Jenderal TNI Pendiri Pasukan Rahasia Kopassus Cetak Sejarah Besar NKRI
- LBP
VIVA – Sebuah sejarah besar tercipta di dunia militer Indonesia, seorang jenderal Tentara Nasional Indonesia, untuk pertama kalinya dalam sejarah bisa menjabat 3 posisi menteri dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Mau tahu siapa jenderal tersebut?
Beliau adalah Jenderal TNI (Hor) (Purnawirawan) Luhut Binsar Panjaitan. Jenderal kelahiran Simargala, Huta Namora, Silaen, Toba Samosir, Sumatra Utara ini mencetak sejarah setelah Presiden Joko Widodo, memutuskan dirinya menggantikan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Edhy Prabowo, yang tersandung kasus ekspor benih lobster di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dari catatan VIVA Militer, Jumat 27 November 2020, jenderal yang dibesarkan dari satuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, dalam setahun ini telah dipercaya memangku jabatan 3 kementerian. Dan hebatnya dua kali sudah dia merangkul dua jabatan menteri dalam waktu bersamaan.
Saat ini posisi utama lulusan Akademi Militer 1970 sebenarnya sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Namun, karena Edhy Prabowo bermasalah dengan KPK, jadilah Luhut ditugaskan memegang jabatan Menteri KKP.
Memang, jabatan Menteri KKP yang diembankan presiden kepadanya tidak bersifat tetap, melainkan Ad Interim alias bersifat sementara.
Di tahun 2020, sebelumnya Luhut juga dipercayai menjabat Menteri Perhubungan Ad Interim, dia ditunjuk sementara waktu menggantikan Budi Karya Sumardi, yang harus menjalani perawatan akibat terinfeksi Virus Corona atau COVID-19.
Dan dia menjabat Menhub sementara dalam posisi juga menjabat Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi. Dia menjabat Menhub Ad Interim mulai dari 14 Maret 2020 hingga 6 Mei 2020.
Pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo, Jenderal Luhut juga pernah dipercaya menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan.
Selain itu juga ya, Jenderal Luhut kini mengemban tugas sebagai Wakil Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN). Tugasnyamenekan penyebaran serangan Virus Corona. Dia mengemban tugas ini bersama juniornya di baret merah. Yakni Komandan Jenderal Kopassus ke-27, Letnan Jeneral TNI Doni Monardo, Jenderal Luhut mendapatkan tugas menekan serangan COVID-19 di 9 provinsi ditambah Aceh.
Jika dilihat dari karier militernya, memang wajar Jenderal Luhut jadi tangan kanan Presiden Jokowi. Sebab, jenderal ini memang memiliki prestasi luar biasa, terutama saat masih berkarier di TNI.
Jenderal Luhut merupakan lulusan terbaik Akmil 1970. Dan di ke-11 tahun bergabung dengan TNI, tepatnya di tahun 1981, Jenderal Luhut sudah mampu mendirikan sebuah satuan pasukan khusus rahasia yang memiliki nama besar di Indonesia. Yaitu Detasemen 81 Anti-teror Kopassus atau Sat-81/Gultor.
Dua tahun berikutnya, yaitu pada 1983, Jenderal Luhut berhasil mendirikan Proyek Rajawali pada Pusat Intelijen Strategis/Pusintelstrat, BAIS TNI. Untuk diketahui, Proyek Rajawali memiliki andil penting dalam operasi penumpasan Gerombolan Pengacau Keamanan (GPK) di Timor Timur.
Kemudian pada 1985, Jenderal Luhut menjadi komandan pertama sekaligus pendiri Proyek Charlie pada Detasemen 81 Anti-teror Kopassus TNI. Setahun kemudian, pada 1986, Jenderal Luhut mendirikan Sekolah Pertempuran Khusus (Sepursus) Detasemen 81 Anti-Terror Kopassus.
Baca: Jenderal Andalan Jokowi Muncul Buka Fakta Mayjen TNI Dudung dan FPI