Terkuak, Senjata Letjen TNI Herman Buat Tuntaskan Masalah Papua
- Youtube
VIVA – Wafatnya Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Letjen TNI (Purn.) Herman Asaribab, meninggalkan duka yang mendalam tak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi rekan-rekan sesama prajurit. Pelajaran berharga pernah dipetik oleh seorang Perwira Tinggi (Pati) TNI, Brigjen TNI Izak Pangemanan.
Herman meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Senin 14 Desember 2020. Mantan Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XII/Tanjungpura dan Pangdam XVII/Cenderawasih akhirnya wafat setelah mendapatkan perawatan intensif selama 34 hari akibat komplikasi paru-paru.
Kepergian Herman menyisakan kesedihan yang sangat mendalam bagi Izak, yang saat ini menjabat sebagai Komandan Komando Resor Militer (Danrem) 172/Praja Wira Yakthi (PWY), Kodam XVII/Cenderawasih.
Jenderal bintang satu dari kesatuan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memiliki kesan tersendiri terhadap Herman, yang pernah menjadi atasannya.
Izak ingat betul bagaimana Herman punya mimpi besar untuk membangun Papua, tanah kelahirannya. Mantan Komandan Grup 3/Sandhi Yudha Kopassus ini sangat terkesan saat Herman menulis buku berjudul 'Membangun Papua dengan Hati' saat masih menjabat Danrem 172/PWY.
"Terakhir beliau menuliskan buku berjudul 'Membangun Papua dengan Hati'. Ini saya pikir pemikiran terobosan dalam kebuntuan penanganan masalah Papua yang tidakk kunjung selesai sampai hari ini," ucap Izak kepada wartawan.
Dikisahkan Izak, Herman tak pernah setengah-setengah dalam perannya sebagai pemimpin. Terutama dalam menuntaskan berbagai masalah yang ada di Papua. Menurut Izak juga, hanya ada satu senjata untuk menyelesaikan semua permasalahan yang membelit di Papua. Ya, senjata itu adalah hati nurani.
"Beliau selalu mengatakan bahwa kita harus selalu berpikir penanganan Papua harus tuntas, bukan hanya sepotong-sepotong. Beliau pada saat itu adalah Danrem 172, beliau turun langsung dan beliau menunjukkan bagaimana seorang pemimpin harus ada ketika maslaah muncul," kata Izak melanjutkan.
"Beliau melakukan itu, dan beliau menyelesaikan sampai tuntas. Itu memberikan pelajaran bagi saya, bahwa memang untuk menyelesaikan permasalahan di sini, tidak bisa menggunakan hal-hal yang lain. Harus menggunakan hati, hati rakyat Papua," ujarnya.