Gila, Kapten SBY Pimpin Pasukan TNI Perang di Timtim Tanpa Air Minum
- Youtube
VIVA – Sebagian orang mungkin tidak tahu bagaimana sepak terjang Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Susilo Bambang Yudhoyono, saat masih aktif berdinas bersana Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Sebagian lainnya menganggap pria yang akrab disapa SBY ini tidak pernah maju ke medan perang. Bisa dipastikan, anggapan itu adalah salah besar.
VIVA Militer merangkum dari berbagai sumber, terutama dari buku biografi sang jenderal, "SBY Sang Demokrat" yang ditulis oleh Usamah Hisyam dan diterbitkan pada 2004 silam.
SBY memang dikenal sebagai seorang prajurit yang cerdas dan memiliki banyak gelar akademik. Buktinya, pria kelahiran desa Tremas, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949, lulus dari Akademi Militer dengan predikat terbaik pada 1973. Berkat prestasinya itu, SBY diganjar dengan penghargaan Adhi Makayasa.
Akan tetapi, meskipun lebih dikenal sebagai perwira cerdas, bukan berarti SBY tidak memiliki pengalaman tempur. VIVA Militer melaporkan dalam berita sebelumnya, bagaimana SBY sangat ingin bergabung dengan satuan pasukan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat. Sayangnya mimpi SBY itu tidak tercapai dikarenakan pada 1973 Kopassus tidak membuka penerimaan rekrutan baru.
Bukti jika SBY juga handal di medan pertempuran, dibuktikan dalam Operasi Seroja di Timor-Timur. Setelah menempuh mendidikan di Airborne School and Ranger Course di Fort Benning, Georgia, pada 1975, SBY ikut serta dalam operasi militer di Timor-Timur untuk menumpas kelompok pemberontak FALINTIL, sayap militer Partai Front Revolusi Kemerdekaan Timor-Leste (FRETILIN).
Salah satu kisah SBY dari medan tempur adalah harus membelah hutan rimba Timor-Timur, untuk mengejar pasukan FALINTIL. SBY yang saat itu berpangkat Kapten, diterjunkan ke Timor-Timur pada 1979 hingga 1981.
Pada suatu ketika, SBY yang menjabat Komandan Kompi C Batalyon Infanteri Lintas Udara (Yonif Linud) 330/Tridharma, mengejar pasukan pemberontak FALINTIL di dalam hutan. Pengejaran berlangsung selama berminggu-minggu, hingga akhirnya bekal air minum pasukannya habis.
Bukan perkara mudah untuk menahan rasa haus. Mencari air di wilayah hutan Timor-Timur yang gersang dan berbukit, serta ancaman serangan mendadak dari lawan, membuat SBY dan pasukannya harus tetap waspada di tengah kehausan. Sebagai komandan, SBY tetap memotivasi anak buahnya untuk tetap fokus dan waspada.
Setelah menunggu dalam waktu yang cukup lama, helikopter angkut TNI Angkatan Darat akhirnya datang dan menerjunkan logistik berupa air minum dan makanan. Setelah perbekalan itu menyentuh darat, sontak pasukan SBY yang kehausan langsung berebut untuk mendapatkan air minum tanpa mempedulikan keamanan.
SBY dan sejumlah Komandan Pleton Yonif Linud 330/Tridharma langsung mengangkat senapannya, dan mengambil alih penjagaan. Sementara, para prajuritnya yang kehausan tetap berebut air minum. Beberapa saat kemudian, sesudah mendapatkan air minum SBY langsung mengumpulkan anak buahnya. SBY memberikan teguran keras karena para prajurit lengah.
"Kewaspadaan ini tidak bisa ditawar-tawar, sangat mutlak!" ucap SBY kepada seluruh anak buahnya.
Kemarahan SBY sangat beralasan. Karena, sebagai komandan ia memiliki tanggung jawab penuh terhadap keselamatan seluruh anak buahnya. SBY ingin pasukannya senantiasa menjaga kewaspadaan karena jika tidak, maka akan berakibat fatal. SBY memang dikenal sebagai sosok komandan yang selalu ingin dekat dengan anak buahnya.
"Seorang komadan harus bersama-sama anak buahnya di kala susah maupun senang. Di tengah hutan, saya selalu ada di tengah-tengah mereka. Kalau mereka kehujanan, saya juga ikut kehujanan. Kalau mereka lapar, saya juga ikut lapar. Dengan begitu jiwa kami menjadi satu, solid. Sehingga itu menjadi satu kekuatan yang sangat ampuh," kata SBY.