Mayjen TNI Herman Terapkan Aturan Turnamen Sepakbola Terkejam di Dunia

VIVA Militer: Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab
Sumber :

VIVA – Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih menggelar turnamen sepakbola usia muda 12 sampai 14 tahun di lapangan Frans Kaisiepo, Makodam.

Terpopuler: Kronologi Polisi Tembak Pelajar hingga Tewas, Bapak Kopassus yang Ditakuti Elite Militer RI

Turnamen ini dilangsungkan dalam rangka merayakan dirgahahyu TNI yang ke-75 yang jatuh pada tanggal 5 Oktober 2020. Selain itu untuk mencari bibit pemain bintang muda mutiara hitam yang siap dipoles agar bersinar di kancah sepakbola nasional dan juga dunia.

Informasi yang dihimpun VIVA Militer, Senin 14 September 2020, ada 20 klub sepakbola usia muda yang berlaga memperebutkan tahta juara Pangdam Cup 2020 itu.

Digembleng Sebulan Lebih, 27 Prajurit Wanita Angkatan Laut Dapat Brevet Terjun Payung Free Fall dari Wakasal

Namun, dalam turnamen ini ada hal penting yang patut diacungi jempol, ternyata Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal Herman Asaribab tak main-main dalam menerapkan aturan.

Untuk menjaga netralitas dalam turnamen itu, para wasit diwajibkan untuk membacakan sumpah untuk memimpin pertandingan dengan jujur dan adil. Dan tidak menerima suap dari klub manapun.

Baru Masuk Indonesia Mobil China Ini Sudah Dipesan TNI, Untuk Apa?

Tak hanya itu saja, ada dua aturan sangar yang diterapkan Mayjen TNI Herman dalam turnamen itu. Dan kayaknya aturan ini paling kejam di dunia sepakbola.

 Yang pertama ialah, pemain yang menyikat alias tackle kaki lawan dari belakang akan langsung dikeluarkan dari lapangan. Walaupun pelanggaran yang dilakukan tidak keras.

"Langsung wasit harus kasih kartu merah. Karena saya ingin mendapatkan pemain dengan karakter disiplin," kata Mayjen TNI Herman.

Lalu yang paling sadis lagi dan tak pernah terjadi di Indonesia  maupun di dunia, yaitu, kedua klub yang sedang bertanding akan dinyatakan gugur dan dicoret dari turnamen jika di dalam pertandingan ada pemainnya yang melawan perangkat pertandingan.

"Kalau pemain melawan wasit, melawan hakim garis, langsung kedua klub saya diskualifikasi," kata Mayjen TNI Herman.

Menurut Mayjen Herman, aturan keras itu diterapkan karena klub dan pemain yang berlaga di turnamen itu akan mendapat kesempatan untuk masuk dan dibina di sekolah sepakbola profesional.

"Jadi saya mencari pemain yang punya karakter displin karena akan disekolahkan di sekolah sepakbola pada Juli 2021," kata Mayjen Herman.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya