Kisah Letkol TNI Bernyali Besar Penumpas Jepang dan PKI Sekaligus
VIVA – Perjalanan karier militer Ignatius Slamet Rijadi baru saja dimulai. Baru saja menjabat sebagai Komandan Batalyon II Divisi X, pimpinan dan susunan organisasi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) mengalami perubahan.
Divisi X berganti nama menjadi Divisi IV/Panembahan Senopati, kemudian menjadi Komando Pertempuran Panembahan Senopati, yang mempunyai 5 brigade tempur. Brigade V di bawah pimpinan Letnan Kolonel Suadi Suromiharjo. Sementara Batalyon XIV dibawah komando Mayor Slamet Rijadi.
Dilansir VIVA Militer dari catatan sejarah Museum TNI Jumat 11 September 2020, pasukannya dikenal dengan sebutan anak buah “Pak Met”. Batalyon XIV ini juga seringkali menyelesaikan berbagai persoalan di Kota Solo dengan hasil terbaik.
Sehingga tidak heran, jika batalyon Rijadi mendapat kepercayaan untuk menyelesaikan persoalan mengenai tawanan Jepang di Solo dan Jawa Timur.
Selain itu, Mayor Slamet Rijadi juga mendapat tugas internasional secara khusus tentang pemulangan Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI/Pemulangan kaum interniran) yang kegiatannya dipusatkan di Solo.
Kesuksesan Rijadi dalam setiap tugasnya, juga membuat kemampuan serta kepercayaan atas batalyonnya semakin meningkat. Terutama pada masa perang kemerdekaan. Karena batalyonnya menjadi lawan utama dari pasukan Belanda yang melancarkan aksinya di Kota Solo.
Lalu, nama Ignatius Slamet Rijadi mulai dikenal hampir di segala peristiwa kepahlawanan yang terjadi di Kota Solo. Terlebih karena pasukan yang berada di bawah kepemimpinannya.
Ketika pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pecah di Madiun pada 1948, batalyon Rijadi tengah berada di luar Solo. Karena mereka diperintahkan Gubernur Militer II Jawa Tengah, Gatot Subroto.
Batalyon Rijadi diminta untuk membantu menumpas pemberontakan yang juga terjadi di luar Solo. Ketika menumpas kelompok pemberontak, Batalyon Rijadi yang dikenal dengan kemampuan perangnya berhasil merampas senjata-senjata milik PKI.
Keberhasilan mereka dalam merampas senjata diketahui karena, kepandaian Ignatius Slamet Rijadi dalam mengatur strategi dan mengkoordinasi para anak buahnya. Di masa perang kemerdekaan pula, Rijadi yang sebelumnya berpangkat Mayor dinaikkan pangkatnya menjaga Letnan Kolonel.
Tidak hanya itu, Rijadi juga menjadi Komandan Wehkreise I (WK I), yang meliputi daerah Surakarta dan Madiun. Pada masa inilah , Letnan Kolonel Ignatius Slamet Rijadi membuktikan kecakapannya sebagai prajurit yang tangguh dan militan dengan mengambil prakarsa mengadakan serangan umum terhadap kota Solo selama empat hari empat malam.
Baca: Kisah Brigjen TNI Pemberani, Bongkar Atap Markas Polisi Jepang