Kopral TNI Amin Tewas dengan Tubuh Putus Terbelah Dua
- Youtube
VIVA – Masih seputar kisah sosok seorang Letjen TNI (Purn.) Johannes Suryo Prabowo yang pernah hampir menembak mati anak buahnya sendiri. Ya, adalah mendiang Kopral Amin, prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang tewas dalam tugas di Operasi Seroja di Timor-Timur.
Dalam berita sebelumnya, VIVA Militer menceritakan sebagian kisah Suryo Prabowo saat menjadi Komandan Pleton (Danton) Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur) Komando Daerah Militer (Kodam) I/Bukit Barisan.
Suryo Prabowo yang kala itu masih berpangkat Letnan Dua (Letda) TNI, mendapatkan tugas untuk membersihkan sejumlah ranjau yang dipasang kelompok pemberontak Front Revolusi Kemerdekaan Timor-Leste (Fretilin). Amin adalah salah satu anak buah Suryo Prabowo, yang ikut melaksanakan tugas menyapu ranjau.
Dalam buku biografi Suryo Prabowo berjudul "Si Bengal Jadi Jenderal", dikisahkan bahwa Amin adalah salah satu prajurit Yonzipur Kodam I/Bukit Barisan yang mengalami luka parah akibat terkena ranjau.
Amin mengalami luka yang sangat parah akibat ledakan ranjau. Bagian bawah tubuhnya hancur, meskipun ia masih sempat bertahan hidup. Suryo Prabowo sempat ingin membunuhnya untuk mengakhiri penderitaan Amin. Namun, anak buah Suryo Prabowo lainnya menghalanginya sehingga Suryo Prabowo mengurungkan niatnya.
Suryo Prabowo dan pasukannya kemudian bergerak menuju tempat pendaratan awal, sambil menggendong Amin yang kondisinya semakin memburuk. Pria peraih penghargaan Adhi Makayasa 1976 di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Dalam perjalanan, Amin yang sudah kehilangan tubuh bagian bawah merasakan kedinginan hebat dan kehausan. Suryo Prabowo sebenarnya sangat ingin memberinya minum, akan tetapi para anak buahnya yang lain kembali mencegah. Pasalnya, jika Amin diberi minum maka ia akan meninggal dunia.
Setelah melakukan perjalanan selama dua jam, Suryo Prabowo dan prajurit lainnya tiba di jalan raya. Setelah mobil penjemput datang, Suryo Prabowo pun segera membawa Amin ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Akan tetapi, saat dalam perjalanan menuju rumah sakit Amin kembali meminta minum kepada sang komandan. Sambil memegang tengkuk dan menarik kepala Suryo Prabowo, Amin begumam.
"Saya haus Ndan, haus sekali," ucap Amin kepada Suryo Prabowo lirih.
Mendengar lagi keinginan anak buahnya, Suryo Prabowo semakin mengerti bahwa Amin sudah sangat siap untuk mati. Oleh sebab itu, Suryo Prabowo pun langsung melihat ke sekelilingnya untuk memastikan tak ada anak buahnya lagi yang akan menghalangi.
"Saya mengerti, Bapak benar-benar sudah siap ya." kata Suryo Prabowo.
Mendengar pernyataan Suryo Prabowo, Amin kembali menegaskan bahwa ia sudah sangat siap mati. Bahkan, Amin sudah siap sejak Suryo Prabowo membidikkan senjatanya ke tubuhnya.
"Sudah Ndan, sudah dari tadi saya siap. Saya sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Tolong saya Ndan," ujar Amin.
Saat para prajurit lain tertidur, Suryo Prabowo pun mengambil botol minum yang ada di pinggangnya. Seketika, pria kelahiran Semarang itu memberikan minum kepada Amin yang kondisinya semakin memburuk.
Setelah meminum air dari botol komandannya, Amin pun mengucapkan terima kasih. Tetapi, alangkah terkejutnya Suryo Prabowo saat ada seorang prajurit yang terbangun dan menepis botol minum dari tangannya. Amin pun meminta rekan-rekannya yang akhirnya terbangun, untuk tidak menyalahkan Suryo Prabowo.
"Terima kasih Ndan, terima kasih," bisik Amin kepada Suryo Prabowo.
"Teman-teman jangan salahkan komandan ya," kata Amin kepada rekan-rekannya.
Setelah sempat menyebut Asma Allah, Amin pun menghembuskan nafas terakhirnya. Amin gugur dalam tugas setelah sempat bertahan selama lebih dari dua jam pasca terkena ledakan ranjau di Larigutu.