteksi kelompok Ali Kalora berjumlah 18 orang. Dan kini hanya tersisa setengahnya saja.
Yang perlu diketahui, selain jumlah pasukan tempur semakin banyak yang dilibatkan dalam operasi perburuan teroris MIT. Ada sosok-sosok penting yang memiliki andil dalam operasi bertajuk Madago Raya itu. Siapakah sosok yang dimaksud itu?.
Beliau adalah Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf, pemegang tongkat Komandan Komando Resor Militer (Korem) 132/Tadulako, Sulawesi Tengah.
Sejak dipercaya menjabat Komandan Korem 132/Tadulako pada April 2020, sudah lebih dari tiga anggota MIT yang tewas akibat gempuran para prajurit TNI yang berada di bawah koordinasinya.
Brigjen TNI Farid bukan perwira tinggi TNI biasa, jiwa tempurnya sangat tinggi sebab dia memang lahir dari infanteri korps baret merah, Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Meski begitu, jenderal TNI kelahiran Bangkalan, Madura dikenal ramah dan bersahabat dengan siapapun.
Lulusan Akademi Militer (Akmil) 1991 ini juga memiliki pengalaman memimpin pasukan elit tempur Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Sebab beliau pernah dipercaya memangku jabatan Komandan Brigade Infanteri 13/Galuh di bawah kendali Divisi 1 Kostrad.
Sebelum masuk ke Sulawesi Tengah dan menjabat Danrem 132/Tadulako, Brigjen TNI Farid sempat mengisi jabatan sebagai Asisten Operasi Kepala Staf Kodam IX/Udayana, kemudian ditunjuk menjabat Kepala Staf Korem 121/Alambhana Wanawai di Sintang, Kalimantan barat.
Lalu dipercaya menjadi Komandan Korem 162/Wira Bhakti di Nusa Tenggara Barat. Dan sempat ditarik ke Jakarta untuk menjabat Pamen Detasemen Markas Mabes TNI AD.
Dalam wawancara terbaru setelah mengikuti vaksinasi COVID-19, dilansir VIVA Militer, Selasa 9 maret 2021, Brigjen TNI Farid dengan tegas menyatakan akan terus melakukan perburuan terhadap kelompok bersenjata MIT di hutan Poso.
"TNI Polri akan terus mengejar sembilan orang MIT. Kami yakin suatu saat kami bisa temukan dan basmi mereka," kata beliau.
Yang perlu diketahui, sejak MIT masih dipimpin Abu Wardah alias Santoso hingga kini dipegang Ali Kalora, sudah banyak anggota kepolisian dan Brimob yang terbunuh.
Berdasarkan catatan VIVA Militer, sejak 2012 sudah 9 polisi dibunuh. Dua korban personel Polsek Poso Pesisir Selatan, yaitu Briptu Andi Sapa dari tim Buser dan Kepala Unit Intelkam, Brigadir Sudirman. Dan 7 lainnya merupakan anggota Brimob.
Kelompok MIT sejak zaman Santoso terkenal sadis dan berdarah dingin. Dua personel Polsek Poso Pesisir Selatan dibunuh dengan cara tak manuasiawi. Leher mereka digorok, tangan mereka diikat dan jenazah mereka dipendam ke dalam lumpur di hutan wilayah Gunung Biru. Keduanya dibunuh dengan disiksa terlebih dahulu.
Kelompok ini mulai digempur TNI sejak 2016, dan gembong MIT kala itu yakni Santoso tewas di tangan prajurit TNI dari Batalyon Infanteri Raider 515/Ugra Tapa Yudha, di bawah komando Brigif 9/Dharaka Yudha, Divisi Infanteri 2/Kostrad.