Kisah Putra Ambarawa Pendiri TNI AL, Gurunya Jenderal Ali Sadikin

VIVA Militer: Laksamana III Mas Pardi, KSAL Pertama
Sumber :

VIVA – Sejak masa pemerintah Kolonial Belanda menduduki Indonesia, pria satu ini sudah aktif dalam dunia pelayaran. Selain itu, ia juga dikenal sebagai Bapak Ilmu Pelayaran di kalangan Angkatan Laut Indonesia. Pria tersebut adalah Laksamana Muda Mas Pardi. Ia lahir di Ambarawa, pada tanggal 1 Oktober 1901.

MK Putuskan KPK Berwenang Selidiki Kasus Korupsi yang Libatkan Oknum Militer, Ini Kata Mabes TNI

Menurut pantauan VIVA Militer dari berbagai sumber Senin 21 September 2020, masa kecil Mas Pardi tidak dijelaskan secara rinci, tapi ia sangat berpengalaman dunia pelayaran. Tentu hal ini sangat awam bagi masyarakat bawah saat itu, mengingat biaya pendidikan tidaklah murah.

Singkat cerita, ketika Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942, Mas Pardi masuk sebagai Pelaut Senior dari kalangan pribumi. Karena ia berhasil melanjutkan kariernya hingga ke Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT), yang dibentuk Kaigun (Angkatan Laut Jepang).

Innalillahi, Prajurit TNI Crew Helikopter Caracal Gugur di Hutan Papua

Mas Pardi juga aktif menjadi instruktur para pelaut muda. Ia melahirkan pelaut-pelaut muda handal seperti Laksamana Sudomo, Letnan Jenderal Ali Sadikin, dan Raden Eddy Martadinata. Menjelang kemerdekaan Indonesia, Mas Pardi bersama barisan pelaut turut mengawal pembacaan Teks Proklamasi.

Pada 10 September 1945, pria asal Jawa Tengah ini membuat para bahariawan Indonesia yang tercecer, untuk berkumpul dalam satu wadah yang bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut.

Gempa dan Gunung Meletus Mengancam, Pasukan Reaksi Cepat Brigjen TNI Nunes Siaga Penuh

Lalu badan ini berkembang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang turut serta dalam menggelar aksi pertempuran melawan Sekutu atau Belanda. Setelah merampungkan TKR Laut, Mas Pardi masuk dalam kalangan sesepuh. Beliau menjabat Kepala Staf Umum TKR Laut.

VIVA Militer: Tentara Indonesia di Zaman Kemerdekaan

Sehingga ia digantikan Mohammad Nazir, sebagai pemimpin dari badan pertahanan matra laut. Meski sudah tidak memimpin TKR Laut, ia tetap aktif dalam dunia pendidikan pelaut. Bahkan ia juga bekerja di jawatan pelayaran di Yogyakarta.

Usai Indonesia mengakui kedaulatannya, pemerintah Indonesia perlahan mulai memperbaiki struktur negara. Hal itu juga termasuk dalam Angkatan Laut. Untuk itu, dibangunlah Institut Angkatan Laut (IAL) pada tahun 1953, yang kini menjadi Akademi Angkatan Laut (AAL).

Masih di tahun yang sama yaitu 1953, Mas Pardi mengusulkan Badan Diklat Perhubungan Republik Indonesia untuk mendirikan Akademi Ilmu Pelayaran. Akademi ini menyelenggarakan Program Diploma III dengan dua jurusan, yaitu Nautika dan Teknika.

Setelah berjalan selama tiga hingga empat tahun, barulah Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) diresmikan pada tanggal 27 Februari 1957 oleh Presiden Soekarno. Kemudian AIP berganti nama menjadi Akademi Pelayaran Pertama, yang di mana Mas Pardi diminta untuk menjadi pengajarnya.

Akademi ini hanya memiliki satu tugas utama, yaitu menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) Pelaut Indonesia yang handal dan terampil. Memiliki pengalaman di dunia pelayaran sejak lintas zaman dan pemerintahan, membuat Mas Pardi memiliki cita-cita untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maritim atau Mercusuar Dunia.

Baca: Kisah Penjual Obat Keliling Jadi Jenderal Komandan Tinggi TNI AU

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya