Letjen TNI M. Jasin: Soeharto Cuma Jago Hafal Teori
- Headtopics
VIVA – Namanya mungkin tidak seterkenal Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani, Jenderal TNI (Purn.) Maraden Panggabean, atau Jenderal Besar TNI (Purn.) Soeharto. Namun siapa sangka, ketiga nama besar tadi pernah menjadi murid seorang Letjen TNI (Purn.) Mochamad Jasin.
Jasin adalah salah satu Perwira Tinggi (Pati) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang lahir dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Jasin adalah pria yang lahir di wilayah paling barat Indonesia, Sabang, Pulau Weh, Aceh, 22 Juli 1921.
Lewat pantauan VIVA Militer dalam sebuah video wawancara dengan Jasin di akun Youtube, Jasin menceritakan bagaimana perjalanan karier militernya saat berpangkat Letnan Kolonel (Letkol) TNI.
Tepatnya pada 1953, Jasin dipercaya untuk memegang jabatan sebagai Kepala Departemen Penyerangan SSKAD (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat) yang kini bernama Seskoad (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat). Selain menduduki posisi itu, Jasin juga mengaku dipercaya menjadi guru bagian pertahanan.
Tugas Jasin saat itu adalah, memberikan pendidikan tentang bagaimana para perwira TNI Angkatan Darat membangun sebuah sistem pertahanan, baik teori maupun prakter.
"Saya menjadi Letnan Kolonel (TNI) dan menjadi guru di Seskoad, SSKAD, Sekolah Staf Komando Angkatan Darat. Waktu itu saya jadi guru bagian pertahanan, bagaiamana mengadakan pertahanan," ujar Jasin.
Siapa sangka, saat itu pula Jasin berkesempatan untuk mengajar Yani, Maraden, dan juga Soeharto. Jasin mengaku, ketiga tokoh besar bagi Republik Indonesia (RI) itu menjalani pendidikan di bawah arahannya selama satu setengah tahun.
"Murid-murid saya waktu itu Jenderal Yani, Jenderal Panggabean, Jenderal Jusuf, termasuk Pak Harto. Jadi saya mau tidak mau tahu sifat mereka, karena setahun setengah mereka saya didik, kalau teori begini kalau praktek lain. Misalnya dalam serangan," kata Jasin melanjutkan.
Jasin pun mengingat bagaimana sosok seorang Soeharto, yang dikemudian hari menjadi Presiden RI ke-2 dan menyandang pangkat Jenderal Besar TNI. Ternyata menurut Jasin, Soeharto sangat jago dalam hal menghafal teori. Namun pada saat mendapat pertanyaan darinya soal praktek serangan, Soeharto justru kebingungan.
"Soeharto itu orangnya menghafal pintar, saat ini dan ini. Tetapi saat di medan tidak bisa. Apa diserang dulu, apa mundur dulu, apa dari kanan dulu, apa dari kiri dulu, dia enggak bisa jawab," ucap Jasin.
Sepanjang kariernya, Jasin pernah menduduki sejumlah posisi strategis. Pada 1960 hingga 1963, Jasin dipercaya menjabat sebagai Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Iskandar Muda, dan menjadi Atase Militer RI di Moskow, Rusia, pada 1965.
Setelah itu, Jasin kembali ke Komando Teritorial saat menduduki posisi sebagai Pangdam V/Brawijaya periode 1967 hingga 1970. Puncak kariernya adalah saat menjabat Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) pada 1970 hingga 1973.