Kisah Penjual Obat Keliling Jadi Jenderal Komandan Tinggi TNI AU

VIVA Militer: Marsekal Madya TNI Omar Dhani (kanan) dan Presiden Soekarno
Sumber :

VIVA – Pria satu ini dibesarkan di kalangan keluarga ningrat yang terpelajar, serta memiliki keluarga yang menjabat dalam birokrasi pemerintahan sekitar tahun 1930-an. Pria tersebut adalah Omar Dhani.

MK Putuskan KPK Berwenang Selidiki Kasus Korupsi yang Libatkan Oknum Militer, Ini Kata Mabes TNI

Ia lahir di Surakarta pada tanggal 23 Januari 1924. Omar Dhani dibesarkan di dua kota berbeda, yaitu Klaten dan Yogyakarta. Tentu ia sangat beruntung untuk lahir dan dibesarkan di lingkungan yang mengedepankan pendidikan.

Berdasarkan pantauan VIVA Militer dari berbagai sumber Minggu 20 September 2020, karena berada di lingkungan ningrat, hal itu membuat Omar yang menjunjung tinggi martabat dan rasa tanggung jawab yang tinggi.

Innalillahi, Prajurit TNI Crew Helikopter Caracal Gugur di Hutan Papua

Dhani bersekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Klaten, Jawa Tengah pada tahun 1937. Setelah lulus, iapun menlanjutkan pendidikannya di bangku SMA. Dhani menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Surakarta dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Kristen Solo tahun 1940.

VIVA Militer: Marsekal Madya TNI Omar Dhani (kanan) dan Presiden Soekarno

Gempa dan Gunung Meletus Mengancam, Pasukan Reaksi Cepat Brigjen TNI Nunes Siaga Penuh

Karena memiliki kepintaran yang terbilang di atas anak-anak seusianya, pada tahun 1942, Omar masuk Algemeene Middlebare School (AMS) B di Yogyakarta. Sekolah yang memiliki reputasi akan kepintaran muridnya.

Omar yang saat itu baru berusia 22 tahun, menjadi penyiar di Radio Republik Indonesia (RRI) di Tawangmangu dengan menggunakan bahasa inggris. Saat menjadi penyiar, Dhani beserta teman-temannya harus rela untuk tidak menerima gaji. Untuk itu, ia hanya bekerja selama tiga bulan saja.

Usai menyelesaikan pekerjaan sebagai penyiar, Dhani berangkat ke Jakarta untuk menjadi informasi bagi Markas Besar Tentara (MBT). Lagi-lagi ia juga tidak menerima bayaran. Karena pada saat itu, ia berada di masa Revolusi. Masa di mana segala hal menjadi susah, masa inipun berlangsung dari tahun 1945 hingga 1950.

Karena pada masa Revolusi itulah, ia menjalani dua pekerjaan sekaligus untuk bertahan hidup. Dari pekerjaan sebagai pegawai bagian penerangan luar negeri di Kementerian Penerangan, hingga harus berjualan obat keliling, Dhani tidak segan untuk melakukan itu semua.

Baca: Kisah Kasad Bertangan Satu Dianggap Penghianat oleh Anak Buah

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya