Jenderal Tommy Franks: TNI Gurunya Tentara Vietnam dan Korea Utara
- Time.com
VIVA – Sejak berdiri 75 tahun silam, Tentara Nasional Indonesia (TNI) terus berkembang dan meningkatkan kemampuan sesuai dengan kemajuan zaman. Meski masih memiliki banyak kekurangan, tak sedikit negara maju yang menganggap TNI adalah salah satu armada militer terkuat di muka bumi.
TNI membuktikan dedikasi dan kapasitasnya sebagai garda terdepan pembela kedaulatan bangsa, sejak masih di erah Perang Kemerdekaan.
Tak sedikit operasi militer yang berhasil dilakukan TNI dengan sempurna. Sebut saja Pertempuran Surabaya, Pertempuran Lima Hari di Semarang, Palagan Ambarawa, Bandung Lautan Api, hingga Pertempuran Selat Bali.
Di era modern, TNI juga pernah melakukan sejumlah operasi yang hasilnya mencengangkan dunia internasional. Sebut saja aksi pembebasan sandera pesawat Garuda Indonesia DC-9, di Bandara Don Mueang, Thailand, oleh pasukan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat.
Kemudian pada Maret 2011, gabungan pasukan elite Kopassus, Korps Marinir dan Detasemen Jalamangkara (Denjaka) TNI Angkatan Laut, berhasil membebaskan sandera kapal MV Sinar Kudus di perairan Somalia.
Dari dua peristiwa itu, terbukti bahwa TNI punya kualitas yang bisa disejajarkan dengan pasukan elite dunia seperti Pasukan Khusus Angkatan Darat Inggris (SAS) dan US Navy Seal milik Amerika Serikat (AS).
Kehebatan TNI bukan hanya hisapan jempol, sebab mantan Komandan Operasi Badai Gurun (Desert Storm) Angkatan Bersenjata AS (US Armed Forces), Jenderal (Purn.) Tommy Franks, menganggap TNI adalah jagoan perang gerilya.
Franks mengingat saat pasukan AS terlibat Perang Korea, periode 25 Juni 1950 hingga 27 Juli 1953. AS yang merupakan sekutu Korea Selatan, harus berjuang keras menghadapi aksi gerilya pasukan Korea Utara (Korut).
Tak hanya itu, pasukan AS juga sangat kewalahan saat menginvasi Vietnam, atau yang juga dikenal dengan Perang Vietnam. Menurut data yang dikutip VIVA Militer dari National Archieves, lebih dari 58 ribu tentara AS tewas dalam Perang Vietnam.
Meskipun punya peralatan perang yang canggih, Franks mengakui bahwa pasukan AS keawalahan menghadapi strategi perang gerilya yang diterapkan Korut dan Vietnam.
"Kita pernah punya pengalaman pahit di Vietnam dan Korea, dan semua pemimpin USA sadar siapa dibalik kedua negara Asia yang pernah terlibat konflik dgn kita. Indonesia adalah guru bagi Vietnam dan Korea Utara saat berperang melawan USA," kata Franks.
Seperti yang diketahui, dalam tubuh TNI ada dua sosok yang dianggap sebagai jagoan perang gerilya. Keduanya adalah Jenderal Besar TNI (Purn.) Sudirman dan Jenderal Besar TNI (Purn.) Abdul Haris Nasution. Kedua sosok ini disejajarkan oleh ahli perang gerilya dunia semisal Ernesto "Che" Guevara, Mao Zedong, hingga Kim Il-sung.