Letjen TNI Prabowo Nyaris Bunuh Komandan Pakai Granat Gara-gara Wanita
- Youtube
VIVA – Membicarakan pengalaman tempur sosok Letjen TNI (Purn.) Johannes Suryo Prabowo memang tidak akan ada habisnya. Apalagi, saat pria kelahiran Semarang 66 tahun lalu ikut bertempur di Timor-Timur dalam Operasi Seroja.
VIVA Militer pernah mengisahkan bagaimana Suryo Prabowo nyaris menghabisi nyawa anak buahnya, yang sekarat akibat terkena ledakan ranjau. Tak hanya itu, jebolan Akademi Militer (Akmil) 1976 ini juga dengan berani membantah perintah sang senior, Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subiyanto Djojohadikusumo.
Masih dikutip dari buku otobiografi, "Si Bengal Jadi Jenderal", ada kisah menarik lain dari sosok Perwira Tinggi (Pati) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang dikenal lurus ini. Ya, Suryo Prabowo pernah mengancam meledakkan sang komandan yang berpangkat Kolonel TNI dengan granat.
Alkisah, Suryo Prabowo yang masih berpangkat Letnan Dua (Letda) bertugas di Timor-Timur sebagai Komandan Pleton (Danton) Kompi B Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur) I/Bukit Barisan. Saat itu, pria yang juga pernah menjadi Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini terserang malaria.
Penyakit malaria yang diderita Suryo Prabowo membuat kondisinya menurun drastis, dan harus dibawa ke Dili, Ibukota Timor-Timur. Meski dalam kondisi yang parah, Suryo Prabowo lebih memilih untuk dirawat di Pos Perwakilan Yonzipur I, Taibese, Dili.
Setelah sampai ke pos perwakilan di pagi hari, Suryo Prabowo pun bergegas masuk ke kamarnya. Akan tetapi, alangkah terkejutnya Suryo Prabowo saat melihat ada sesosok perempuan di kamarnya. Suryo Prabowo sama sekail tak mengenal perempuan yang ada di kamarnya itu. Ia benar-benar heran bagaimana bisa, ada seorang perempuan di markasnya
Untuk mengetahui identitas perempuan itu, Suryo Prabowo pun bertanya kepada prajurit lainnya. Seorang prajurit mengungkap kepada Suryo Prabowo, bahwa perempuan itu adalah teman sang komandan batalyon. Kebetulan, pada saat itu juga sang komandan sedang tidak berada di markas.
Para prajurit sempat mengatakan kepada Suryo Prabowo, untuk tidak mengganggu wanita itu. Akan tetapi di sisi lain, Suryo Prabowo sangat membutuhkan istirahat mengingat penyakit malaria yang dideritanya.
Tanpa pikir panjang, Suryo Prabowo pun mengusir perempuan yang katanya teman sang komandan. Ia sama sekali tak peduli dan pandang bulu, meskipun tahu bahwa perempuan itu adalah teman komandannya.
Setelah perempuan itu keluar kamar, Suryo Prabowo pun beristirahat. Akan tetapi, pada siang harinya ada seorang prajurit yang membangunkannya. Prajurit itu menyampaikan panggilan dari sang komandan, untuk makan siang. Suryo Prabowo
Mendapat panggilan dari sang komandan, Suryo Prabowo pun bangun dari tidurnya dan langsung bergegas ke ruang makan. Akan tetapi, betapa terkejutnya Suryo Prabowo ternyata sang komandan memanggilnya bukan untuk makan siang. Tetapi, menginterogasi perihal tindakan Suryo Prabowo mengusir wanita rekan sang komandan.
"Mengapa berani-beraninya kau mengusir mbak yu mu?" tanya sang komandan ke Suryo Prabowo dengan nada tinggi.
Mendengar pertanyaan sang komandan dengan nada tinggi, Suryo Prabowo pun menjawabnya dengan balas bertanya. Pertanyaan Suryo Prabowo kepada sang komandan perihal identitas wanita tersebut. Pasalnya, Suryo Prabowo tahu bahwa isteri sang komandan ada di Jakarta.
"Mbak yu dari mana komandan? Mbak yu ku kan ada di Jakarta," jawab Suryo Prabowo yang balas bertanya kepada sang komandan.
Mendengar pertanyaan balik yang dilontarkan Suryo Prabowo sang komandan makin kebakaran jenggot. Tanpa basa-basi, sang komandan langsung mengajak Suryo Prabowo berduel adu tembak.
Sang komandan bangun dari duduknya sekaligus menendang kursinya. Ia juga langsung memegang senapan serbu dengan dua magasin peluru yang dirangkai menjadi satu, dan bersiap adu tembak dengan Suryo Prabowo.
"Mentang-mentang kau berhasil di hutan, jangan sombong dan menjago di sini. Saya ini danyon tahu, kau harus respect. Sudah kau ambil jarak, kita selesaikan ini secara jantan!" ucap sang komandan.
Meski sang komandan sudah sangat murka, Suryo Prabowo yang masih dalam keadaan sakit tetap tenang menghadapinya. Sambil memegang kepalanya yang masih pusing, Suryo Prabowo pun dengan berani meminta sang komandan untuk tidak bersikap seperti anak kecil.
"Sudah lah komandan, jangan kekanak-kanakkan, kepalaku lagi pusing banget nih," kata Suryo Prabowo.
Sikap Suryo Prabowo lagi-lagi menaikkan tingkat emosi sang komandan. Sang komandan pun langsung mengokang senjata dan mengambil jarak tembak. Bagi sang komandan, apa yang dilakukan Suryo Prabowo telah mencoreng kehormatannya sebagai komandan batalyon.
"Jangan banyak alasan, ini masalah kehormatan saya yang harus diselesaikan apa pun risikonya," ujar sang komandan yang makin naik pitam.
Kemarahan sang komandan yang makin memuncak tetap tidak membuat Suryo Prabowo gugup sedikit pun. Ia malah meminta sang komandan untuk menghukumnya jika memang tindakannya mengusir wanita teman sang komandan dianggap salah.
Lagi-lagi Suryo Prabowo juga menegaskan bahwa ia enggan meladeni tantangan sang komandan. Sebab Suryo Prabowo sangat yakin, jika duel senjata sampai terjadi bisa dipastikan bahwa ia yang akan memenangkannya.
"Begini Ndan, kalau saya salah hukum saja. Jangan ngajak duel tembak-tembakan, karena bagaimana pun juga pasti saya yang menang. Kalau pun saya kalah juga enggak masalah. Saya bangga, karena bagi saya lebih baik mati ditembak kolonel daripada ditembak musuh yang saya enggak tahu pangkatnya apa dan sekolahnya di mana," jawab Suryo Prabowo lagi.
Setelah Suryo Prabowo menjawab pertanyaan sang komandan lagi, terdengar bunyi letusan senapan. Sang komandan menembakkan senapan serbunya ke langit-langit ruang makan pos perwakilan.
"Jangan banyak omong. Ambil senjatamu!" tegas sang komandan menyuruh Suryo Prabowo.
Letusan senapan yang terdengar keras membuat para prajurit lainnya berdatangan ke ruang makan pos perwakilan. Seketika, Suryo Prabowo pun bergegas masuk ke kamarnya dan mengambil sebuah granat tangan. Suryo Prabowo pun kembali ke ruang makan sambil menimang-nimang granat dengan tangannya.
"Daripada salah satu kita nanti hidup menanggung malu, lebih baik kita mati sama-sama saja ya Ndan," kata Suryo Prabowo sambil mencabut pematik granat dari lubangnya.
Setelah itu, Suryo Prabowo pun menaruh granat itu di meja makan dan menutupnya dengan tudung saji sambil berhitung. Sebenarnya, granat yang cincin pengamannya sudah dicabut itu tidak akan meledak. Sebab, granat tipe 76 buatan Korea Selatan itu juga memiliki klip pengaman.
Jadi, meskipun cincin pengamannya dilepas granat itu tidak akan meledak. Karena masih ada klip pengaman yang belum dicabut. Oleh karena itu, tindakan Suryo Prabowo memang hanya menggertak. Sebab ia tidak benar-benar ingin meledakkan pos perwakilan dan membunuh sang komandan.
Melihat granat dengan cincin pengaman yang sudah dicabut, sontak sang komandan dan para prajurit yang berada di ruang makan pun berhamburan keluar.
Setelah situasi di ruang makan kosong, Prabowo pun mengambil granat yang diletakkannya di meja makan dan memasang cincin pengamannya kembali. Ia pun kembali masuk ke kamarnya untuk melanjutkan istirahat.
"Saya mau tidur, jangan ada lagi yang coba-coba masuk kamar saya kecuali dokter!" teriak Suryo Prabowo.
Pasca peristiwa ini, tak ada satu orang pun yang berani masuk ke kamar Suryo Prabowo kecuali dokter dan prajurit yang membawakan makanan. Peristiwa ini juga diketahui sampai ke telinga Kolonel Rudito, Komandan Komando Pelaksana Operasi Timor-Timur.
Meski demikian, Rudito tidak memproses Suryo Prabowo akibat tindakannya. Pasalnya, Rudito tahu betul reputasi Suryo Prabowo sebagai salah satu prajurit tempur terbaik yang dimiliki TNI Angkatan Darat saat itu.