Letjen TNI Prabowo Nyaris Tembak Mati Anak Buah Sendiri
- Youtube
VIVA – Tak perlu diragukan lagi pengalaman tempur seorang Letjen TNI (Purn.) Johannes Suryo Prabowo. Selama hampir 30 tahun kariernya bersama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), Suryo Prabowo tercatat pernah ikut bertempur dalam operasi militer di Papua, Aceh, dan tentunya Operasi Seroja di Timor-Timur.
Lahir di Semarang, 15 Juni 1954, Suryo Prabowo adalah jebolan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) 1976. Setelah lulus dengan predikat terbaik dan menerima penghargaan Adhi Makayasa, Suryo Prabowo yang berpangkat Letnan Dua (Letda) TNI bertugas sebagai Komandan Pleton (Danton) Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur) Komando Daerah Militer (Kodam) I/Bukit Barisan.
Sebagai Perwira Pertama (Pama) TNI, Suryo Prabowo yang belum memiliki pengalaman bertempur justru harus ikhlas dikirim ke Timor-Timur dalam Operasi Seroja.
Dalam buku biografi Suryo Prabowo berjudul "Si Bengal Jadi Jenderal", pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Staf Umum (Kasum) TNI ini banyak menceritakan pengalamannya saat bertempur di Timor-Timur. Salah satu pengalamannya adalah saat ia nyaris menghabisi nyawa anak buahnya sendiri.
Saat menjalankan misinya di Timor-Timur, Suryo Prabowo dipercaya menjabat sebagai Danton Kompi B Yonzipur I. Salah satu tugas dari batalyon yang dipimpinnya adalah membersihkan ranjau-ranjau yang dipasang oleh kelompok separatis Front Revolusi Kemerdekaan Timor-Leste (Fretilin).
Siapa sangka, Suryo Prabowo harus kehilangan salah seorang anak buahnya. Adalah Kopral Amin, anak buah Suryo Prabowo yang mengalami luka parah akibat terkena ranjau di wilayah Larigutu.
Setelah mendengar bunyi ledakan, Suryo Prabowo pun melihat kepulan asap dan teriakan dari anak buahnya itu. Alangkah terkejutnya Suryo Prabowo saat melihat tubuh Amin tergeletak bersimbah darah.
Seketika Suryo Prabowo menghampiri Amin yang sudah mengalami luka parah. Bagian bawah tubuh Amin hancur, darahnya berceceran di mana-mana. Amin sempat ingin membangunkan badannya untuk duduk.
"Maaf Pak, saya lengah," ucap Kopral Amin kepada Suryo Prabowo sambil merintih kesakitan.
Suryo Prabowo pun mencegah anak buahnya yang sudah luka parah untuk bergerak dan tetap terlentang. Suryo Prabowo yang melihat kondisi Amin sudah sangat mengenaskan, melarang anak buahnya untuk duduk karena takut mentalnya akan menurun.
"Sudah, jangan berpikir yang tidak-tidak. Berdoa ya Pak, agar semua ini cepat selesai," kata Suryo Prabowo kepada Amin yang usianya lebih tua.
Setelah itu, Suryo Prabowo sempat membisikan sesuatu kepada Amin. Sayangnya, ia tak mengungkap apa yang dikatakan kepada sang anak buah. Namun demikian, setelah dibisiki Suryo Prabowo, Amin seakan menyiapkan diri dan ikhlas untuk mati ditembus peluru komandannya sendiri.
"Saya paham sekali komandan, dan saya mohon dapat dilakukan dengan cepat. Tolong sampaikan kepada istri dan anak-anakku, tetapi saya bukan pengecut," ujar Amin.
Suryo Prabowo langsung mencabut pistol dari saku dan mengarahkannya ke tubuh Amin. Akan tetapi, sejumlah anak buah Suryo Prabowo yang lain menahannya dan membuat niatnya gagal. Keinginan Suryo Prabowo untuk membunuh Amin bukan tanpa alasan. Ia hanya tidak ingin anak buahnya itu merasakan penderitaan hebat akibat kondisi lukanya yang sangat parah.