Jejak Kopaska Pasukan Tempur Laut TNI AL Pencari Sriwijaya Air SJ182
- VIVA Militer/Radhitya Andriansyah
VIVA – Memasuki hari ketiga pencarian dan penyelamatan korban pesawat Sriwijaya Air SJ182 hingga saat ini masih terus dilakukan.
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono ketika mendatangi lokasi pencarian di wilayah perairan Kepulauan Seribu menyatakan, setidaknya 160 penyelam pilihan prajurit TNI AL telah dikerahkan untuk mencari korban dan mengangkat puing-puing Sriwijaya Air SJ182 dari kedalaman sekitar 20 meter di bawah permukaan laut.
Prajurit TNI AL yang memiliki spesialisasi melakukan pencarian dan evakuasi korban di bawah laut diantaranya adalah Komando Pasukan Katak (Kopaska), Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib), dan Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) Marinir TNI AL.
Mereka semua bergabung dalam operasi SAR yang dilakukan sejak dipastikan pesawat dengan rute Jakarta-Pontianak itu jatuh di wilayah perairan Kepulauan Seribu pada hari Sabtu, siang, 9 Januari 2021 lalu.
Pada kesempatan kali ini, VIVA Militer akan mengungkap jejak perjalanan pasukan elit Kopaska TNI AL yang terlibat aktif dalam operasi penyelaman mencari pesawat Sriwijaya Air SJ182 di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu.
Pasukan yang memiliki julukan Manusia Katak itu sangat teruji di medan tempur baik di darat maupun di dalam laut. Mereka memang pasukan yang secara khusus dipersiapkan untuk melakukan Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) seperti halnya operasi kemanusiaan pencarian korban pesawat Sriwijaya Air SJ182 ini.
Ya, dalam rekam jejak Kopaska, pasukan elit TNI AL ini tercatat memiliki beberapa pengalaman melakukan penyelamanan operasi SAR untuk mencari sejumlah pesawat yang pernah jatuh di wilayah perairan Indonesia.
Pada tahun 2018 lalu, TNI AL juga mengerahkan Kopaska dalam pencarian pesawat Lion Air JT610 rute Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di Perairan Kerawang. Dengan kedalaman lebih dari 30 meter, pasukan elit yang memiliki kemampuan tempur dan menyelam itu berhasil menemukan pesawat Lion Air JT610 dalam kondisi sudah hancur berkeping-keping di bawah permukaan laut.
Pasukan ini juga pernah diikutsertakan dalam operasi SAR pencarian pesawat Air Asia QZ8501 rute Surabaya-Singapura yang jatuh pada tanggal 28 Desember 2014 di Perairan Laut Jawa dekat Selat Karimata. Medan pencarian pesawat Air Asia QZ8501 dikenal sebagai medan yang sangat sulit jika dibandingkan dengan titik jatuhnya pesawat Lion Air JT610 dan Sriwijaya Air SJ182 ini, namun, Kopaska mampu menemukan puing pesawat yang berada di kedalaman lebih dari 100 meter itu.
Kali ini, Pasukan Katak itu pun kembali dikerahkan untuk melakukan operasi SAR pencarian Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh hingga kedalaman 20 meter di bawah permukaan laut Kepulauan Seribu.
Hingga memasuki hari ketiga ini, bongkahan demi bongkahan puing pesawat nahas itu satu persatu sudah mulai dinaikkan ke daratan oleh Kopaska dan Tim SAR gabungan dari berbagai unsur lainnya. Harapan untuk menemukan para korban dan puing pesawat itu pun perlahan mulai mendapatkan titik terang.
Kasal Laksamana TNI Yudo Margono yang datang secara langsung untuk memberikan dukungan moril kepada para prajurit penyelam TNI AL kemarin mengatakan, medan pencarian Sriwijaya Air SJ182 di wilayah perairan Kepulauan Seribu tergolong lebih mudah dibandingkan dengan operasi SAR Lion Air JT610 di Perairan Kerawang tahun 2018 lalu.
Laksamana TNI AL yang pernah memimpin pencarian Lion Air JT610 itu mengharapkan, pencarian para korban dan pengangkatan puing serta black box Sriwijaya AIr SJ182 dapat selesai dalam waktu cepat.
Menurutnya, para penyelam TNI AL sudah melakukan pengangkatan puing pecahan pesawat dan potongan tubuh korban, dan mulai mencari black box untuk mengungkap secara pasti penyebab jatuhnya pesawat yang mengangkut 50 orang penumpang dan 12 kru pesawat tersebut.
"Targetnya sampai ketemu (black box), tapi nanti yang menentukan itu kan Basarnas. Kalau kita pinginnya sampai ketemu. Karena medannya ini kan lebih mudah dibanding waktu Lion Air. Kita harapkan dengan medan seperti ini, dengan kedalaman 15 meter mudah-mudahan bisa segera ditemukan. Karena waktu Lion Air itu sudah di atas 30 meter itu," kata Kasal.
Baca juga: KSAL: Tim Penyelam Kami Mulai Fokus Cari Black Box Sriwijaya Air SJ182