Pasukan TNI Penolong Sriwijaya Air Bikin Ciut Nyali Jenderal Amerika
- devtsix
VIVA – Sebuah bukti dedikasi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) sebagai garda terdepan pembela rakyat Indonesia kembali dibuktikan Satuan elite Korps Marinir dan Detasemen Jalamangkara (Denjaka) jadi ujung tombak proses pencarian dan evakuasai pesawat nahas Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu 9 Januari 2021.
Dalam laporan yang dikutip VIVA Militer dari VIVA.co.id, Tim Sar Gabungan yang didalamnya terdapat anggota Korps Marinir dan Denjaka TNI Angkatan Laut, berhasil menemukan plat besi berukuran sekitar 3 meter.
Tak hanya itu, regu penyelam dari dua satuan elite TNI Angkatan Laut ini juga berhasil menemukan serpihan mesin pesawat dan serpihan hidrolik kabin penumpang. Sementara itu, pihak TNI Angkatan Laut juga dikabarkan sudah mendeteksi kotak hitam pesawat yang ditengarai berada di kedalaman 17 hingga 20 meter.
VIVA Militer juga melaporkan dalam berita sebelumnya, sebuah video anggota Korps Marinir TNI Angkatan Laut yang gerada di dasar laut viral. Video yang terakumulasi berdurasi 40 detik itu menunjukkan puing-puing badan pesawat, kursi penumpang, hingga sebuah tas milik korban yang masih menyangkut. Video itu diunggah oleh akun Instagram resmi Korps Marinir TNI Angkatan Laut.
Kesiapan dan kesiagaan yang ditunjukkan membuktikan bahwa dua satuan elite TNI Angkatan Laut itu punya kemampuan yang sangat tinggi. Tak hanya untuk bertempur, tetapi juga untuk melakukan misi evakuasi bencana hingga kemanusiaan.
Pada 2015, mantan Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (US Armed Force), Jenderal (Purn.) Peter Pace, pernah memberikan pengakuannya terhadap Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Saat itu, Pace menyebut bahwa Korps Marinir TNI Angkatan Laut masuk dalam posisi tiga besar sebagai yang terkuat di dunia.
"Saat ini ada tiga kekuatan besar Marinir dunia, dan Indonesia berada pada posisi ke-3," ujar Pace dikutip dari TV ABC 13.
Pernyataan Pace tak lepas dari pertanyaan dari seorang mahasiswa University of Dallas. Seorang mahasiswa itu menanyakan soal penempatan pasukan Marinir AS di perairan Asia Tenggara, yang dikaitkan dengan agresi militer terhadap Indonesia.